Tangan Gi tergenggam erat dengan tangan lain yang lebih besar dari miliknya. Sang pemilik tangan itu terus menariknya dan berjalan menuju ke sebuah rumah. Gi belum sempat melihat ke sekitar saat ia tiba di depan pintu rumah itu. Orang yang menggenggam tangannya tadi tersenyum bangga. Gi menyadari senyum itu dan tersentak di tempatnya karena orang itu adalah Mike.
"Mike? Kita ada di mana?" tanya Gi penasaran dan kepalanya terasa kaku tidak bisa menengok ke belakang.
"Kau lupa? Kita sekarang berada di Manchester, ini rumahku." jawab Mike tenang sambil menekan bel rumahnya sekali lagi.
"Rumahmu? Untuk apa? Kita kan sudah putus?" kata Gi dengan ekspresi bingung. Ia masih tidak percaya ia berada di rumah Mike, tepat di depan pintunya.
Pertanyaan Gi tidak terjawab karena pada saat yang bersamaan, pintu hijau itu terbuka dan muncul seorang wanita paruh baya dengan wajah yang ceria.
"Mike!" seru wanita itu dan segera memeluk Mike. Gi tahu wanita itu adalah ibu Mike karena ia pernah bertemu dengan ibu Mike sebelumnya.
"Bu, Ibu tidak lupa dengan Gi kan?" tanya Mike setelah melepas pelukan dari ibunya.
"Tentu, siapa yang lupa dengan gadis cantik ini?" senyum dari wajah ibu Mike belum lenyap.
"Selamat pagi, Mrs. Beaufort. Senang bertemu denganmu lagi." balas Gi ramah.
"Masuklah, anginnya dingin sekali di luar." kata ibu Mike yang kemudian membuka jalan agar Mike dan Gi bisa segera masuk ke rumah.
Wangi kayu manis memenuhi rumah itu dan Gi tahu ibu Mike memang senang membuat kue-kue kering, terutama jika Mike pulang ke Manchester. Mike adalah anak laki-laki terakhir di keluarganya, jadi maklum saja kalau ibunya sangat menyayangi Mike.
Meski rumah Mike terasa begitu nyaman, Gi malah merasakan sebaliknya. Ia tidak seharusnya berada di rumah itu. Ia sudah bukan kekasih Mike lagi, ia sudah tidak ada urusan dengan Mike, begitu juga dengan keluarga Mike. Apa Mike belum memberitahu keluarganya?
"Bagaimana London?" tanya ibu Mike yang mencoba membuka percakapan.
"London tetap baik-baik saja, Bu," jawab Mike sambil meletakkan tasnya di ruang keluarga. "Di mana Ayah?"
"Aku di sini." sahut sebuah suara yang berbarengan dengan langkah kaki yang menuruni tangga.
Gi dan Mike langsung menoleh dan menemukan sumber suara itu. Ayah Mike turun dari tangga dan memeluk Gi serta Mike. Ia masih kelihatan bugar meski usianya yang sudah cukup lanjut. Mr. Beaufort memerhatikan Gi dan Mike dengan seksama.
"Bagaimana? Kalian sudah siap untuk bertunangan?" tanya pria yang rambutnya sudah hampir putih semua.
Gi membelalakkan matanya terkejut. Bertunangan? Ia sudah tidak bersama Mike lagi tetapi orangtua Mike malah menanyakan tentang bertunangan? Gi tahu ada sesuatu yang berjalan tidak benar di sini.
"Bertunangan?" tanya Gi sambil menutupi keterkejutannya.
"Iya, kita kan ke sini untuk membicarakan detilnya kepada Ayah dan Ibuku," ujar Mike ringan. "Mungkin sebaiknya kita mengadakannya di Manchester saja, kalau dilaksanakan di Irlandia rasanya jauh sekali. Begitu kan, Gi?"
Semua pasang mata di ruangan itu memandang Gi dan menunggu jawaban dari mulut Gi. Namun Gi malah terlihat bingung dan mengernyitkan dahinya. Bertunangan dengan Mike? Rencana itu tidak pernah muncul di kepala Gi selama ini.
Tiga orang di sekitar Gi sudah tidak menunggu jawaban dari Gi dan malah membicarakan hal lain namun dengan tema yang sama, yaitu pertunangan Gi dan Mike. Suara mereka yang saling bersahutan kini mulai berdengung di telinga Gi. Ia belum bisa mencerna semua hal yang daritadi mereka bicarakan. Orangtua Gi, makanan penutup, jumlah tamu, dan berbagai macam seputar pertunangan memenuhi telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETED
Fanfictionit all started when gina bumped into the one and only, harry styles. she is also introduced to all of harry's friends, including liam payne. then everything in her life changes and everyone convince her that she's the lucky one. (written in bahasa i...