23. Melepas Rindu

5.5K 283 19
                                    

Napas Joe tersenggal-senggal saat melihat istrinya. Ia sangat tak menyangka bisa menemukan Lily di sana. Tangannya yang sedang memegang hendle pintu pun terlepas. Ia bahkan sampai tak bisa berkata-kata.

Pun dengan Lily. Meski bersembunyi dari suaminya, tetapi ia merindukan pria itu. Tubuhnya langsung meremang kala melihat Joe. Bahkan janin yang ada di perutnya berkedut-kedut, seolah tahu bahwa ayahnya telah datang.

"Akhirnya aku menemukanmu, Sayang," ucap Joe. Kemudian ia berlari dan langsung memeluk Lily.

Greb!

Lily sangat ingin menghindar. Namun sayang, kakinya tak bisa bergerak. Seolah dipaku dengan lantai.

"Kamu jahat, Ly! Tega banget kamu ninggalin aku selama itu, hem?" bisik Joe. Ia mendekap istrinya dengan sangat erat. Ia sampai menitikan air mata karena terlalu bahagia.

"Lepas! Buat apa kamu sentuh wanita murahan ini?" sindir Lily, sambil berusaha mendorong Joe. Namun dorongannya tak berarti apa-apa bagi Joe. Lily pun menangis. Ia senang karena akhirnya Joe bisa menemukannya.

Meski waktu itu Lily pernah berkata tidak akan kembali jika Joe tak bisa menemukannya. Namun nyatanya ia khawatir jika hal itu benar-benar terjadi.

"Maaf! Aku minta maaf. Waktu itu aku khilaf, Sayang. Aku janji gak akan ngulangin kesalahan yang sama. Tolong maafkan aku! Kembalilah padaku!" pinta Joe.

Ia menyentuh tengkuk Lily, kemudian mengecup kepalanya beberapa kali. Sangat terlihat bahwa Joe begitu bahagia bisa menemukan Lily lagi. Setelah itu ia kembali mendekap istrinya tersebut.

"Aww! Jangan kenceng-kenceng!" tegur Lily. Ia merasa sesak karena Joe terlalu bersemangat memeluknya. Sampai Joe lupa bahwa tenaganya terlalu kuat.

Joe pun langsung mengendurkan pelukannya. "Maaf ya, Sayang. Aku terlalu bahagia. Ada yang sakit?" tanya Joe, sambil memegang kedua lengan istrinya.

"Gak usah minta maaf sama aku! Minta maaf sama yang di sini aja!" ucap Lily, ketus. Sambil mengusap perutnya.

Joe terkesiap. Ia masih belum bisa mencerna apa arti dari ucapan istrinya tersebut.

"M-maksudnya?" tanya Joe, gugup.

Lily menatap suaminya itu. "Kamu jahat!" ucapnya, dengan bibir bergetar. Ia jadi ingat bagaimana selama dua bulan terakhir dirinya harus berjuang di sana sendirian.

"Iya aku yang jahat. Tapi apa yang kamu maksud tadi?" tanya Joe lagi. Ia masih penasaran.

Lily menghela napas. Kemudian ia memalingkan wajahnya. "Aku hamil," ucapnya, pelan.

Meski begitu Joe masih dapat mendengarnya. "Hamil? Hamil anak aku?" tanya Joe dengan nada yang tinggi karena terkejut.

"MENURUT KAMU ANAK SIAPA LAGI? APA KAMU MASIH NUDUH AKU MURAHAN, HAH?" teriak Lily. Ia sangat sensitif jika berhubungan dengan kata murahan meski Joe tak mengatakannya.

"Ya Allah! Alhamdulillah ... terima kasih, Tuhan. Terima kasih, istriku," ucap Joe, sambil sujud syukur. Setelah itu ia langsung memeluk Lily kembali.

Joe sangat bahagia karena dengan begitu artinya Lily tidak akan bisa lepas darinya. Kehadiran buah hati di antara mereka pasti akan semakin mempererat hubungan pernikahan mereka. Begitulah pikirnya.

"Aku benci kamu," lirih wanita itu, di dalam dekapan Joe.

"Bencilah aku sepuas hatimu, Sayang! Tapi kamu harus tahu, hal itu tak akan mengurangi rasa cintaku sedikit pun," sahut Joe, kemudian ia mengecup kening Lily. Setelah itu ia pun mengecup pipi, hidung, kemudian bibirnya.

"I love you," bisik Joe.

Lily yang masih kesal pun tak menjawab ucapan suaminya itu. Ia masih menekuk wajahnya.

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang