Ditulis 3 Juni 2021, namun ditolak publikasi karena dianggap membawa tema sensitif.
MAHA
Tuhan, Dewa-Dewi, dan Alam Semesta
Mengapa Kalian menelantarkan umat Kalian?
Kami meminta, mencari, dan mengetuk
Tapi kami tidak diberi, tidak mendapat, dan tidak dibukakan
Tunjukkanlah kami jalan yang lurus
tapi di depan kami cuma ruang hampa yang seolah mengejek
Damaikan dan berkahilah hari serta hati kami
tapi dibalas dengan berpura-pura tidak dengar
(Lalu Kalian marah dan cemburu,
di dalam kesunyian)
Kemudian saat kami berbalik badan,
kami disambut tatapan cemooh orang-orang yang beranggapan
suara kami kurang lantang, mata kami kurang teliti, dan kami kurang sabar menunggu
kami tidak akan pernah dicukupkan!
Oh, kepada Tuhan, Dewa-Dewi, dan Alam Semesta yang Maha Segalanya,
apakah Kalian juga berarti
indah dan buruk rupa,
adil dan pelit,
terang dan gelap,
sempurna dan cacat?
(Lalu kami kecewa,
di dalam kesunyian)
Seiring langkah kami, definisi-definisi yang terjukstaposisi
Tidak lagi mengganggu sama sekali
Kami tidak sedih, tidak juga marah,
Menyadari, semata-mata yang terpenting bagi kami adalah
pemahaman akan waktu dan kedewasaan diri
Hingga akhirnya jiwa-raga-benak ini memutuskan untuk berhenti sejenak
mengambil waktu istirahat, bersama dengan datangnya kesimpulan
bahwa sungguh pun, tidaklah seharusnya menjadi masalah,
apakah Kalian baik atau jahat
tidaklah juga pernah penting,
Kalian ada atau tiada
karena itu semua hanyalah sebatas konsepsi yang dibangun
sesuai dengan moral manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 FEBRUARI
PoetrySetiap kata yang kau lontarkan dan perbuatanmu yang menghunus dada. Darimu setiap penolakan, sebanyak napas yang ku hembuskan.