"Gimana hubungan kamu sama Anta, Ca?"
Pertanyaan itu sempat membuat Marisha tertegun. Gerakan tangannya yang sedang mengaduk teh di gelas sempat terhenti, sebelum berlanjut dan wanita itu membalik tubuh dengan ekspresi penuh senyum.
"Baik, Eyang. Masih dalam proses pendekatan juga, kan." Marisha tidak mau membagi kesulitan yang kini dihadapinya. Tidak mau eyangnya ikut memikirkan, atau malah merasa bersalah karena perjodohan ini memang berawal dari pertemuan eyangnya dengan ibu Antariksa yang ternyata teman dan juga tetangga semasa tinggal di Jogja dulu.
"Tapi dia baik, kan, sama kamu?" Sebagai orang tua mungkin sang eyang bisa merasakan aura suram yang akhir-akhir ini sering cucu angkatnya itu tunjukkan.
"Baik." Marisha menutupi ekspresi wajahnya yang tengah berbohong dengan menyeruput teh di gelasnya.
Eyang Marisha seperti melihat gelagat tidak enak yang kini cucunya tunjukkan, sedikit merasa curiga. "Eyang memang suka sama Anta, dia keliatan baik, sayang juga sama ibunya."
Marisha tersenyum sembari mengusap tepian cangkirnya dengan telunjuk. "Iya, Eyang."
"Tapi perjodohan ini nggak harus berlanjut kalau memang kalian nggak setuju. Eyang baru sadar kalau sebenarnya keputusan Eyang yang menjodohkan kamu itu terlalu terburu-buru. Harusnya hal seperti ini dipikirkan lebih serius lagi."
Marisha yang menyadari ada kekhawatiran di wajah eyangnya, meraih jemari keriput wanita itu. "Caca nggak papa kok. Caca akan mundur jika memang ini nggak baik. Sejauh ini semuanya masih berjalan lancar."
"Syukurlah. Tapi inget kata-kata Eyang. Kalau menurut kamu nggak bisa dilanjutkan, kamu boleh mundur."
Marisha menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Lalu memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan.
*
"Mbak."
Panggilan itu serupa bisikan, berasal dari Lili yang masuk ke rumah makan Marisha dengan raut wajah tidak enak.
"Kenapa, Li?" Marisha mengernyitkan kening untuk sikap Lili yang tampak aneh.
Gadis itu tidak langsung menjawab, melainkan menyorongkan kotak makan yang tadi Marisha bawa untuk makan siang Antariksa. "Nggak dimakan sama Mas Anta."
Marisha terlihat kecewa, tetapi segera menunjukkan senyuman seolah-olah hal itu sama sekali tidak masalah untuknya. "Ya sudah, nggak papa. Mungkin nggak cocok makanannya."
Lili kembali menunjukkan ringisan tidak enak, lalu berujar, "Dan kata Mas Anta, jangan lagi ngirimin makanan ke dia." Gadis itu sebenarnya bingung kenapa Antariksa terlihat begitu membenci Marisha. Padahal jelas sekali wanita ini adalah sosok yang baik.
Marisha kembali terlihat kecewa, tetapi senyum biasa saja masih berusaha wanita itu tunjukkan. "Ya sudah, nggak papa."
Lili pun segera pamit, meninggalkan Marisha yang mendadak terdiam, seperti tengah memikirkan banyak hal.
*
"Mas Anta kenapa nggak mau makan masakannya Mbak Risha? Padahal enak." Lili memberanikan diri untuk bertanya. Tidak lagi bisa memendam rasa penasaran dalam hatinya.
"Nggak suka aja ada orang yang sok perhatian." Kalimat jawaban yang Antariksa berikan itu bersamaan dengan masuknya seorang wanita yang tengah menjadi topik obrolan mereka.
Lili yang menyadari kehadiran Marisha langsung tidak melanjutkan obrolan, dan gadis itu rasa Antariksa juga menyadari kehadiran Marisha. Namun, entah memang sengaja atau bagaimana, laki-laki itu malah melanjutkan jawabannya yang ternyata belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN TERBAIK (Tamat - Revisi)
RomanceAntariksa merasa terjebak dalam perjodohan yang ibunya buat. Hal klise yang tidak bisa dihindarinya karena belum juga bisa membawa calon istri sampai pada waktu yang sudah disepakati. Dan kali ini, dirinya harus menghadapi calon istri yang tidak dii...