51.

719 59 24
                                    

Kalau bukan karena imbalan yang berarti, Harry tidak akan datang ke tempat ini.

Jauh-jauh dari Holmes Chapel, Harry harus pergi kembali ke London lagi tepat dua hari sebelum hari Natal. Tentunya hal itu membuat seluruh anggota keluarganya bertanya-tanya, apa yang tidak bisa dilewatkan Harry sampai-sampai pria itu harus kembali ke London. Dan sayangnya, Harry tidak bisa memberikan jawaban yang sesungguhnya.

Sebenarnya Harry bisa saja absen dan beralasan untuk tidak hadir di pertemuan ini, tapi orang yang mengundangnya begitu menjanjikan dan sangat memohon untuk kedatangannya. Andai saja Harry tega, ia tidak akan menyetujui permintaan Kendall untuk datang menemui gadis itu.

Alasan utama kenapa Harry datang adalah perkataan Kendall tentang dirinya yang tidak akan mengganggu kehidupan Harry dan Gi kalau Harry bersedia datang. Awalnya, Harry tidak mau mempercayai Kendall karena gadis itu bisa bertingkah yang tidak masuk akal, tapi suara gadis itu lewat telepon sangat meyakinkan. Jadilah, Harry sekarang berada di jalan menuju satu restoran untuk menikmati 'makan malam'.

Pandangan Harry menyapu ke segala penjuru ruangan di restoran itu. Satu senyum dari seorang gadis berambut hitam yang tak lain adalah Kendall tentu tidak luput dari mata Harry. Senyum memuakkan khas gadis itu.

Harry menuju meja yang ditempati Kendall dan mengambil tempat duduk yang selurusan dengan gadis itu. Ia duduk berseberangan dengan Kendall. "Jangan lama-lama, aku tidak punya waktu banyak."

"Santai saja, Harry, kau bahkan baru datang. Sebentar lagi hari Natal, kenapa kau tidak bersikap baik sebentar padaku?" balas Kendall ringan.

Harry menatap gadis itu dingin. "Katakan saja apa yang perlu kau katakan."

Kendall mengulas senyum termanisnya. "Aku sudah pesankan makanan untukmu, kuharap kau suka dengan makanan yang kupilihkan."

Dagu Harry menegang, mencoba menahan kesabarannya menghadapi orang yang duduk dengan santai di depannya. "Tidak usah basa-basi, aku malas mendengar ocehanmu itu."

"Ikuti saja apa yang aku lakukan, Styles. Atau perjanjian kita batal." kata Kendall pelan namun langsung membuat Harry bungkam.

Harry menatap tajam ke arah Kendall, masih menahan kesabarannya agar tidak hilang dan lepas kendali di tempat itu. Tempat ini memang tidak terlalu ramai tapi pertemuannya dengan Kendall hari ini bisa menarik perhatian cukup banyak mengingat Harry sudah tidak pernah terlihat dekat lagi dengan Kendall.

Tak lama, makanan yang Kendall pesan untuk mereka berdua tiba. Harry hanya melirik apa yang tersaji di mejanya. Tidak ada niat sedikit pun untuk menyentuh makanan itu. Nafsu makannya tidak akan pernah muncul kalau ia harus makan di depan orang yang terus menerus mengganggu hidupnya.

"Makanlah, Harry. Memangnya kau tidak lapar setelah bepergian dari luar kota?" tanya Kendall.

Mulut Harry terkatup dan ia hanya menggeleng. Kendall berkata, "Baiklah kalau begitu, kau mau aku langsung mengatakannya saja?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya tadi?" Mata Harry berputar dan ia mendengus pelan. "Kalau sampai dua menit lagi kau tidak kunjung bicara, aku pergi dari sini."

Mendengar hal itu, Kendall spontan terlihat gelisah. Akhirnya ia mengalah.

"Sudahi saja hubunganmu dengan Gi." Kata-kata itu meluncur dari bibir merah Kendall dengan santai.

"Jauh-jauh aku kembali ke sini, kau cuma mau bilang itu?" Harry mengerutkan alis dengan heran. "Dasar wanita aneh, kau sudah sering mengatakan itu. Asal kau tahu, aku sudah kebal dengan kalimatmu."

"Belum selesai, Styles," Kendall menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan. "Sebenarnya, sudah banyak yang mengambil foto kita sejak tadi."

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang