06. Keluarga

1.4K 121 5
                                    

HAPPY READING!!

⚠Cerita ini murni dari pemikiran author, jadi jika ada kesamaan alur tokoh dan sejenisnya, saya minta maaf. itu unsur ketidaksengajaan.

ENJOY THE STORY!

"Kenapa harus anak yang menanggung beban keluarganya?"

Seorang remaja berseragam Nerlangga dengan jaket hitam yang terpasang di bahunya mengendarai sepeda motor miliknya dengan kecepatan tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang remaja berseragam Nerlangga dengan jaket hitam yang terpasang di bahunya mengendarai sepeda motor miliknya dengan kecepatan tinggi.

"Argh ... anjing, gue benci semuanya, gue benci anak IC, gue benci sekolah sialan yang memperalat muridnya sendiri." Alatha, pengendara motor tersebut terus menerus ngomel di atas jalanan sesekali menggebrak kunci stang motornya.

Alatha terus memandang langit biru di atasnya, omongan ayahnya selalu terngiang di benak kepalanya.

"Kamu anak bodoh, Ayah gak sudi punya anak seperti kamu Alatha, Ayah udah kasih semuanya ke kamu, tapi kamu malahan mendapat peringkat 3 dari bawah. Sungguh menjijikkan." Marsel-ayah remaja tersebut melampiaskan semua emosinya ke anak lelakinya.

"Ayah gak mau tau ... lakukan segala cara agar kamu bisa di kirim ke Internasional, kalau tidak bisa ... tanggung sendiri akibatnya," sentak Marsel.

Alatha mendongakkan kepalanya, matanya menatap benci sang Ayah, "Alatha juga gak mau punya Ayah yang selalu jadikan robot anaknya sendiri ... Alatha juga udah berusaha untuk mendapatkan peringkat itu, tapi anda malah seenaknya menyuruh anak anda sendiri untuk meningkatkannya lagi ... akal sehat anda kemana wahai bapak Marsel?"

Marsel menatap tajam ke arah putranya.


PLAK....

Satu tamparan mendarat di wajah mulus Alatha. Tamparan itu sangat kuat hingga mengakibatkan sudut bibir remaja itu berdarah.

"Berani banget kamu bicara seperti itu sama Ayah kamu sendiri ... kamu itu beda banget sama anak IC lainnya ... mereka punya otak pintar dan gak seperti kamu Alatha...," murka Marsel.

Alatha memegangi pipinya yang masih sedikit nyeri akibat tamparan ayahnya itu. "Gue benci ayah, gue benci semuanya.... "

Alatha menambah kecepatan motornya, jarum kecepatan motornya tepat berada di angka 120.

"Gue benci jadi robot, mending gue mati nyusul bunda!" teriak Alatha.

Alatha tidak menyadari bahwa dirinya tengah berada diambang maut, di depannya sudah ada mobil yang berjalan berlawanan ke arahnya.

[END] Genius Disciples [Dibukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang