Di Plaza London Eye
"Kalian benar-benar tidak tahu Harry ke mana?" tanya seorang laki-laki kepada sekumpulan laki-laki yang terlihat lebih muda darinya.
Laki-laki yang bertanya itu terlihat lebih tua daripada empat orang laki-laki lainnya. Walaupun memakai kacamata hitam, namun bisa terlihat dari balik kacamata itu, matanya memancarkan kegelisahan dan kebingungan luar biasa. Pakaiannya pun berbeda dengan empat laki-laki lainnya. Ia terlihat lebih santai dan tidak terlalu memperhatikan pakaiannya. Cara bicaranya terhadap yang lain sepertinya lebih serius.
"Liam, kau benar-benar tidak tahu dia ke mana? Biasanya instingmu benar jika tentang Harry?" tanya laki-laki itu lagi.
"Aku benar-benar tidak tahu, Tim. Dia melupakan ponselnya dan pergi begitu saja." jawab laki-laki yang tadi dipanggil Liam sambil menggelengkan kepalanya lesu.
"Baiklah akan kutanyakan Kendall." laki-laki bernama Tim tadi pun menjauh dari Liam dan lainnya.
"Menurutku, percuma saja ia menanyai Kendall. Seperti dia tidak tahu Kendall saja." kata laki-laki lain yang berambut pirang sambil menghela napas. Laki-laki itu terlihat paling childish dibanding yang lainnya.
"Harry memang keterlaluan. Aku yakin dia sedang bersenang-senang di luar sana sementara kita menunggunya sampai kepalaku mau pecah." timpal laki-laki lain yang berwajah Timur Tengah sedikit emosi. Rahangnya mengeras dan ia terlihat menahan emosi.
"Sudahlah Zayn, lebih baik kita tunggu dia saja. Aku yakin dia datang. Pasti dia datang." Liam berbicara kepada laki-laki berwajah Timur Tengah itu.
Tak jauh dari tempat itu, Harry turun dari bus dan menarik Gi yang masih terkantuk-kantuk. Seperti biasa, Harry menarik Gi dengan erat disertai dengan berlari. Gi masih bingung kenapa ia berlari-lari tapi ia terlalu lelah untuk membuka mulutnya. Dia masih menebak-nebak apakah alasannya karena Harry adalah artis idolanya. Maklum, jika Gi mengantuk, ia tidak mampu berpikir jernih sama sekali. Bisa berjalan atau berlari saat mengantuk adalah hal yang luar biasa yang bisa dilakukan Gi.
Harry berhenti sejenak menentukan arah dan ia teringat tempat teman-temannya berada. Ia mengambil ke arah kanan dan melanjutkan berlari sampai ia melihat bus manajemennya. Harry lanjut berlari dan menarik Gi yang masih mengantuk.
Akhirnya mereka pun tiba di kumpulan empat laki-laki tadi. Harry mengatur nafasnya dan mulai berjalan santai. Gi yang masih digandeng Harry juga ikut mengatur nafasnya.
"Akhirnya......" kata laki-laki yang tadi hanya diam saja saat mengetahui kehadiran Harry lebih dahulu dan ia hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali karena ulah Harry.
"Teman-teman, sebelum kalian meneriaki atau memarahiku, ijinkan aku bernafas terlebih dahulu." kata Harry tersengal-sengal sambil meletakkan kedua tangannya di lutut dan menunduk. "Ini aku belikan mie ramen untuk kalian. Kuharap perut kalian masih cukup untuk menampung itu. Gi, apa kau masih memiliki air?"
Gi pun sadar dari tidurnya dan akhirnya terbengong-bengong melihat teman-teman Harry. Ia tidak menyangka ia berada sangat dekat dengan band favoritnya!!! Rasanya dia seperti bertemu malaikat-malaikat yang sebelumnya hanya ia bisa lihat di dinding kamarnya. Baru kali ini ia merasakan bahwa kenyataannya lebih indah daripada mimpinya barusan.
Gi mengamati Liam tanpa berkedip. Wajah lembut Liam dan ketenangannya membuat Gi tidak dapat mengeluarkan sepatah kata.
"Gi???" Harry menengok ke tempat cewek itu berdiri.
"Oh, iya maaf. Ini air minumnya." Gi langsung mengeluarkan sebotol air dari sling bag nya. Namun, ia belum bisa meredam rasa kagumnya karena begitu dekat dengan idolanya. Gi bersyukur ia masih bisa menahan sikapnya dengan berdiam diri. Jika ia tidak tahu situasi, ia mungkin sudah melonjak-lonjak kegirangan akibat kejadian yang ia alami sekarang.
Harry langsung meminum air botol itu sampai habis.
"Kau haus sekali?" tanya Niall polos.
"Menurutmu?" balas Harry.
"Aku rasa seharusnya kami yang lebih haus. Menunggumu berjam-jam dan kau duduk di sini seenaknya, minum, dan arrrggggh!" Zayn masih menahan emosinya dan memalingkan mukanya ke arah sungai Thames.
"Oke, oke, aku minta maaf telah membuat kalian menunggu lama. Aku minta maaf."
"Bukan begitu Harry, kau tahu bagaimana manajer kita kan? Dan kau menghilang begitu saja tanpa penjelasan. Oh iya, siapa dia?" Liam bertanya sambil memperhatikan Gi dari atas sampai bawah.
"Oh, iya. Guys, this is Gi. Gi, this is Liam, Zayn, Niall, and Louis."
Tanpa Harry kenalkan pun, Gi tahu siapa saja empat orang itu. Liam adalah anggota One Direction favoritnya. Di samping Liam, ada Zayn yang terlihat lebih dingin daripada yang ia lihat di internet. Setelah Zayn, ada si pirang Niall yang kelihatannya santai sekali namun Gi tahu ia juga kesal terhadap Harry seperti teman-temannya. Terakhir, Louis, memakai mantel coklat tua dan Gi menebak bahwa Louis sedang tidak enak badan ditambah dengan kesal terhadap Harry.
Empat laki-laki itu mengulurkan tangan mereka. Gi menjabat tangan mereka satu-satu. Ia masih tidak percaya bisa menjabat tangan dari artis favoritnya. Ia masih memegangi tangannya yang hangat setelah bersalaman dengan empat orang itu.
Ia mengingatkan dirinya untuk tidak akan mencuci tangannya sampai waktu yang belum ia tentukan. Tangannya terlalu berharga untuk dicuci.
"Oke, lebih baik kita segera kembali ke bus. Aku bertaruh Kendall sangat kesal karena kita tidak cepat-cepat pergi dari tempat ini sejak berjam-jam yang lalu." Zayn berkata sambil melirik jam tangannya.
Ia pun melangkahkan kakinya lebih dulu dan menaikkan maskernya, serta membenarkan beanie hat nya. Kemudian Zayn berjalan menjauhi Gi dan yang lainnya.
Liam memberi kode kepada Harry dengan menggelengkan kepalanya ke arah Gi yang masih diam dan memegangi tangannya sementara Niall dan Louis sudah berjalan duluan menyusul Zayn.
Harry mengangguk.
"Gi, terima kasih untuk hari ini. Terima kasih untuk ramennya. Aku tidak tahu kapan kita bertemu lagi. Bisa aku meminta nomormu?" tanya Harry dan memamerkan senyum dengan deretan giginya yang rapi.
Gi yang seperti terhipnotis pesona senyum Harry pun memberikan nomor ponselnya. Entah kenapa sekali lagi ia percaya dengan Harry. Ia yakin Harry adalah orang yang baik dan tidak akan bertindak jahat kepadanya. "Jangan pernah menyebarkan nomorku!" kata Gi sambil tertawa pelan.
"Siapa juga yang mau menyebarkan nomor gadis sepertimu? Ini pun aku belum tentu menelponmu." jawab Harry ketus dan tidak tersenyum seperti sebelumnya.
Gi pun langsung cemberut. "Jadi kau pergi sekarang? Lalu apa gunanya aku kemari?"
"Maafkan aku, Gi. Kau kan bisa saja naik underground lalu pulang. Maaf dan terima kasih untuk hari ini." Harry pun tersenyum lagi dan mencubit pipi Gi lalu berlari menyusul teman-temannya.
Gi terdiam dan memegangi pipinya yang masih panas. Mimpi apa dia semalam? Rasanya ia tidak bermimpi apa-apa. Namun hari ini sudah banyak keajaiban yang terjadi di hidupnya. Tadi siang ia pergi bersama Harry Styles lalu makan bersamanya, kemudian ia bertemu dengan Zayn, Liam, Niall, Louis dan berjabat tangan dengan mereka. Lalu ia ditinggalkan di depan plaza London Eye begitu saja walaupun Harry mencubit pipinya terlebih dahulu sebelum pergi.
Gi pun pulang dengan underground ke arah perpustakaan tempatnya bekerja yaitu Chelsea Library. Di underground pun ia masih melamun dan memikirkan kejadian hari ini. Sesekali ia menabrak orang yang berlalu lalang dan meminta maaf saat berjalan menuju underground.
Ia pun mengambil tempat duduk di sebelah pintu supaya ia bisa langsung keluar dari underground.
Ia berharap suatu hari ia dapat bertemu kembali dengan Harry di saat yang ia tidak pernah duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETED
Fanficit all started when gina bumped into the one and only, harry styles. she is also introduced to all of harry's friends, including liam payne. then everything in her life changes and everyone convince her that she's the lucky one. (written in bahasa i...