Jika Itu Yang Terbaik : Berjanjilah

760 105 14
                                    

Jennie baru saja memarkirkan mobilnya di gedung parkiran, setelah kembali dari meeting dengan klien. Wanita seksi yang sudah berumur itu berjalan menuju rukonya yang berjarak lebih kurang 100 meter dari gedung parkir. Mendekati ruko, pemilik butik tersenyum melihat mobil pemilik restoran terparkir di tepi jalan depan ruko.

"Dia belum pulang?" Tanya Jennie entah kepada siapa, sambil melihat jam di tangan menunjukkan pukul 20.50

Kemudian Jisoo keluar dari balik pintu masuk restoran. "Jennie..."

Yang punya nama menoleh ke sumber suara dan seketika senyumnya semakin lebar. "Hey..." Balas Jennie mendekat

"Baru pulang?"

"Iya dari ketemu klien"

"Klien yang dari China itu"

"Hm, kamu mau pulang?"

Jisoo mengangguk, menjawab pertanyaan Jennie. "Udah makan?"

"Udah. Sore tadi. Kamu lupa jadwal makanku itu sebelum terbenamnya matahari."

"Masi aja, Jen..."

"Bukankah waktu makan malam terbaik itu sebelum terbenamnya matahari? Sebagai chef, harusnya kamu lebih ngerti tentang ini"

"Tentu ngertilah. Hormon-hormon tubuh di waktu siang ke malam itu berubah. Lebih tepatnya sistem tubuh kita berubah dari simpatik ke parasimpatik. Sistem hormon parasimpatik ini terjadi setelah terbenamnya matahari, bersifat relaksasi yang kerjanya untuk istirahat, bukan untuk ngolah-ngolah sesuatu."

"Itu kamu tau. Aku pernah dengar kalo pathetic ini..."

"Parasimpatik, Jennie"

"Iya itu maksudku. Kalo di malam hari tubuh kita sama kek restoran kamu ketika mau tutup. Bersih-bersih dulu kan?" Tanya pemilik butik. Pemilik restoran mengangguk sambil tersenyum. "Nah sama kek tubuh kita, malam hari itu waktunya bersih-bersih sampah yang masuk ke tubuh. Jadi jangan nambah beban kerja hormon-hormon yang kamu bilang tadi, dengan makan malam yang berat-berat."

"Pinter banget sih" Ucap Jisoo, mencubit lembut kedua pipi gembil Jennie. Si pemilik butik malah tersenyum semakin lebar. "Jadi kamu gak makan apapun dong, waktu ketemu klien tadi?"

"Makanlah, buat nemenin mereka. Tapi ya yang gak berat-berat. Nyemil doang"

"Emang makan apa tadi?"

"Hmm..." Jennie berpikir, apa yang dia makan sejam yang lalu bareng klien tadi. "Salad buah sama sepotong cake tiramisu"

Mendengar ucapan Jennie, pemilik restoran ingin ketawa, tapi menahannya dengan mengulum senyum. "Minumnya tadi apa?"

"Capuchino panas. Emangnya kenapa?"

"Bisa aku perkirakan total kalori yang kamu makan tadi itu sekitar 450-500 kalori. Itu hampir mendekati dengan kebutuhan kalori makan siang wanita seumuran kita, Jennie. Haha"

"Kok ketawa?"

"Ya sama aja kamu makan berat. Mungkin lebih kecil kalorinya makan malam kamu dari pada nyemil tadi bareng klien"

"Eh, benarkah?"

"Iya, sayang..." Saking gemasnya, kali ini Jisoo mencubit pipi gembil Jennie sedikit kuat. "Lucu banget sih"

"Ish, sakit..." Jennie menepis tangan kanan Jisoo. Wajah kesalnya jelas terlihat.

Pemilik restoran malah semakin ketawa melihat wajah kekasih hatinya itu. Sambil berjalan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Yuk jalan-jalan di sekitar sini dulu, buat bakar kalori cake tiramisu itu" Ucap Jisoo beberapa langkah di depan Jennie.

Songs From The Heart (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang