38.

976 84 19
                                    

Kejadian di klub yang disebabkan oleh Liam dan Harry semalam membuat para awak media menjadi gempar. Semua berita dunia hiburan kini memuat artikel-artikel dan foto dari perkelahian bintang papan atas itu. Untungnya, fotonya bukan foto yang berkualitas bagus, namun tetap saja foto itu menjadi bukti bahwa perkelahian itu memang benar-benar terjadi.

Yang pasti sudah kena imbasnya adalah penyebab Liam menyerang Harry, yaitu Gi. Gi sudah tahu ini bakal membuatnya pusing tujuh keliling. Sudah banyak twit atau komentar-komentar dari penggemar One Direction yang sampai ke akunnya dan tak sedikit pula yang berkata bahwa mereka membenci Gi karena sudah membuat idola mereka bertengkar. Gi memang sudah diingatkan oleh Harry untuk tidak terlalu memikirkan semua perkataan penggemarnya tapi kalau ia diserang bertubi-tubi bagaimana bisa ia tidak berhenti memikirkannya?

Bukan hanya itu yang ada di otak Gi, keadaan Harry juga membuatnya khawatir. Tidak parah memang, hanya patah di hidung tapi mengingat betapa banyak darah bercucuran saat tadi malam membuat Gi mual sendiri. Ia tidak bisa melihat Harry menderita seperti itu. Ia tidak rela walaupun Harry hanya terkena tusukan jarum atau jatuh di jalan dan membuat lututnya lecet.

Gi dan Tia langsung membawa Harry ke instalasi gawat darurat semalam. Tia berusaha menenangkan tangis Gi sampai Harry keluar dari ruangan dengan perban pada hidungnya. Dokter hanya bilang perban Harry baru bisa dibuka paling lama satu minggu. Dokter juga mengobati beberapa memar di wajah Harry.

Sekarang Harry masih terlelap di kamar Gi dan Gi baru bangun dari tidurnya. Ia memutuskan untuk tidur di sofa karena masih merasa aneh kalau tidur di tempat tidur bersama Harry. Lamunan Gi tentang kejadian semalam akhirnya terbuyarkan karena Tia.

"Ya ampun, sudah jam berapa ini Gina? Bangun, atau aku akan mengguyur air ke kepalamu!" ancam Tia yang sudah berkacak pinggang di samping sofa.

Gi memutar matanya dengan malas. Ia bangkit dan menuju kamar mandi. Setelah membasuh muka dan menggosok gigi, Gi segera keluar dan mendapati Tia yang sudah rapi dan siap pergi. "Mau ke mana kau?"

"Aku mau latihan, tiap hari juga begitu kan." jawab Tia sambil berkaca di cermin dekat pintu keluar. "Ya sudah, aku berangkat dulu ya. Jaga dirimu baik-baik, oh ya jangan menangis lagi. Harry bakal mencekikku kalau melihatmu menangis."

"Kenapa dia mencekikmu?" Alis Gi mengerut.

Tia tersenyum simpul. "Karena dia sudah sering mengingatkanku untuk membuatmu tidak pernah merasa sedih." Kemudian ia keluar pintu flat Gi.

Harry kerap kali membuat Gi ingin terbang di tempatnya. Walaupun bukan laki-laki itu yang mengatakannya langsung, Gi tetap tahu bahwa Harry memang bersungguh-sungguh menjalin hubungan dengannya.

Gi terlonjak di tempatnya karena Neo menggonggong dan berlari ke arahnya. Anjing itu sudah terlihat cerah karena ia menjulurkan lidahnya. Atau mungkin dia kelaparan. Gi menggendong Neo dan membelai kepalanya.

"Bisakah kau melakukan hal yang sama dengan yang kau lakukan pada Neo kepadaku?"

Harry sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah baru bangun tidurnya. Matanya masih mengantuk dan suaranya yang berat bisa memberitahukan kalau ia mengalami malam yang buruk. Mata Gi tidak pernah berpindah dari hidung Harry yang dibidai dan diperban. Walaupun begitu, Harry tidak pernah kehilangan pesonanya. Celana merah yang ia kenakan semalam pun terlihat sama menakjubkannya walaupun ia sudah melepas kuping tikusnya.

Gi masih memeluk Neo dan berkata, "Kau pikir kau seenteng bulu ayam?"

Harry menyipitkan matanya lalu tergelak. "Jadi kau tidak mau memelukku? Kau tega dengan orang yang baru saja patah hidungnya?"

"Mau hidungmu patah atau kakimu yang patah juga aku lebih suka memeluk Neo." goda Gi yang malah mengusap-usap leher Neo.

Harry berjalan ke arah Gi dan mencubit pipi gadis itu dengan gemasnya. "Kenapa kau tidak tidur denganku?"

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang