Hubungan Rafael dan Tyas yang tadinya sudah dekat menjadi semakin dekat sekarang. Mereka saling menempel satu sama lain bagai prangko pada surat POS.
Berangkat bareng, ke kantin bareng, apa-apa pokoknya bareng. Kecuali ke toilet tentunya.
Bukan hanya seisi kelas saja, anak-anak kelas lain pun sampai ikut mengira mereka berpacaran karena saking seringnya terlihat bersama.
Rafael juga akhir-akhir ini lebih sering tersenyum dan mau bertegur sapa dengan murid-murid lain. Bahkan tempo hari dia berinisiatif mengambilkan dompet seorang siswa yang tidak sengaja terjatuh dan memberikannya sembari berkata hati-hati. Kejadian itu disaksikan oleh murid-murid yang mengintip lewat jendela kelas serta murid yang berada di sekitaran koridor. Kepribadian hangat Rafael yang baru muncul ini tentu saja menghebohkan seantero sekolah.
Akibatnya, banyak gadis yang mulai berani terang-terangan mendekatinya.
"Kak El,"
Rafael yang tengah mengambil buku paket dari dalam loker otomatis menoleh untuk mendapati adik kelas yang kini berdiri disisi kiri menghadapnya. Siswi itu memeluk sebuah kado di kedua lengan seraya tersenyum malu-malu.
Rafael menutup loker kemudian menyampirkan tas ke bahu kanannya. "Ya, kenapa?"
Kado tersebut lantas disodorkan pada Rafael dengan kepala menunduk. "Aku udah dari lama pengen ngasih ini ke Kakak. Tolong diterima ya, Kak!"
Jeda.
"Aku.. suka sama, Kak Rafael."
Sesaat cowok ber-tahi lalat banyak di wajah itu terdiam, sebelum menerimanya. Ketika si gadis mengangkat wajah sumringah, dia tersenyum simpul. Kalian tahu kan, hati Rafael hanya untuk siapa?
"Makasih kadonya. Gue nggak ngelarang lo suka sama gue karena itu emang hak lo. Tapi perlu lo inget gue sukanya cuma sama Tyas. Tyas Daksayani."
Yang berdiri di hadapannya jelas tertegun.
"Ah, i-iya Kak." Si gadis lantas mundur perlahan, sadar diri. Matanya berair sewaktu menatap Rafael. "Semoga lo bahagia sama kak Tyas."
Lalu gadis itu berbalik dan berlari pergi meninggalkan Rafael, yang sejurus kemudian memandang punggungnya tanpa ekspresi.
Ketiga lelaki yang sedari tadi memerhatikan mereka dengan hanya kepala saja yang muncul dari balik dinding sontak bergidik. Ini entah sudah kesekian berapa kalinya Rafael menolak seorang gadis menggunakan alasan yang sama.
Kepala Fatih yang paling atas menunjukkan muka datar. "Najis, temen lo berdua bulolnya udah mendarah daging." ujarnya sembarangan membuat kepala Sauqi yang berada tepat dibawah dagunya, memutar mata jengkel. "Heh, dia juga temen lo ya!" Sementara kepala Yoga yang paling bawah mendengus sebal. "Ini, kenapa gue jadi gendong lo berdua sih?"
Disisi lain dari tempatnya berdiri, Danilla memerhatikan punggung Rafael yang mulai meninggalkan area loker dengan perasaan kesal setengah mati. "Tyas lagi, Tyas lagi. Tyas aja terus."
.
"Yas, gue bawa kado buat lo nih!"
Rafael berseru begitu memasuki kelas dan bukan hanya Tyas saja yang menoleh tapi seisi kelas turut menoleh kepadanya. Seakan-akan dua sejoli itu terlalu sayang untuk dilewatkan.
Si cowok melangkah lebar menuju ke bangkunya di pojok dengan cengiran manis. Kado ditangannya diletakkannya ke meja Tyas saat duduk ke kursi sebelah gadis itu.
"Wah, dari siapa lagi nih?" tanya Tyas menoleh pada Rafael antusias sebelum membongkar bungkus kado yang dia pindahkan ke pangkuannya. "Gila, parfum! Mahal banget pasti kelihatan dari nama brandnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Broken
Fiksi RemajaRafael itu pendiam, Rafael itu dingin, Rafael itu sulit bersosialisasi. Tapi kalau bersamaku, lelaki itu akan berubah 180 derajat. Meski semua orang berkali-kali bilang dia jahat, bilang dia kejam, bilang dia bajingan tidak punya hati, bagiku diala...