03. Abang Angkringan

1.6K 197 10
                                    

HAPPY READING!!

⚠Cerita ini murni dari pemikiran author, jadi jika ada kesamaan alur tokoh dan sejenisnya, saya minta maaf. itu unsur ketidaksengajaan.

ENJOY THE STORY!

"Jangan pernah tertipu oleh kover seseorang. Dari luar dan dalam itu berbeda." -Genata Cakra Abimanyu.

•••••

CAKRA menghentikan mobilnya tepat di depan pekarangan bangunan mewah bernuansa dark. Ia melangkah keluar, dan berjalan masuk ke bangunan tersebut.

"Ma, Pa! Cakra pulang!" Suara Cakra tidak di respons siapa pun. Justru suara remaja itu menggema di setiap sudut bangunan.


"Seperti biasa, pasti mereka ada kerjaan keluar kota," lirih Cakra.

Cakra menaiki satu per satu anak tangga dengan langkah pelan. Perasaannya saat ini tidak bisa di artikan. Galau. Sedih. Marah. Semuanya mencampur.

"Gue bunuh diri di tangga ini kali, ya," gumamnya sendu.

Cakra hendak masuk ke kamarnya, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar teriakkan seseorang dari belakang punggungnya.

"Den Cakra! Huh ... Aden nggak makan? Bibi sudah siapin makanan buat Aden," ujar ART Cakra.

Cakra berbalik, menatap wanita paruh baya itu. "Cakra belum lapar, nanti Cakra ambil sendiri kalau lapar."

Wanita tua itu menganggukkan kepalanya. "Siap, Den. Kalau ada apa-apa panggil Bibi aja."

"Oke. Bibi balik, nggih. Cakra mau istirahat."

"Siap. Bibi permisi dulu, Den."

Cakra tersenyum getir saat wanita itu berbalik dan menjauh dari hadapannya. "Andai Papa sama Mama perhatian sama gua kek Bi Sumi, pasti nih hidup nggak angsat-angsat, amat."

-HSN-

"Ma, Pa, tadi Kania dapat Juara 2 lomba mewarnai di sekolah. Hebat, kan, Adik," ucap anak kecil yang berusia kisaran 8 tahun. Ia berucap sangat antusias di depan kedua orang tuanya.

"Wah, Adik hebat! Mau Papa belikan apa sebagai hadiah?" ujar pria yang diketahui adalah ayahnya.

"Iya, Adik mau apa? Nanti yang belikan Papa," balas wanita paruh baya yang duduk di sebelah suaminya.

Sang Ayah tersenyum setelah mendengar ucapan dari sang istri. "Iya, deh, iya ...," kekehnya.

"Jadi, Adik mau minta apa?" tanya Ibunda.

Kania menghentikan aktivitas makannya. Jari telunjuknya naik ke atas dagu--memikirkan sesuatu apa yang ingin ia wujudkan.

"Eum, Kania pengen pergi jalan-jalan bareng sama Mama dan Papa," pinta Kania dengan memasang wajah imut khasnya. "Boleh, kan, Pa, Ma?"

Mendengar permintaan dari putrinya, Sang Ayah dan Ibu menghentikan aktivitasnya dan memeluk putri kecilnya itu.

"Ih, lucu banget, sih, anak Mama. Iya, nanti jalan-jalan kok bareng Papa, Mama," ujar Ibunda.

[END] Genius Disciples [Dibukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang