28. Pengagum Rahasia

2.5K 183 8
                                    

Lily ternganga mendengar ucapan Nick. Ia tidak habis pikir ada seseorang yang sengaja mencelakai suaminya.

"Iya, orang itu sengaja mencelakai Joe. Sebab, dia tidak suka melihat kamu bersama dengan pria lain, Ly" jelas Nick.

"Siapa pria itu, Ly?" tanya Joe.

Joe khawatir selama mereka tinggal terpisah, Lily main belakang dengan pria lain. Apalagi waktu itu Lily sedang sakit hati dengan perbuatan Joe yang keterlaluan hingga membuatnya memilih pergi meninggalkan Joe kemudian terbang ke Italia.

Lily berusaha mengingat kejadian saat ia tinggal di Italia.

Waktu itu Lily sedang ingin keluar dari Villa untuk mencari makan. Ia yang sedang ingin menyendiri itu tidak mau dibuntuti oleh anak buah suruhan Haris yang ditugaskan untuk menjaga Lily selama di Italia.

Akhirnya, ia pun menyuruh anak buah Haris untuk tidak membuntutinya hari itu. Dengan janji bahwa Lily tidak akan keluar jauh dari Villa.

Namun, siapa sangka Lily yang keras kepala itu tetap pergi jauh menggunakan mobil anak buah Haris.

"Indahnya hidup bebas tanpa dibuntuti siapapun," gumam Lily sambil mengendarai mobil.

Beberapa saat kemudian, Lily tiba di sebuah resto di Italia. Saat ia baru saja turun dari mobilnya, tiba-tiba ada seseorang yang mendekat ke arahnya.

Settt!

Sontak saja Lily panik saat tas kecilnya tiba-tiba dirampas oleh pria itu.

"Help meee! My bag was stolen ... (Tolong, Tasku dicuri)" pekik Lily panik sambil berusaha mengejar pria itu.

Namun, langkahnya terhenti saat perutnya tiba-tiba mengalami kram. "Awww! Sakit sekali," lirih Lily. Kemudian ia berjongkok. Ia tidak memikirkan lagi nasib dari tasnya yang di rampas itu. Kini, ia hanya memikirkan kondisi janin di perutnya.

Saat Lily masih berjongkok sambil memegangi perutnya, Tiba-tiba ada seseorang yang mengulurkan tangan.

"This is your bag, right (ini tasmu, Bukan)?" tanya orang itu.

Lily pun ternganga. Ia tak menyangka tasnya kembali.

"Oh, Ya. Thank you," sahut Lily

"Alhamdulillah, masih rezeki," gumam Lily pelan, sambil mengusap-usap tasnya.

"Kamu orang Indonesia?" tanya pria itu lagi. Ternyata pria itu tak sengaja mendengar Lily berbahasa Indonesia. Kebetulan, pria itu juga seorang warga negara Indonesia yang sedang mengurus bisnisnya di Italia.

Lily hanya mengangguk. Akhirnya, mereka pun berkenalan kemudian makan bersama hingga Lily diantarkan pulang ke Villa oleh pria itu. Sebab, kondisi perutnya yang masih keram membuat Lily tidak bisa mengendarai mobil sendirian.

Selama dua bulan di sana, Lily selalu menerima buket bunga dan makanan setiap paginya dari pria itu. Lily yang malas itu pun senang karena ia tidak perlu repot-repot lagi keluar rumah untuk mencari makan.

Namun, saat Joe tiba di Italia, Lily tidak pernah mengambil buket bunga dan kiriman makanan dari pria itu lagi. Bahkan, ia meminta anak buah Haris untuk memberikan benda itu pada siapa pun yang mau. Ia khawatir Joe akan marah jika mengetahui hal itu.

Setelah Lily mengingat pria itu, ia pun bercerita panjang lebar pada Joe dan Nick.

"Ly ... Ly ... kamu tuh polos atau bagaimana, sih? Kalau ada pria yang sampai melakukan hal itu sama kamu, berarti dia berharap lebih," tegur Nick. Ia geram dengan adiknya yang terlalu polos itu.

"T-tapi, kan aku menganggapnya hanya teman biasa. Gak lebih," kilah Lily, jujur.

"Apa pria itu tahu kalau kamu sudah bersuami?" tanya Joe. Terlihat sorot kekecewaan dari matanya.

"Gak tau deh. Orang dia gak nanya apa-apa soal suami aku," sahut Lily, gelisah. Ia tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Joe.

Usia kandungannya yang masih terbilang muda itu membuat Lily tidak terlihat seperti orang yang sedang mengandung. Apalagi Lily bertubuh kecil dan memiliki wajah mungil. Tak heran jika orang melihatnya seperti masih remaja dan belum bersuami.

"Pokoknya, kalian harus lebih hati-hati! Pria itu bukan orang sembarangan," jelas Nick.

"Maksudnya, Bos?" tanya Joe, heran.

"Dia mafia kelas kakap. Dia bisa nekat melakukan apapun demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Termasuk mencelakai kamu, Joe," jelas Nick.

Joe dan Lily pun saling bertatapan. Mereka tak menyangka masalah sepele di rumah tengga mereka bisa berakhir seperti ini.

Padahal, sejak menikah sudah diingatkan bahwa jika ada masalah di rumah, tidak boleh ada satu orang pun yang keluar dari rumah. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan, malah menambah masalah yang baru lagi.

"M-maaf ya, Sayang. Aku gak tahu akan berakhir rumit seperti ini," keluh Lily. Ia merasa bersalah karena meninggalkan Joe terbang ke Italia. Ia pun khawatir karena kini mereka harus berhubungan dengan mafia kelas kakap itu.

"Sttt! Sudah, ini bukan salah kamu kok. Ini juga salah aku yang sudah keterlaluan dalam bersikap sama kamu, Ly. Intinya, dengan adanya masalah ini semoga kita bisa lebih baik lagi ke depannya," sahut Joe, sambil menangkup pipi istrinya.

Hari-hari berlalu. Kondisi Joe semakin membaik. Joe mulai bisa berjalan meski perlahan. Di samping kondisinya yang semakin membaik itu, Ada Lily yang selalu menemaninya, bahkan sering menuntun Joe untuk berjalan kecil di ruang rawatnya.

Wanita itu ingin Joe lebih cepat pulih. Meski sedang hamil, ia masih gesit mengurus semua keperluan suaminya sendiri. Bahkan, ia tidak ingin suster membantunya.

"Sayang, kita ke taman, yuk!" ajak Joe.

Sejak tadi, Joe memperhatikan orang-orang di taman dari jendela ruang rawatnya. Sudah cukup lama ia berbaring di brankar. Rasanya ia ingin menghirup udara segar di luar sana.

"Ayok!" ucap Lily bersemangat.

Lily pun menuntun Joe perlahan sambil menggerek tiang infus menuju ke taman. Di sana, banyak pasien yang sedang berjalan-jalan kecil.

Bahkan, ada beberapa yang duduk di atas kursi rodanya hanya untuk menghirup segarnya udara di taman itu. Mereka pun duduk di sebuah kursi panjang di bawah pohon.

"Hemmm..." gumam Joe sambil menghirup udara di sana.

"Makasih ya, Sayang. Selama ini, kamu udah sabar ngurusin aku sampai aku mulai pulih seperti sekarang," ucap Joe, sambil memejamkan mata. Menikmati segarnya udara.

"Nak, terima kasih sudah menjadi anak yang kuat seperti mamahmu," lanjut Joe, sambil mengusap perut istrinya.

"Hehehe, iya Sayang, sama-sama. Kan memang sudah tugasku sebagai istri. Aku lebih rela nungguin kamu di rumah sakit berhari-hari dari pada harus membayangkan kamu disentuh sama suster cantik di rumah sakit ini," sahut Lily, lalu mencebik.

Lily yang cemburuan itu tidak rela Joe disentuh oleh perempuan lain. Meski hanya seorang suster di rumah sakit.

Apalagi rumah sakit tersebut memang memiliki standar kecantikan untuk pegawai yang bekerja di sana. Sebab, pasien yang dirawat di sana bukanlah pasien sembarangan. Bahkan, pelayanan yang diberikan pun sangat berbeda dengan rumah sakit swasta lainnya.

"Ya ampun, Ly. Aku kira kamu beneran ikhlas ngurus aku sendiri tanpa bantuan suster. Eh, gak taunya kamu ketakutan kalau aku kepincut sama suster di sini," ledek Joe, sambil mencolek hidung istrinya. Joe senang ternyata Lily benar-benar mencintainya.

Saat sedang asik berbincang, tiba-tiba ada seorang wanita yang mendekat dan menyapa Joe.

"Hei, Joe! Apa kabar?" ucap wanita itu.

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang