HAPPY READING!
Cerita ini murni dari pemikiran author, jadi jika ada kesamaan alur tokoh dan sejenisnya, saya minta maaf. itu unsur ketidaksengajaan.
ENJOY THE STORY!
"Kepintaran bukan tolak ukur kesuksesan." — Naura Saquela Cassandra.
•••••
SEBUAH mobil alphard berwarna silver berhenti tepat di depan gerbang sekolah elit bernama High School Nerlangga.
Di atas pagar gerbang tersebut, terdapat semacam spanduk yang bertuliskan 'Selamat datang di tahun ajaran baru para siswa-siswi High School Nerlangga'.
Pintu mobil alphard itu perlahan terbuka dan langsung memperlihatkan sosok siswi cantik dengan rambut tergerai sepinggang. Siswi itu memakai seragam khas milik HSN--merah kecoklatan--dia memakai nametag di jasnya bernama, Naura Cassandra Saquela.
Naura melangkah keluar dari mobil dengan sangat anggun serta kedua sudut bibir terangkat ke atas seperti layaknya putri kerajaan yang baru saja turun dari kereta kencana.
“Bapak pergi dulu aja, nanti kalau saya sudah pulang, saya telepon Bapak,” ucap Naura pada sopirnya dengan nada lembut.
Pria dengan topi hitam di kepalanya mengangguk mengerti. “Siap, Non. Bapak pergi dulu.”
“Oke, Pak. Hati-hati.” Setelah mengucapkan kalimat itu, mobil berwarna silver itu melesat pergi meninggalkan Naura.
Naura menatap bangunan megah di depannya dengan sorot saksama, kemudian melangkahkan kakinya ke dalam gerbang.
“Pagi, Non Naura. Bagaimana kabarnya, Non?” sapa Pak Joko—satpam HSN. Beliau sudah 50 tahun lebih bekerja sebagai satpam di sekolahan ini.
“Pagi juga, Pak Joko. Alhamdulillah baik Pak. Bapak sendiri gimana?” respons Naura seraya tersenyum pada Pak Joko.
“Baik juga, Non.”
“Alhamdulillah ... eh, udah bel, Pak. Naura masuk dulu. Da-da, Pak Joko!" Naura melangkah pergi dari hadapan Pak Joko.
“Iya, Non! Ati-ati!"
Non Naura lama nggak kelihatan ternyata masih sama. Masih sopan. Selain parasnya cantik, anaknya juga pintar. Hebat orang tuanya mendidik dia, batin Pak Joko yang masih memandang Naura dari kejauhan.
—HSN—
Naura berjalan sembari melihat setiap sudut sekolahannya. Bel sekolahnya masih sama. Rusak seperti sebelumnya. Pihak sekolah masih tak kunjung memperbaikinya.
Naura mengira dengan adanya libur satu tahun, sekolahnya ini akan berubah drastis seperti perkiraannya. Ternyata, oh ternyata, semuanya di luar ekspedisi ongkir.
“Ternyata nggak ada yang berubah, cih.”
Naura berjalan ke arah taman Nerlangga. Taman itu tempat pertama yang Naura tempati sewaktu masih menduduki bangku kelas 10 silam. Gadis itu berjalan memasuki pekarangan taman tersebut dan duduk di kursi yang di depannya terdapat banyak jenis bunga.
Naura memandangi satu per satu bunga itu. Mawar, melati, matahari, anggrek dan sejenisnya ada di sana. Naura mengambil setangkai bunga mawar dan menghirup baunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Genius Disciples [Dibukukan]
Mystery / Thriller🏆 Penulis Terpilih dalam event Cakra Writing Marathon Batch 03 🏆Juara 7 dalam event Cakra Writing Marathon Batch 03 🏆Best Of Message 2 dalam event Cakra Writing Marathon Batch 03 ••••• "Ambisi kita berguna dalam hal apa pun!" ••••• [Versi Terbar...