18. Lily Sakit Hati

5.4K 309 53
                                    

Lily tercekat setelah melihat video yang ditunjukkan oleh Joe. Ia sangat bingung bagaimana cara menjelaskan pada suaminya itu. Dilihat dari sisi mana pun tak akan ada penjelasan yang masuk akal.

Bibirnya sudah bergera-gerak. Akan tetapi lidahnya terasa begitu kelu.

"Aku gak nyangka kamu tega ngelakuin itu, Ly. Apa sebegitu rendahnya aku di mata kamu, hem?" tanya Joe.

Lily menggelengkan kepalanya dengan cepat. Hatinya terasa seperti hampir meledak karena ia yakin suaminya sedang marah besar.

"E-enggak. B-bukan begitu, Joe! T-tolong jangan salah paham!" pinta Lily. Ia sampai tergagap karena ketakutan.

"Salah paham? Apa ada yang bisa dipahami dari tindakanmu itu, hem?" tanya Joe. Tatapannya begitu sinis. Berbeda dengan kemarin. Seharian mereka memadu kasih. Tatapan Joe terlihat begitu penuh cinta.

"Oke aku salah. Tapi aku sama sekali gak berniat jahat, Joe," ujar Lily. Bola matanya terasa panas hingga air matanya menggenang.

"Lalu apa? Aku tahu diriku memang rendah, Ly. Dibanding dengan kamu, tentu sangat jauh. Bagai lagit dan bumi. Tapi apa karena itu kamu bisa seenaknya merendahkan harga diriku?" tanya Joe.

Napasnya terlihat naik turun. Sangat jelas bahwa dirinya sedang marah besar.

Lily mendekat pada suaminya itu. "Joe, aku minta maaf. Please jangan berpikir seperti itu! Gak pernah sedikit pun terlintas dalam benakku untuk merendahkan kamu, Joe," ujar Lily, memelas. Ia menggenggam tangan suaminya itu.

Joe menarik tangannya. Saat ini ia sedang kecewa sehingga tak ingin disentuh.

"Aku kecewa. Kamu keterlalua, Ly! Pernikahan itu momen sakral. Bisa-bisanya kamu permainkan seperti itu," ujar Joe, sambil memalingkan wajah.

"Siapa yang mempermainkan pernikahan, Joe? Aku serius menjalaninya," ucap Lily. Ia tak terima disebut telah mempermainkan pernikahan mereka.

"Serius kamu bilang? Wanita mana yang sengaja menjebak pria agar dinikahi? Apa kamu bahagia menikah karena 'kecelakaan', hah?" bentak Joe.

Lily sampai terperanjat dibuatnya. Ia ketakutan melihat Joe marah seperti itu. "Tapi nyatanya sekarang kamu bahagia, kan?" tanya wanita itu.

Joe menoleh ke arah Lily dan menatapnya. "Bahagia sebelum mengetahui fakta bahwa kamu menjebakku. Sekarang coba tukar posisinya. Bagaimana kalau kamu yang dijebak lalu dipaksa menikah denganku?" tanya Joe dengan tatapan sinis.

"Ya gak masalah. Toh setelah menikah aku bisa hidup bahagia," jawab Lily, kikuk.

"Oohh begitu? Bagaimana kalau yang menjebakmu adalah anak buah papihmu yang lain. Apa kamu masih bisa bahagia?" tanya Joe lagi.

Lily tercekat. Tentu tidak semudah itu bisa bahagia jika hidup dengan orang yang tidak ia cintai.

"Kamu tahu? Cuma wanita murahan yang rela melakukan hal itu," cibir Joe. Ia sangat kesal sampai kehilangan kendali. Joe memang seperti itu jika sedang marah.

Plak!

Lily langsung menamparnya. Ia tak terima disebut wanita murahan. "Jaga ucapanmu ya, Joe! Bahkan sampai kemarin pun aku masih menjaga kesucianku. Kamu kan yang sudah mengambilnya?"

"Ya! Memang aku yang mengambilnya. Tapi itu karena godaan kamu. Sejak awal kamu memang sudah berniat untuk menggodaku, kan?" tanya Joe. Ia seolah lupa bagaimana keromantisan yang mereka lalui kemarin.

Padahal kemarin dirinya yang sangat bersemangat melakukan pergulatan panas dengan wanita itu.

Tes! Tes! Tes!

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang