Happy Reading
Yoga memeluk kaki sembari menyandarkan punggung ke tiang kayu gazebo. "Suka nggak tega kalo liat diri sendiri nggak punya duit. Bagi duit dong,"
"Ya sama, Yog. Gue juga nggak punya duit," sahut Marshel menendangi kerikil yang ada di dekat sepatunya.
Meski pembelajaran di kelas tengah berlangsung, anak-anak Madagascar sekarang justru duduk-duduk santai di gazebo yang terletak di tengah lingkaran gedung sekolah.
"Lo punyanya apa sih, Shel? Keknya tiap ada yang bilang nggak punya sesuatu, lo pasti juga bilang begitu." tanya Raja sensi.
Marshel tergelak. "Gue punyanya cinta.."
"Alah, terakhir kali putus sama tali puser aja begayaan ngomong cinta lo!" balas Raja kesal. "Giliran nggak sengaja papasan sama Nadya langsung lari kayak ketemu setan."
Semua orang di gazebo sontak tertawa lepas.
Fatih menepuk bahu cowok itu. "Emang gitu dia, Ja."
Marshel mendengus. "Nggak usah diingetin lagi lah. Itu kan dulu."
"Sekarang?" Han bertanya.
Marshel menggaruk alis. "Sama aja sih,"
"YHAAA.."
Gelegak tawa resmi mengalun lagi memenuhi gazebo. Menggoda salah satu anggota sudah menjadi kebiasaan anak-anak Madagascar sejak dulu.
"Ah, nggak asik lo semua!" Marshel misuh-misuh. "Cabut ajalah gue dari sini."
"Lo yang nggak asik, dodol." Yoga melemparinya gulungan plastik es bekas gorengan. "Gitu doang ngambek lu."
Sauqi yang melihat Shena tengah berjalan di koridor bersama Meisya hanya memperhatikannya dalam diam. Tapi tidak dengan Han. Cowok itu malah memanggil gebetannya.
"Meisya! Mei!"
Han berdiri lalu berjalan menuju ke arah dua gadis itu yang berhenti di dekat tangga. Sebelah tangannya terangkat untuk mengusap kepala Meisya begitu sampai.
Yoga memutar mata melihatnya dari kejauhan. "Mulai dah tu si bucin tolol,"
"Persis Rafael yang dulu kelakuannya," komentar Raja menerawang.
Fatih refleks menoleh ke arah cowok itu, sebelum memerhatikan Han lagi. "Lo bener, Ja. Rafael dulu emang kayak gitu."
"Sekarang juga begitu," ujar Sauqi dihadiahi helaan napas dari Fatih.
"Iya juga sih,"
Sementara itu di dekat tangga, Meisya justru menggerutu. "Aduh, ngapain sih pake ngelus-ngelus segala, Han. Malu tau dilihatin temen-temen lo."
"Ngapain malu?"
"Tau lo, Mei." Shena tertawa sedikit. "Han cuma pengen nunjukin cintanya ke lo, ih."
"Ngomong sama tembok aja lo, Na." sahut Meisya kesal dengan pipi bersemu.
Han lantas tertawa dan mencubit pipinya. "Lucu banget si kamuu.."
"Han!"
"Iya-iya, ampuuun!"
Shena tertawa ketika Han dan Meisya bertengkar kecil lalu menolehkan kepala ke arah kanan, memerhatikan gerombolan lelaki yang duduk-duduk santai di gazebo. Pandangannya segera saja jatuh pada Fatih yang ternyata juga menatapnya.
Teringat akan kejadian waktu lalu membuat Shena jadi merasa sedih. Laki-laki itu benar-benar tidak mau menerima pemberian darinya.
Sauqi mengedikan dagu. "Samperin gih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Broken
Genç KurguRafael itu pendiam, Rafael itu dingin, Rafael itu sulit bersosialisasi. Tapi kalau bersamaku, lelaki itu akan berubah 180 derajat. Meski semua orang berkali-kali bilang dia jahat, bilang dia kejam, bilang dia bajingan tidak punya hati, bagiku diala...