Jika di tiap kenanganku tentangmu terpampang nominalnya
berapa banyak nol sanggup kau hitung?
Sesering apa pun aku berandai
Sedemikian rupa aku ingin kau menjawabnya
Aku tahu
Aku tahu kau bahkan tak sedia coba mengira
Bukan impianku untuk kamu membalas pengorbananku
Bukan pula inginku untuk kamu perhatikanku setiap saat
Hanya saja, kau tidak akan pernah paham dan
kau tidak akan pernah tahu
Februari lalu aku merangkak
berusaha menggapai dirimu
menarik tubuhku dengan segala upaya dan harap
Februari lalu aku bergumul
Bukan karena tampak bodoh akibat berjuang sendiri
Bukan karena mendengar dan menyadari mereka semua berteriak
"Hei, berhenti! Bangunlah! Semua itu sia-sia,"
Namun karena aku mencintaimu
Mencintaimu walau kerja matamu hanya sibuk mencari dia
Menggeledah setiap ruang yang ada
Menanti dan berdoa tanpa melirikku
Mencintaimu walau tatkala aku harus hidup dengan fakta bahwa
kau tidak akan pernah mungkin mencintaiku
...
Februari lalu kini rampung
Kerap kali aku menangkap diriku berkelana terlalu lama
Kemudian berandai, mampukah hidup dengan seberkas memori dan sepotong harap
Februari lalu kini rampung
Mungkin sudah saatnya aku pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 FEBRUARI
PoetrySetiap kata yang kau lontarkan dan perbuatanmu yang menghunus dada. Darimu setiap penolakan, sebanyak napas yang ku hembuskan.