17. Ketahuan

4.1K 264 17
                                    

Malam hari, saat Lily sudah terlelap, Joe mendapat laporan dari anak buahnya. Tak sulit bagi mereka untuk mencari tahu rekaman CCTV di kamar itu.

Ia pun berjalan ke ruang tamu, kemudian melihat rekaman yang ia terima.

Joe tercengang saat mendapati bahwa Lily sengaja memasukkan obat tidur ke minumannya. Hal yang membuatnya tak habis pikir. Ternyata gadis itu pula yang memindahkannya ke kamar, saat kondisi Joe setengah sadar.

Di kamar, Lily melepaskan pakaian Joe satu per satu. Kemudian ia menghubungi seseorang. Terdengar bahwa Lily meminta orang itu supaya memancing orang tua dan kakaknya datang ke apartemen tersebut. Ia dapat melihatnya karena pintu kamar tak tertutup.

Joe memejamkan mata. Ia tak percaya bahwa gadis seperti Lily mampu melakukan hal itu. "Kenapa kamu bisa nekat begitu, Ly? Sangat menakutkan," lirih Joe.

Joe menyandarkan punggungnya ke sofa. Kemudian memijat kepalanya yang terasa pusing itu.

"Ya Tuhan ... aku harus bagaimana? Dia sangat keterlaluan," lirih Joe.

Kekecewaannya begitu besar. Sebagai seorang lelaki, Joe merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Lily. Memang terlihat sepele, tetapi tindakan gadis itu terlalu extreme menurutnya.

"Susah payah aku menjalin hubungan baik dengan keluarga Tuan Haris, tapi dia menjatuhkanku begitu saja. Apa dia pikir dengan menjebakku dia bisa mengendalikanku begitu saja?"

Joe jadi berpikir bahwa Lily yang lebih kaya darinya itu ingin mengendalikannya. Sejak awal ia memang sudah tidak percaya diri karena statusnya jauh berbeda dengan Lily.

"Sepertinya aku harus memberinya pelajaran. Supaya dia sadar dan tidak seenaknya begitu," gumam Joe. Ia sangat kesal sehingga ingin menghukum gadis itu.

Joe beranjak dari duduknya, kemudian ia masuk ke kamar.

Keesokan harinya, saat Lily membuka mata, ia langsung mencari suaminya itu.

"Joe ke mana?" lirihnya. Ia heran karena Joe tak ada di sampingnya. "Mungkin dia lagi mandi," gumamnya.

Ia mengumpulkan nyawa lebih dulu sebelum turun dari tempat tidur. Kemudian Lily menunggu suaminya itu selesai mandi.

"Dia lama banget sih mandinya?" gumam Lily, setelah beberapa menit.

"Joe! Joe!" panggilnya. Joe memang belum pernah memintanya mengubah nama panggilan. Sedangkan Lily sudah terlanjur nyaman dengan panggilan itu.

"Kok dia gak nyahut, ya?" Lily pun turun dari tempat tidur untuk mengecek suaminya di kamar mandi.

"Joe!" panggilnya lagi, sambil berjalan. Sejak tadi ia memang tak mendengar suara air di kamar mandi.

Deg!

Lily terkejut saat melihat kamar mandinya kosong. "Lho, kok gak ada? Dia ke mana, ya?" gumam gadis itu.

Ia pun bergegas mencarinya ke luar kamar. "Joe! Kamu di mana?" tanyanya.

Hati Lily semakin lemas kala tak menemukan suaminya di mana pun. "Ke mana, dia?" gumamnya. Lalu ia kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya. Setelah itu Lily berusaha menghubungi suaminya itu.

"Kenapa gak bilang-bilang sih kalau mau pergi? Apa dia lupa udah punya istri?" keluh Lily. Ia sangat ingin protes pada suaminya itu.

Beberapa kali ia berusaha menghubungi suaminya, tetapi tak ada satu pun panggilan yang terjawab. Wanita itu jadi gelisah.

"Dia kenapa, sih? Aneh banget, deh. Katanya mau pergi bulan madu. Kenapa malah ngilang begini?" keluhnya.

Lily pantang menyerah. Ia menghubungi suaminya lagi dan kali ini panggilannya terhubung. Ia pun lega setelah mendengar suara suaminya itu.

"Halo!" ucap Joe, di seberang telepon.

"Joe, kamu di mana, sih? Aku dari tadi nyariin kamu kok gak ada? Kenapa pergi gak bilang-bilang?" Ia langsung protes setelah mendengar suara suamnya itu.

Joe terdiam untuk beberapa saat. Ia terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Joe! Kok gak jawab?" tanya Lily lagi.

"Aku di apartemenku," sahutnya, lemas.

"Ngapain ke sana? Terus suara kamu kenapa? Kamu sakit?" Lily mulai khawatir.

Meski istrinya sudah seperti itu, Joe seolah enggan bicara padanya. Ia langsung memutuskan sambungan teleponnya begitu saja.

"Ini orang kenapa, sih? Aneh banget, deh," keluh wanita itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mandi. Setelah itu Lily pergi, ingin menyusul suaminya.

"Awas aja kamu, Joe! Berani banget kamu nyuekin aku kayak gitu. Nanti gak aku kasih jatah, baru nyahok!" Lily menggerutu saat sedang mengenakan pakaian. Ia terlihat begitu buru-buru karena tak sabar ingin menyusul suaminya itu.

Pagi itu ia pergi naik taksi menuju ke apartemen Joe. Ia bahkan tak peduli meski dirinya tidak dikawal lagi. Seandainya Lily tahu apa alasan suaminya itu pergi, pasti ia tak akan seberani itu menemui Joe. Terlebih saat ini ia justru ingin protes.

Setibanya di apartemen, Lily langsung naik ke lantai atas. Ia sudah hafal betul di mana unit Joe. Sebab sudah beberapa kali dirinya datang ke apartemen tersebut.

Ting-tong!

Wanita itu menekan bel pintu. Namun sudah beberapa kali ditekan, Joe masih belum membukakan pintu untuknya.

"Hiih, lagi apa sih, dia? Buka pintu aja lama banget." Lily menggerutu, kesal.

"Ya udah aku buka sendiri aja, deh," ucapnya. Ia pun menekan tombol pin pintu apartemen tersebut.

Nit!

Setelah pintunya berhasil terbuka, Lily langsung masuk mencari suaminya.

"Joe! Kamu di mana, sih? Gak usah main petak umpet, deh!" ucap Lily. Ia tak langsung menemukan suaminya.

Mencari ke kamar, ke kamar mandi, tetapi hasilnya nihil.

"Ah, di ruang kerja kali, ya," gumamnya. Ia pun pergi ke ruang kerja Joe.

"Joe!" panggil Lily lagi, sambil membuka pintu ruangan tersebut.

Ceklek!

Matanya langsung tertuju pada Joe yang sedang duduk di kursi. Pria itu menatap ke luar jendela sambil melamun.

'Dia kenapa? Masa iya gak denger dari tadi aku panggil?' batin Lily.

Akan tetapi ia tak ingin mempermasalahkan hal itu. Lily menghampirinya sambil protes.

"Joe, kamu tuh gimana, sih? Kamu lupa ya kalau udah punya istri? Aku nyariin dari tadi, ditelepon gak dijawab, dipanggil juga gak nyaut. Taunya lagi di sini. Kamu tau gak kalau aku tuh khawatir?" Ia langsung memberondong Joe dengan banyak pertanyaan.

Mendengar suara istrinya, Joe menoleh ke arah Lily. Kemudian ia memalingkan wajahnya lagi. Saat ini ia sedang mengatur emosi supaya tidak meledak.

"Joe! Kamu kok diem aja? Jawab, dong! Lagi lihat apa, sih?" Lily protes karena Joe tak meresponnya. Ia pun merampas ipad yang ada di tangan suaminya itu.

Deg!

Wanita itu sangat terkejut saat melihat video ketika dirinya sedang menjebak Joe. Rasanya ia sangat menyesal telah mendatangi Joe ke tempat itu.

'Ya Tuhan! Apa dia marah karena melihat video ini?' batin Lily.

'Ya iyalah dia pasti marah. Gimana sih kamu, Ly? Astagaaa, ceroboh sekali. Kenapa bisa ada videonya?' gerutu Lily dalam hatinya.

Joe melirik ke arah Lily dengan tatapan yang sulit diartikan. "Bisa kamu jelaskan maksud dari semua itu?" tanyanya, dengan tatapan dingin.

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang