12

289 37 1
                                    

Terima kasih udah mampir baca.

Tinggalkan jejakmu yaa!

--------------------------------------------------


Hyunsuk POV

*pesan chat dengan Tuan Park Senior.

Hyunsuk: aku sangat kesal, wawancara kali ini berjalan dengan sangat lancar tetapi ternyata mereka tiba-tiba tidak membutuhkan pekerja tambahan... omong kosong macam apa itu.

T.Park Senior: aku turut prihatin akan hal tersebut. Bersabarlah sesuatu yang baik akan datang. Apakah sekarang kau sedang berada di jet sekarang?

Hyunsuk: aku harap... dan ya. Rasanya aneh berada disini tanpa anda.

T.Park senior: Hahahaha... tentu saja. Beri tahu Jihoon, aku menitip salam.

Aku mendongak dari layar ponsel baruku ke arah Jihoon, yang duduk dihadapanku di sofa di sisi jet.

Tiba-tiba aku merasa panas, karena tatapan gelapnya telah tertuju padaku bahkan sebelum aku menatapnya.

Dia lagi-lagi mengenakan setelan gelap, tubuhnya sangat tegang dan terlihat enak. Astaga, aku benar-benar perlu menenangkan diri.

"Ayahmu menyapa," aku mencicit, dan segera bedehem setelahnya.

Tidak berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia memperhatikanku, Jihoon mengangguk dan memberi isyarat untuk melanjutkan.

Aku memaksakan diri untuk melihat ke bawah pada layar ponselku, mencoba memikirkan apapun kecuali mata gelapnya yang menakjubkan menatapku.

Hyunsuk: dia mengangguk sebagai balasan.

T.Park Senior: ck... sudah kutebak. Aku harus pergi sekarang, aku ada kencan!

Hyunsuk: Ahh... seru sekali! Ceritakan padaku nantii!

T.Park Senior: baik lah. Tetap jaga diri, Hyunsuk.

Aku tersenyum sendiri dan menyelipkan ponselku ke sofa kosong di sampingku. Aku menghela nafas kecil dan berbalik untuk melihat keluar jendela ke arah matahari terbenam.

"Sudah gelap," aku angkat bicara, menyadari bahwa hanya Tuan Jihoon dan aku yang berada di area utama jet, dan kesunyian itu bukanlah kesukaanku.

Aku membalas tatapannya dan memberinya senyuman kecil, berharap dia akan santai. Alisnya yang sedikit berkerut secara alami membuatnya terlihat lebih mengancam dari pada yang sebenarnya, aku menyadarinya.

Sekali lagi, dia memberi ku anggukan sederhana sebagai pengakuan dan memeriksa waktu dari jam tangan mahal di pergelangan tanganya.

"Kamu harus ganti baju, supaya bisa langsung ketemu Ryan Ford," katanya padaku.

Aku telah menunda percakapan yang kumulai dengannya, percaya bahwa dia tidak tertarik. Aku padahal mencoba berbasa-basi sedikit lebih banyak, tetapi karena dia sepertinya tidak terlalu merasakannya, aku memutuskan untuk mengganti gaun yang ku kenakan malam ini.

Ryan Ford adalah seorang pengusaha yang relative terkenal, yang tinggal di Brussel. Perusahaannya bersaing dengan Korps Park, dalam hal memasok Uni Eropa.

Tentu saja, ini semua dirahasiakan. Tidaklah baik bagi orang untuk memulai mengetahui bahwa Park Corp memiliki orang dimana-mana, menjalankan kehidupan semua orang tanpa ada yang curiga.

Untuk KesenangannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang