Jika Itu Yang Terbaik : Berlarilah Bersamaku

879 108 21
                                    

Jam di dinding dapur menunjukkan pukul 20.20, itu tandanya restoran Jisoo sudah tutup dan pegawai lainnya sudah pulang. Si pemilik restoran masih betah di dapur, berkutat dengan sesuatu yang dikerjakan setengah jam yang lalu, mengiris daging ikan tuna mentah. Saat ini dia tidak memakai baju kerja sebagai chef. Sore menjelang malam tadi, Jisoo sudah bersih-bersih dan bersiap menanti tamu spesial yang akan datang nanti. Dengan hanya memakai sweater yang kedua lengannya digulung sampai siku, Jisoo masih fokus mengiris ikan tuna segar itu.

Krieett

Bunyi pintu dapur dibuka oleh seseorang. Pemilik restoran mengalihkan pandangannya ke arah pintu, dia tersenyum melihat siapa yang baru saja masuk ke dapur.

"Harusnya kamu ngasih tau agak siangan dikit, biar aku bisa mengatur ulang jadwal makanku" Ucap Jennie mendekat.

Jisoo hanya tersenyum, kembali fokus dengan apa yang dikerjakan tadi.

"Kamu tau Ji, jadwal makan malamku itu gak lewat dari jam 5 sore. Pokoknya sebelum terbenam matahari..."

"Sekali-kali makan malam, di waktu malam. Apa salahnya sih?" Ucap Jisoo, melirik sekilas ke wanita yang sudah berdiri di samping. "Yang penting makanlah sebelum lapar, berhentilah sebelum kenyang"

"Sekarang aku kelaperan tau!!"

Jisoo mendengar suara kesal Jennie, malah tertawa. Wanita yang berumur hampir setengah abad itu, masih melanjutkan kegiatan sebelum wanita pemilik butik datang. "Kenapa gak nyemil aja dulu, atau minum okky jelly drink penunda lapar itu."

"Penunda lapar apaan? Gak ngaruh juga"

"Kamunya minum satu, coba 3-5 gitu diminum..."

"Bukan penunda lapar lagi namanya, pemicu diabetes yang ada"

Kembali Jisoo tertawa, kali ini menghentikan mengiris ikan tuna itu. Menoleh ke Jennie yang menatapnya sedikit kesal. "Tadi siang temanku ngasih ikan segar yang baru ditangkap ini. Bisa aja dibekuin sih, tapi lebih bagus makannya fresh seperti sekarang. Cita rasa khas ikan itu masih kuat. Tunggu sebentar lagi ya..." Ucap Jisoo tersenyum, yang akhirnya membuat si pemilik butik ikut tersenyum. "Lagian Lisa belum datang, mungkin lagi di jalan."

"Hmm" Jennie hanya mengangguk. Lalu memperhatikan sekitar dapur Jisoo.

Sang empu dapur melanjutkan mengiris daging tuna segar itu kembali. "Kalau masih lapar, ada beberapa cemilan di ruanganku. Jika kamu mau, bisa makan itu dulu"

"Gak usah, Ji. Aku nungguin Lisa aja deh." Ucap Jennie, masih memperhatikan sekitar dapur yang terlihat rapi dan bersih.

Lalu kedua mata kucing Jennie menatap meja hidang di belakang Jisoo. Tampak di meja itu ada sebuah piring yang ditutup. "Itu apa?" Tunjuknya ke meja hidang.

Jisoo menoleh menatap Jennie, lalu mengarahkan mata ke meja hidang yang ditunjuk wanita di sampingnya. "Oh itu..." Segera menyuci kedua tangan dan mendekat ke meja hidang, diikuti Jennie dari belakang. "Tadi aku membuat ini untuk Lisa." Lalu membuka penutup piring itu.

"Woah... Pasta!" Mata Jennie berbinar-binar melihat satu piring spaghetti dengan topping yang kelihatan menggugah selera. "Ini untuk Lisa? Apa aku gak boleh mencicipinya?"

"Boleh, tapi..." Ucap Jisoo ragu

"Tapi apa? Kamu nyampurin obat mules ke makanan ini buat Lisa?"

"Ya nggak lah!"

"Siapa tau jailnya masih sama kek dulu..."

"Aku ini udah tua, gak mungkinlah main-main kek dulu lagi"

"Oh, sudah sadar toh" Ucap Jennie sedikit tertawa, matanya masih memperhatikan makanan di piring.

Jisoo tersenyum melihat tawa Jennie itu. "Aku sadar kok udah tua. Keriput ada dimana-mana. Emangnya kamu semakin tua, semakin cantik aja."

Songs From The Heart (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang