Kembali Bertahan

498 93 50
                                    

genben




"Oke standby... 3 2 1 action!"

Bugh
Bugh
Bugh

Beberapa pukulan mengenai pipi dan dagu Jisoo.

Bugh

Satu tendangan tepat mengenai dada lelaki berbibir hati dan tubuhnya langsung ambruk ke tumpukan kardus-kardus.

Brakk

"Arrggh..." Jisoo sedikit meringis, merasakan sakit di dada dan tubuh bagian belakang yang terhempas ke tumpukan itu.

"Oke! Stop!" Ucap seorang sutradara, yang dari tadi mengarahkan pengambilan adegan demi adegan aksi ini. Dia menghampiri Jisoo yang masih meringis kesakitan. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya

"Ya, aku baik-baik saja"

"Apa bisa melanjutkan ke adegan selanjutnya?"

"Bisa..." Lelaki berbibir hati segera berdiri. "Aku bisa melanjutkan adegan selanjutnya."

"Bagus. Bersiap-siaplah ke adegan tabrakan mobil nanti. Kita akan istirahat 30 menit terlebih dahulu"

Jisoo hanya mengangguk menanggapi ucapan sutradara. Segera lelaki itu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Di depan cermin yang berada di dalam kamar mandi, Jisoo membuka kaos hitamnya dengan perlahan, memperhatikan tubuhnya yang semakin lama semakin kurus dan ada beberapa lebam yang membiru di sekujur tubuh bagian depan. Lelaki itu berbalik, melihat tubuh bagian belakangnya kini. Tidak jauh berbeda dengan bagian depan, tubuh bagian belakangnya malah semakin parah. Dengan mengandalkan penglihatan di cermin, Jisoo memegang lebam yang kelihatan memerah dan membiru di bagian punggung. "Shhhhtt..." Dia meringis ketika menyentuh lebam di tubuhnya itu.

Walau kesakitan, tapi itulah resiko yang diterimanya sebagai seorang stuntman. Beberapa adegan aksi tadi diambil berulang kali, agar sesuai dengan keinginan sutradara. Pekerjaan itu sudah digelutinya 4 bulan belakang. Walau resikonya lebam-lebam di tubuh, namun hanya itu yang bisa membuatnya bertahan untuk hidup.

🍁🍁🍁

Pukul 10.10 Jisoo baru saja sampai di apartemen sederhananya.

"Hai, sayang... Maaf ya, lagi-lagi telat aku nyampe rumah. Ada adegan yang mesti diulang beberapa kali. Aku bahkan gak sempat tidur malam tadi coba." Ucap Jisoo. Kedua mata teduh itu menatap kedua mata kucing favoritnya. "Kamu pasti bosan ya, karena aku gak ada di rumah dan gak bisa ngapa-ngapain. Sekali lagi, maaf ya..." Bibir hati itu bergerak tersenyum, walau bibir ranum itu tidak bergerak sama sekali. "Ya udah, aku mandi dulu. Kamu tunggu di kamar aja."

Baru saja keluar dari kamar mandi, hp Jisoo berdering.

"Halo?"

"..."

"Jam 5 sore aja gimana? Gue baru pulang soalnya."

"..."

"Oke..."

"..."

"Tau, gue tau. Cafe di depan klinik lo itu kan? Oke kita ketemu di sana aja."

Setelah panggilan singkat dari Seulgi, temannya itu berakhir, segera Jisoo pergi ke kamar tidur. "Aku ngantuk banget, tapi masi kangen liat wajah kamu" Ucapnya sambil tiduran menyamping, memperhatikan wajah perempuan pujaannya. "Tau gak, Jen... Di perjalanan pulang tadi, aku liat ada dua orang sales lagi jualan dari rumah ke rumah. Itu mengingatkan kita waktu dulu gak sih. Waktu itu kita baru lulus kuliah, cari kerjaan apapun yang bisa untuk bertahan hidup. Trus kamu ngajakin aku jadi sales pipa gas bareng. Kita jalan kaki berdua nawarin pipa gas dari rumah ke rumah, komplek ke komplek. Trus pulangnya, kamu ngomel-ngomel karena ibu-ibu komplek itu liatin wajah aku bukan perhatiin pemasangan pipa tabung gasnya. Haha... Kamu ingat gak? Waktu kamu kerja di perusahaan elektronik. Hari itu kamu minta bantuin jualan di mall karena teman kerjamu yang lain pada sibuk. Karena hari itu gak ada jadwal latihan dan jadwal tanding, aku bantuin kamu jualan. Lagi-lagi pulangnya kamu ngomel-ngomel, karena pembeli banyak ajak ngobrol aku, senyum-senyumin aku, malah ada yang minta nomor hpku. Haha... Wajah kamu lucu banget saat cemburu, sayang. Haha..." Cerita Jisoo sambil tertawa, tapi tidak ada tanggapan dari lawan bicara.

Songs From The Heart (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang