09. Kelas Kematian

925 83 3
                                    

HAPPY READING!
⚠Cerita ini murni dari pemikiran author, jadi jika ada kesamaan alur tokoh dan sejenisnya, saya minta maaf. itu unsur ketidaksengajaan.

ENJOY THE STORY?

"Tekanan orangtua sama seperti tekanan kelas kematian itu."

Hujan telah membasahi seluruh permukaan bumi, seorang gadis berambut pirang tengah berjalan ke sebuah restoran dengan payung hitam yang tergenggam di tangan kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan telah membasahi seluruh permukaan bumi, seorang gadis berambut pirang tengah berjalan ke sebuah restoran dengan payung hitam yang tergenggam di tangan kanannya.

"Kenapa harus aku sendirian yang pergi ke resto itu? Mengapa mereka lebih mementingkan dia dari pada aku?" ujar Aluna, gadis berambut pirang.

Aluna hendak menyebrang, tapi saat sedang menyebrang ... sebuah motor mencipratkan genangan air kepadanya.

Byur....

"Anjing," umpat Aluna.

"Gak ada mata atau gimana sih anjing, lo kalau bawa motor liat pakai mata bukan pakai otak!" emosi Aluna.

Ia sudah berdandan 5 jam untuk menghadiri seseorang di restoran tersebut, tapi dandanannya sia-sia cuma karena motor sialan yang mencipratkan air ke muka serta pakaiannya.

Si pengendara itu menghampiri Aluna yang masih tengah emosi, "Sorry, gue gak sengaja beneran," ujar si pengendara.

Pengendara itu membuka helm yang terpasang di kepalanya, dan saat helm itu sudah terlepas, ia tersentak melihat gadis di depannya.

"A-Aluna?" tanya si pengendara.

"Allen?" tanya balik Aluna.

Dua remaja itu saling natap satu sama lain, tidak ada dari mereka yang berani membuka topik pembicaraan.

"Lo ngapain malam-malam di jalanan dan hujan-hujan?" tanya Allen membuka pembicaraan.

Aluna diam, seakan tidak mendengar pertanyaan Allen.

Allen menghembuskan napas pelan,"Sekali lagi gue tanya, lo ngapain malam-malam di jalanan dan hujan-hujan?" tanyanya lagi.

Aluna tetap diam.

Allen yang kesabarannya setipis tisu, mencoba mendekatkan badannya ke Aluna.

"Pita suara lo hilang? Atau mati? Kalau orang nanya tuh dijawab bukan di diemin kayak begini," kata Allen.

Tidak ada jawaban lagi, Allen mencoba menetralkan emosinya biar tidak langsung meledak.

[END] Genius Disciples [Dibukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang