02. Tak Terkendali

4.5K 285 19
                                    

Joe menghela napas. Ia tidak terlalu mengharapkan hadiah. Namun ia tahu jika dirinya menolak maka Haris—papi Nick akan kecewa.

"Tapi saya tidak bisa janji akan bertahan," ucap Joe.

"Ya terserah kamu. Yang penting kan dicoba dulu. Jangan belum apa-apa sudah menyerah," sahut Nick.

"Baiklah kalau begitu. Saya permisi," ucap Joe. Kemudian ia meninggalkan ruangan tersebut.

Kini Joe pergi ke bagian SDM. Ia ingin meminta kursi untuk Lily. Setelah itu Joe pun kembali ke ruangannya.

"Lho, mana kopinya?" tanya Lily.

Joe tidak menjawab. Ia hanya melirik sinis, kemudian pura-pura sibuk di lemari sambil memunggungi Lily.

"Kirain kamu keluar tadi mau ambil kopi," canda Lily. Namun ia bosan karena Joe tidak menanggapinya. Akhirnya Lily bangun dan berjalan ke arah Joe.

"Lagi lihat apa?" bisiknya.

"Astaga!" Joe terperanjat. Ia yang sedang kesal itu tidak menyadari langkah Lily.

"Ya ampun. Aku ini bukan hantu, lho. Kamu dari tadi kaget terus, sih?" keluh Lily.

"Kamu lebih menakutkan dari hantu!" skak Joe, kesal.

"Ya udah kalau begitu aku akan menghantui kamu terus. Rawrr!" ucap Lily sambil pura-pura menakuti Joe.

Joe masih tidak merespon. Ia malah berlalu begitu saja. Ia menganggap Lily terlalu kekanakan.

Lily mencebik. Ia sebal karena Joe masih saja seperti itu.

Tak lama kemudian ada orang yang datang ke ruangan itu untuk mengantar kursi yang dipesan Joe. Sebenarnya di depan meja Joe ada kursi, tetapi kursi itu berbeda dengan milik Joe dan Lily tak mau duduk di sana.

"Permisi! Ini disimpan di mana, ya?" tanya orang itu.

"Tolong taruh di sebelah sana. Sekalian sama mejanya!" pinta Joe. Ia menunjuk bagian yang cukup jauh dari mejanya.

"Eh! Jauh banget? Kalau begitu nanti aku susah dong nanya-nanyanya. Jangan di sana! Pepetin aja di meja itu!" sahut Lily sambil menunjuk meja Joe.

Akhirnya dua orang yang menggotong meja ke arah sudut ruangan tadi pun memindahkannya. Namun Joe langsung menghentikannya lagi.

"Jangan!" ucapnya. "Kalau mau nanya kan kamu bisa jalan ke meja aku. Jangan malas jadi orang," skal Joe.

Dua orang itu mematung. Mereka bingung mau mengikuti siapa. Akhirnya mereka membiarkan Joe dan Lily berdebat lebih dulu.

"Biarin aja aku males. Yang penting aku nyaman. Dari pada jauh-jauhan, kayak orang marahan. Kalau deket kan aku bisa sambil lihat gimana kamu kerja," jawab Lily, yakin.

"Udah pepetin aja mejanya. Bentuk kayak huruf L!" pinta Lily pada dua orang itu.

Akhirnya Joe tidak protes lagi. Ia yakin Lily tak akan mau kalah darinya.

"Kalau begitu kami permisi dulu," ucap dua orang tadi. Mereka pun meninggalkan ruangan tersebut.

Joe yang masih kesal itu duduk di kursinya. Kemudian ia melihat-lihat email penting yang masuk di komputernya.

"Terus aku ngapain, dong?" tanya Lily.

"Jungkir balik aja di situ!" ucap Joe, asal.

"Serius, nih? Lily bangun dan hendak melakukan apa yang Joe katakan.

Joe langsung menoleh ke arah Lily. "Kamu tuh bisa serius gak, sih?" tegurnya.

"Lho, ini aku serius. Makanya aku mau ngikutin saran kamu. Jadi jungkir baliknya ke arah mana?" tanya Lily lagi.

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang