13. Kematian

693 71 17
                                    

HAPPY READING!
⚠Cerita ini murni dari pemikiran author, jadi jika ada kesamaan alur tokoh dan sejenisnya, saya minta maaf. itu unsur ketidaksengajaan.

ENJOY THE STORY!!

"Cepat atau lambat, kita semua akan mati."

Gadis tersebut berjalan menuju arah yang di tunjuk si peneror itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis tersebut berjalan menuju arah yang di tunjuk si peneror itu. Sesampainya di sana, gadis itu mencari-cari keberadaan peneror itu, tapi ia tak kunjung menemui sosok yang di carinya.

Gadis itu mulai menekan beberapa huruf di ponselnya dan mengirimkannya ke si peneror.

08561791xxxx

Gue udah sampai di sini, di mana lo sekarang?|
(Read)

Pesan tersebut hanya di baca si peneror, gadis itu menunggu balasan dari si peneror tapi tak kunjung di balas. Sudah 1 jam lebih berjalan, tapi pesan tersebut hanya terbaca saja.

"Apa gue cuma di jebak? Peneror bangsat," gumam gadis tersebut.

"Aku di sini, di belakang kamu."

Deg

Jantung gadis itu serasa ingin copot sekarang, ia mencoba menetralkan gerak jantungnya. "Ya Tuhan, aku gak ingin mati."

Gadis tersebut mulai berbalik ke arah belakang perlahan, "Gue gak mau mati," lirihnya.

Jleb

Belum sempet ia berbalik, satu tusukan pisau sudah masuk ke dalam perutnya. Gadis itu memegangi perutnya yang sudah di aliri banyak bercak darah segar. "S-sakit."

Sret

Si penusuk itu menggores lengan tangan gadis tersebut, darah merah langsung menyelimuti tubuh gadis itu. "T-tolong!"

Gadis itu jatuh tumbang tak berdaya di atas balutan tanah. Sebelum ia memejamkan matanya, ia melirik sekilas si penusuk itu.

"Bang ... sat," umpatnya sebelum memejamkan kedua matanya.

Si penusuk itu berjongkok di hadapan gadis cantik itu, ia memegang pipi gadis tersebut sangat kuat.

"Target gue aslinya bukan lo, tapi karena lo udah ngambil kebahagiaan gue ... gue jadi nargetin lo korbannya. Maaf." Pelaku itu meninggalkan pisau tusukannya di dekat tubuh gadis itu, kemudian ia langsung melangkah pergi dari tempat tersebut.

"Gue aslinya gak mau jadi pembunuh, gue jadi pembunuh juga karena lo semua."

-HSN-

Para anggota IC sudah lama menunggu kedatangan kembali gadis itu, tapi ... sudah 1 jam lebih gadis tersebut belum datang kembali juga.

"Thal, lo cari dia di sekitar sini ... mungkin dia lagi di luar," ujar Cakra pada Thalia.

Thalia menggeleng cepat, "Enggak, gue males keluar," balasnya singkat.

Cakra menghela napas kasar, "Ck, sampingin rasa malas lo, cepat keluar atau gue seret."

Thalia tidak menjawab, ia langsung beranjak dari sana dan langsung berjalan keluar.

"Nyusahin aja tuh anak, udah 1 jam lebih tapi gak kunjung balik."

-HSN-

Thalia sudah berjalan menelusuri beberapa tempat di rumah Gavin, tapi ia tak kunjung menemui temannya itu.

"Lo di mana sih, jangan bilang lo mati," gumam Thalia.

Thalia beralih berjalan menuju belakang rumah Gavin, ia mengira ... bahwa temannya itu ada di tempat tersebut.

Sesampainya di sana, sesuai dugaan ... temen Thalia ada di sana, tapi tidak berwujud manusia seutuhnya.

"Aaaaa," teriak Thalia histeris.

Thalia mencoba mendekat ke arah tersebut, matanya langsung berhadapan dengan mayat teman sekelasnya itu.

"Jangan tinggalin gue, gue minta maaf...." Gadis itu mengeluarkan cairan bening dari matanya. Ia memberanikan diri untuk memegang tubuh mayat itu yang masih berlumuran darah.

"Maaf." Hanya kata itu yang mampu terucap dari bibir Thalia.

Thalia tidak menyangka, temannya ini bisa meninggalkan dia secepat itu. "Maafin gue, ayo bangun...." Thalia menggoyangkan tubuh mayat itu. Tapi ... gerakan Thalia malahan membuat mayat itu mengeluarkan banyak darah segar dari tubuhnya.

"GUYS, KE SINI CEPETAN ... CEPAT KALIAN KE SINI ANJING," teriak Thalia memanggil para temannya.


⚠ Sebagian part di hapus untuk urusan penerbitan. Kalian bisa mendapatkan versi lengkapnya di novel. Maaf sekali lagi.


[END] Genius Disciples [Dibukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang