30. Tidak Percaya

2.3K 178 15
                                    

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Joe, tentu saja membuat Lily shock sekaligus sakit hati. Ia tak mengerti apa yang ada dipikiran Joe sampai pria itu tega menanyakan hal tersebut padanya. Padahal, sejak tiba di apartemen tadi, hubungan mereka masih baik-baik saja.

“Maksud kamu apa nanya kayak gitu, Joe?” tanya Lily bingung.

Sebelumnya, orang itu mengirimkan foto-foto Lily sedang bersandar di atas dada pria lain. Apalagi di atas kepala mereka terlihat sebuah headboard. Hal itu membuat Joe berasumsi bahwa mereka sedang berada di atas tempat tidur.

“Kamu lihat saja sendiri!” sahut Joe ketus. Kemudian ia memberikan ponselnya pada Lily.

Lily ternganga saat melihat foto dirinya benar ada di sana bersama pria yang sama sekali tak ia kenal. Berkali-kali Lily memperbesar dan perkecil foto itu untuk memastikan bahwa itu memang foto dirinya sendiri.

“Joe! Aku gak kenal siapa pria ini,” jelas Lily dengan suara gemetar. Hatinya sudah sangat was-was memikirkan apa yang ada di pikiran suaminya itu.

“Yakin gak kenal? Kalau kamu gak kenal, ngapain kamu bersandar di atas dada pria itu?” sahut Joe emosi.

“Aku gak kenal dia, Joe. Aku juga gak merasa pernah bersandar sama dia. Aku yakin ini cuma salah paham, Joe!” ucap Lily. Kemudian mengembalikan ponsel itu pada Joe lalu menggenggam tangan suaminya. Lily bersikeras meyakinkan bahwa ia tidak mengenali pria yang ada di foto itu.

“Mau alasan apa lagi, Ly? Gak usah pura-pura sok polos! Jelas-jelas ini foto kamu, kok,” ucap Joe, kesal. Ia sedikit meninggikan nada bicaranya.

Foto itu sengaja diambil oleh pria itu saat Lily ketiduran di sebuah sofa tunggu di rumah sakit. Kala itu Lily sedang menunggu Joe yang masih ditindak oleh petugas medis. Lily yang kurang istirahat itu tak sanggup lagi menahan kelopak matanya dan akhirnya ia tertidur di sana.

Pria itu mengetahui bahwa Lily diawasi oleh anak buah Haris. Namun, saat anak buahnya haris itu lengah, Pria itu mendekat ke arah Lily dan berhasil mengambil foto itu.

Sebelumnya ia menyandarkan kepala Lily di atas dadanya. Ia ingin menjebak Lily dan menghancurkan hubungan wanita itu dengan suaminya.

“Joe! Tolong percaya sama aku! Aku sama sekali gak kenal siapa pria itu,” ucap Lily sambil menangis.

“Aku jadi ragu, jangan-jangan itu bukan anakku?”tanya Joe.

Lily langsung melepaskan genggaman tangannya. Hatinya bak dihujam sembilu. Ia tak menyangka Joe tega mempertanyakan hal itu.

“Bisa-bisanya kamu meragukan anak ini, Joe? Jelas-jelas aku cuma tidur sama kamu selama ini,” lirih Lily sambil mengusap perutnya.

Joe yang sudah murka itu berbalik badan. Kemudian menatap ke luar jendela apartemen. Ia enggan melihat wajah Lily. Hatinya sakit membayangkan apa yang telah Lily lakukan bersama pria lain.

Lily pun mendekat ke arahnya. Meski sakit hati, ia berusaha menjadi air bagi suaminya yang sedang dipenuhi amarah itu. Sedangkan Joe masih bergeming, seolah enggan untuk melihat wanita itu lagi.

“Joe, Apa kamu gak ingat? Waktu pertama kali kita berhubungan, kamu yang mengambil kesucianku, Joe,” jelas Lily sambil memegangi lengan suaminya lagi.

Ia paham mengapa Joe kecewa. Foto itu memang sangat meyakinkan.

Joe pun melepaskan tangan Lily dari lengannya. Ucapan Lily sempat membuatnya berpikir. Ia juga ingat bagaimana saat dirinya marah mengetahui bercak darah di sprei tempat tidur mereka setelah pergulatan panas malam itu.

Hingga akhirnya membuat Joe merasa di jebak oleh Lily. Lalu mereka bertengkar dan Lily meninggalkan Joe terbang ke Italia.

Namun, pikiran negatifnya tentang Lily kini lebih kuat. Saat Joe terbayang istrinya itu pernah berkencan dengan pria lain selama di Italia.

“Kita terpisah cukup lama. Tidak menutup kemungkinan kamu pernah berkencan dengan pria lain selama kita tinggal terpisah. Oh iya, jangan-jangan itu pria yang kamu ceritakan?” tanya Joe, penuh penekanan.

Joe tetap bersikeras pada pikirannya. Sebab, Lily sendiri yang menceritakan semuanya selama mereka tinggal terpisah. Bahkan, pria itu setiap hari mengunjungi Villa tempat tinggal Lily. Pikiran Joe semakin kalut tak karuan. Joe berasumsi bahwa Lily pernah tidur bersama pria itu.

“T-tapi, Joe. Dia cuma ....” Lily langsung gelagapan.

Belum selesai bicara, Joe memotong pembicaraan itu. “Sudahlah, Ly. Gak ada yang perlu kamu jelaskan lagi. Aku minta kamu jujur aja sekarang! Anak siapa yang ada di kandunganmu saat ini? Tolong jangan bebankan aku atas perbuatan kamu dengan pria itu!” ucap Joe semakin murka.

“Mau kamu apa sih, Ly? Apa kamu kurang puas sudah menjebakku untuk menikahimu? Dan sekarang, kamu menjebakku untuk mengakui anak itu sebagai anakku? Permainan macam apa ini, Ly?” Lanjutnya. Napasnya terlihat menggebu.

Begitu banyak pertanyaan memenuhi isi kepala Joe saat itu. Bahkan, Joe tidak lagi memikirkan perasaan Lily.

“Joe, aku yakin ini cuma salah paham. Aku juga ngerti kenapa kamu bisa marah sampai seperti ini. Tapi, tolong percaya sama aku, joe! Aku bersumpah! anak yang dikandunganku saat ini adalah anak kamu,” Lily tak henti memberikan penjelasan pada Joe.

Ia berharap suaminya mau mempercayainya. Sebab, ia memang tidak pernah melakukan hubungan intim bersama pria mana pun.

“Lalu, apa yang kamu lakukan dengan pria lain di foto ini?” tanya Joe lagi, sambil mengangkat layar ponselnya ke arah wajah Lily.

“A-aku gak ngerti Joe. Aku juga gak tahu kapan foto itu di ambil.” Sampai kepalanya pusing pun, ia tidak mengingat pernah berada di posisi seperti itu.

“Huh! Penjelasan yang tidak masuk akal,” sinis Joe. Ia tidak percaya Lily sama sekali tak mengingat apapun kejadian di foto itu.

Lily pun berusaha mengingat kejadian difoto itu. “Joe, mungkin ini hanya rekayasa. Bisa saja kan foto ini editan?”

Saat di rumah sakit, ia sedang kalut memikirkan kondisi suaminya. Sehingga Lily tidak sadar bahwa tempat itu adalah ruang tunggu rumah sakit.

“Cukup, Ly! Foto ini sudah cukup membuktikan semuanya. Kamu gak usah mengelak lagi. Ini jelas-jelas foto asli. Aku bukan orang bodoh,” ucap Joe, yakin. Ia cukup paham untuk membedakan mana foto asli atau editan.

“Tolong percaya sama aku, Joe! Aku gak tau harus jelasin apa lagi sama kamu,” lirih Lily sambil menangis. Kemudian ia berlutut sambil memegangi kaki suaminya. Ia bingung harus menjelaskan apalagi agar Joe mempercayainya.

Melihat Lily berlutut seperti itu, membuat Joe tidak tega. Bagaimanapun kini ia sudah mencintai wanita itu.

“Bangun, Ly! Kamu gak perlu melakukan hal ini. Sudah ku bilang, kamu juga gak perlu menjelaskan apapun lagi!”

“Aku gak akan bangun sebelum kamu percaya sama aku, Joe!”

“Sepanjang apapun kamu menjelaskan padaku, kalau itu tidak masuk akal, maaf aku gak bisa percaya sama kamu, Ly. Kamu keterlaluan! Semurah itukah kamu, Ly?” tanya Joe.

Joe masih berpikir bahwa istrinya itu tidur bersama pria lain. Menurutnya, alasan Lily tidak ada yang masuk akal. Sehingga sulit bagi Joe untuk mempercayainya.

Lily yang keras kepala itu akhirnya berontak setelah Joe cukup menguras kesabarannya. Padahal, Lily sudah menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Joe. Namun, perkataan Joe makin lama makin menyayat hati Lily. Lily pun bangun dari posisinya.

“Tega kamu mengatakan hal itu lagi, Joe? Aku sudah menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Aku pun sudah mengatakan sejujur-jujurnya tentang anak ini. Kalau kamu masih gak mau percaya sama aku, Terus mau kamu apa, Joe?” pekik Lily. Ia sudah pasrah dengan keadaan.

Joe and LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang