Miss Jackson

730 84 10
                                    

gxg

Manhattan, 1935

Miss J

Begitu panggilan orang-orang kepadanya.

Wajah yang cantik, tatapan yang sensual, dan memiliki tubuh yang sangat menggoda siapa saja yang melihatnya.

Siapa saja?

Iya, siapa saja. Termasuk diriku yang seorang wanita.

Oh, Tuhan...

Entah sihir apa yang dia pakai untuk memikatku, sehingga satu hal yang ku percaya selama ini, terpatahkan olehnya. Bahwa di dunia ini kau akan jatuh cinta kepada lawan jenismu. Itu yang pernah dibilang ayahku.

Aku dibesarkan dan dijaga dengan sangat ketat oleh ayahku, yang seorang pemimpin sebuah klan mafia. Beberapa distrik di kota ini dikuasai oleh klan kami. Hmm, mungkin hampir seluruh kota ini dikuasainya. Dengan alasan banyaknya musuh dari klan lain, aku tidak pernah menginjakkan kaki di sekolah. Ayah selalu membawa seseorang yang akan mengajariku ke rumah. Mengenai rumahku ini, berada di kawasan yang cukup luas. Satu rumah yang mempunyai bangunan yang paling besar adalah rumah yang kutempati sekarang, dan di sisi kanan dan kirinya ada beberapa bangunan yang cukup besar, yang ditempati oleh beberapa paman bawahan ayahku. Dan setiap gerbang, setiap sudut lingkungan tempat tinggalku dijaga ketat oleh penjaga. Walau lingkungan tempat tinggalku seperti komplek perumahan, tapi cukup lengkap. Dari swalayan, klinik rumah sakit, beberapa camp untuk pelatihan dan beberapa tempat hiburan.

Di salah satu tempat hiburan itulah, pertama kali kumelihat dirinya, wanita seksi itu, wanita yang mencuri seluruh perhatianku, Miss J.

Menjadi anak perempuan satu-satunya seorang pemimpin sebuah klan mafia, sama sekali tidak menyenangkan. Walau ayah sangat menyayangiku, tapi bukan berarti semua keinginanku dipenuhi. Satu hal yang tidak pernah kumengerti dari ayah, bahwa dia memerintahkan semua orang yang berada dibawah kekuasaanya menundukkan pandangan mereka kepadaku, kecuali paman-paman yang mempunyai jabatan tinggi di klan dan para pengasuhku. Hal ini membuatku tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, padahal orang-orang banyak di sekelilingku. Jangankan menjadi teman, menatapku lebih dari satu menit saja lalu ketahuan, orang itu akan hilang entah kemana.

Sungguh, aku ingin menjadi orang biasa, bebas melakukan apa saja, bebas kesini kesana, bebas mau kemana-mana, dan bebas berinterksi dengan siapapun seperti manusia pada umumnya.

Kala itu, malam yang begitu membosankan. Semua buku yang dibelikan ayah sudah terbaca semua. Ada juga beberapa buku yang termasuk di list favoritku, sudah dibaca berkali-kali. Namun, kebosanan itu sudah berada di puncaknya. Dengan modal keberanian dan kelincahan yang kudapati dari beberapa latihan khusus bela diri, kuberanikan keluar rumah tanpa sepengetahuan ayah dan juga beberapa bodyguard di luar pintu kamar. Memakai serba hitam, sebuah ransel dan penutup kepala, aku berhasil keluar kamar dari lantai 3 rumah megah milik ayah.

Setelah berhasil keluar pekarangan rumah, segera mengganti pakaian yang kubawa dengan ransel tadi untuk menyamar. Aku mengambilnya dari lemari ayahku, dan juga beberapa lembar uang. Agar tidak ada yang mengenali diriku, aku berpakaian layaknya seperti seorang pria. Dengan memakai setelan jas lengkap dipadukan dengan topi fedora yang warnanya senada, kulangkahkan kaki ke salah satu casino yang berada jauh dari letak rumahku. Tempat hiburan yang berada di lingkungan rumahku ini memang dibuka untuk umum. Dan aku baru menyadari, tempatnya begitu ramai oleh pengunjung dari luar. Ya, ini yang ingin kulihat, keramaian, hiruk pikuk orang berlalu lalang di sekitarku. Dan orang-orang yang bebas menatapku, berinteraksi denganku. Dengan kedua ujung bibir tertarik ke samping, aku masuk ke dalam casino itu.

Songs From The Heart (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang