24. Lily Sangat Panik

3.6K 244 13
                                    

Jantung Lily seolah hampir terlepas kala melihat suaminya sendiri dihantam oleh mobil. Bahkan tubuh Joe sampai terpental.

Tanpa berpikir panjang, Lily langsung berlari ke arah suaminya. Kemudian ia memeluk suaminya yang sudah tergeletak di aspal tersebut.

"Joe! Kamu harus tetap sadar! Kamu harus bertahan ya, Sayang!" ucap Lily dengan suara bergetar. Jantungnya berdebar tak karuan melihat Joe bersimbah darah.

Dengan tangan gemetar, Lily segera menghubungi ambulance. Kemudian ia mengajak suaminya bicara lagi.

"Aku tau kamu lelaki kuat. Bertahanlah! Demi aku dan anak kita," ucap Lily.

Saking paniknya, Lily sampai tak bisa menangis. Saat itu ada beberapa orang yang ingin membantu Joe. Namun Lily melarangnya.

"Dont touch him (jangan sentuh dia)!" ucapnya. Ia tak membiarkan siapa pun menyentuh suaminya itu. Lily khawatir hal itu justru akan menyebabkan cidera. Lily hanya akan membiarkan petugas medis yang menangani suaminya langsung.

"Sayang. Tolong jangan tutup mata kamu. Kamu harus tetap sadar, oke? Ada aku di sini. Aku cinta kamu, Joe. Mohon bertahanlah," ucap Lily dengan napas tersenggal-senggal.

Rasanya begitu sesak melihat orang tercinta tak berdaya seperti itu. Terlebih begitu banyak darah yang mengalir, jika tak kuat melihatnya, mungkin Lily bisa pingsan.

Joe menjawab Lily dengan memejamkan mata secara perlahan. Kemudian ia membuka matanya lagi. "Jangan khawatir! Aku akan baik-baik saja," lirih Joe, dengan suara yang sangat lemah.

Lily menciumi kening suaminya itu. Terdengar jelas kecemasan dari napasnya yang terengah-engah. Ia hanya berani memeluk bagian depan tubuh suaminya yang sedang telentang itu. Ia tak berani mengubah posisi Joe sama sekali.

Sambil menunggu ambulance, Lily ikut merebahkan tubuhnya di samping Joe. Ia tak tega melihat Joe terbaring sendirian. Mereka menjadi tontonan orang yang melintas. Lily tak peduli hal itu.

Ia menggenggam tangan suaminya. Kemudian membisikkan sesuatu di telinga suaminya itu.

"Maafin aku ya, Sayang. Tolong izinkan aku untuk menebus semua kesalahanku. Kita pulang sama-sama ke Indonesia dengan kondisi sehat tanpa kurang satu apa pun. Kita nantikan kelahiran buah cinta kita ini, Sayang."

Hhh! Hhh! Hhh!

Napas Lily terasa semakin sesak. "Kalau sampai kamu berani ninggalin aku. Aku gak akan biarkan kamu pergi sendiri. Aku akan ikut bersama anak kita," ancam wanita itu.

Tak lama kemudian terdengar suara ambulance. Lily pun langsung beranjak. "Tolong segera selamatkan suami saya!" pinta Lily pada tim medis. Ia menggunakan bahas lokal sana.

"Sayang, biarkan mereka menangani kamu, ya! Aku akan selalu bersamamu," ucap Lily sambil menangkup pipi Joe. Kemudian ia mengecup bibir suaminya itu.

Setelah itu Lily mundur dan membiarkan tim medis menangani suaminya. Mereka mengevakuasi Joe dan membawanya masuk ke ambulance. Lily pun ikut masuk di sana.

"Tolong lebih cepat lagi! Ini suamiku sudah terlalu banyak mengeluarkan darah!" pinta Lily. Ia khawatir Joe akan kehabisan darah.

Sepanjang jalan ia terus menggenggam tangan suaminya yang semakin lama semakin dingin itu. Bahkan Lily mengusap-usapnya supaya hangat.

Beberapa saat kemudian mereka tiba di rumah sakit. Lily pun turun dari ambulance dan ikut mendorong suaminya hingga ke depan IGD.

Saat Joe dibawa masuk, Lily terpaksa melepaskan genggaman tangannya. Sebab ia tidak diizinkan untuk masuk.

"Tolong lakukan yang terbaik untuk keselamatan suamiku!" pinta Lily, sebelum tim medis menutup pintu.

Saat pintu sudah ditutup, Lily tercenung. Lututnya terasa begitu lemas. Ia pun mundur dan bersandar pada dinding.

Setelah itu, barulah tangisannya pecah. "Huhuhu! Kenapa harus seperti ini?" Ia baru bisa menumpahkan air mata setelah Joe mendapatkan penanganan.

Perlahan Lily duduk karena kakinya terasa begitu lemas. Ia menangis sendirian di ruangan itu. Tak ada satu orang pun yang Lily kenal.

Saking paniknya, ia bahkan tak peduli dengan orang yang menabrak Joe. Dirinya hanya fokus pada kondisi suaminya itu.

"Ya Allah, selamatkanlah suamiku. Izinkan aku untuk menebus dosa karena telah meninggalkannya selama ini. Huhuhu."

Lily sangat menyesal karena telah menghukum Joe dalam waktu yang cukup lama. Seandainya ia bisa memutar waktu, Lily pasti tidak akan berani melakukan hal itu.

Saat ini air matanya tak dapat dihentikan. Ia hanya bisa menangis sambil menunggu suaminya selesai ditangani.

Ketika sedang menangis, Lily teringat akan orang tuanya. Ia pun bergegas menghubungi haris.

"Papah!" ucapnya. Lalu ia mencari ponsel miliknya.

"Ya Tuhan, di mana ponselku?" gumamnya. Ia terlalu gugup, sampai kesulitan mencari ponselnya sendiri.

"Ah, ini dia," ucapnya. Lalu ia mencari kontak Haris dan langsung meneleponnya.

Telepon terhubung.

"Halo, Sayang!" sapa Haris.

"Pah!" lirih Lily. Suaranya terdengar sengau dan berat.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya Haris, heran.

"Pah! Joe ... J-joe kecelakaan. Huhuhu!" tangisannya kembali pecah.

"Apa? Kecelakaan di mana? Bagaimana kondisinya sekarang?" Haris sangat terkejut mendengar berita itu.

"Di dekat villa. Sekarang Joe lagi ditangani dokter di IGD. Aku takut, Pah. Tadi dia ditabrak mobil. Bahkan darahnya keluar banyak banget," jelas Lily dengan suara bergetar.

"Sayang, kamu tenang dulu, ya! Papah yakin suami kamu akan baik-baik saja. Jangan sampai kondisi ini mengganggu kesehatan janin kamu nanti."

"Tapi gimana caranya, Pah? Suamiku sedang kritis, aku gak bisa tenang, hiks."

"Ya sudah. Papah ke sana sekarang. Kamu sabar dulu ya, Nak!"

"Iya, Pah."

Telepon terputus.

Tinggal di negara orang sendirian, Lily tak bisa mengandalkan siapa pun. Ketika menghadapi situasi seperti ini, ia merasa sangat kesepian. Seolah tak ada yang bisa membantunya, minimal untuk menenangkan hati.

"Padahal hubungan kami baru membaik. Aku baru aja bahagia karena Joe sudah balas cinta aku. Tapi kenapa malah ada musibah kayak gini, sih?" keluh Lily.

Kring! Kring!

Ponsel Lily berdering. Ada panggilan masuk dari Nick.

"Halo, Kak!" ucap Lily, saat menjawab telepon itu.

"Bagaimana kondisi Joe?" tanya Nick.

"Aku gak tau. Joe masih ada di IGD. Aku nunggu di luar," sahut Lily dengan suara sengau.

"Kamu tenang dulu ya, Ly! Joe pasti bisa melewati semua ini. Hari ini aku dan Papah akan langsung terbang ke sana," ucap Nick.

Ia mendapatkan kabar dari Haris. Sehingga Nick memutuskan untuk menyusul mereka.

"Tapi Kak Ima gimana? Kasihan kan dia lagi hamil," ujar Lily.

Saat ini Ima sedang hamil besar. Sehingga Lily tak tega jika Ima ditinggal sendirian.

"Nanti aku lihat kondisi dia dulu. Kalau memungkinkan, aku tetap pergi. Kalau enggak, paling aku cuma bisa bantu dari sini," jawab Nick.

"Lebih baik Kakak di sana aja! Lagian kan perusahaan juga gak ada yang handle kalau kalian semua ke sini. Aku cuma minta tolong, kalau Kakak punya kenalan dokter terbaik di Italy, tolong minta dia buat nanganin Joe, Kak. Aku takut Joe kenapa-kenapa."

***

Hai ... maaf ya baru update lagi. Kemarin2 anakku sakit.

See u,

JM.

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang