SELAMAT MEMBACA
***
Aruna segera naik kedalam mobil saat melihat jam di pergelangan tangannya hampir menunjukkan pukul setengah 5 pagi.
Hari ini adalah hari pertama dia akan menjalani OSPEK dan Aruna tidak mau sampai terlambat.
Setelah melalui kegalauan panjang, sampai jatuh sakit. Pada akhirnya Aruna berhasil menemukan satu tempat yang cocok untuk menjadi tempatnya menimba ilmu.
Sudah tidak terhitung berapa kali gadis itu sakit karena terlalu memikirkan nasib kuliahnya, bahkan seminggu sebelum pengumuman Aruna sempat di rawat selama dua hari di rumah sakit karena setres dan asam lambung yang naik. Hal tersebut membuat Arjuna tak henti-hentinya memarahi gadis itu, meski kasihan tapi rasa kesal lebih mendominasi pada Arjuna saat itu.
Dan pada akhirnya Aruna berhasil di terima di salah satu universitas negeri di kota pelajar itu dengan jurusan pendidikan sekolah dasar.
Arjuna yang saat itu sedang berperan sebagai pacar yang baik, tentu saja menjadi sopir dadakan untuk Aruna di pagi buta.
Saat Aruna memasuki mobil, Arjuna langsung tertawa saat melihat apa yang di kenakan pacarnya itu.
"Kok masih zaman sih OSPEK beginian." Komentar Arjuna saat melihat penampilan Aruna.
Sebenarnya tidak parah, maksudnya tidak separah zamannya kuliah dulu. Aruna hanya mengenakan pakaian hitam putih, dengan rambut di ikat dua. Ada topi kerucut di atas kepalanya dengan tulisan nama seorang pahlawan dan sebuah id card besar bertuliskan nama, hobi dan jurusan tergantung di lehernya.
"Abang jangan ketawa." Ucap Aruna dengan kesalnya. Dia kesal karena jadi bahan lelucon Arjuna.
"Abang dulu lebih parah dari kamu. Sekarang sih OSPEK sudah tidak terlalu keras. Zaman Abang dulu, masih pakai adribut aneh-aneh belum lagi kena plonco senior."
Aruna hanya bergidik ngeri membayangkannya. Dia juga pernah mengalami MOS yang sadis saat masa SMA dulu.
Dan dia hanya bisa berharap, semoga OSPEK-nya ini tidak meninggalkan kesan buruh seperti MOS nya waktu SMA.
"Apa nanti acarnya?" tanya Arjuna lagi. Berusaha mengisi obrolan selama perjalanan.
"Kalau di jadwal sih, pengenalan lingkungan kampus. Tapi tidak tau rincinya kegiatan apa."
"Sudah sarapan?" tanya Arjuna lagi. Jangan sampai gadis itu pingsan di hari pertama OSPEK dan menambah pekerjaannya nanti.
"Tidak sarapan, tapi sudah bawa bekal. Nanti sarapannya di kampus sama teman-teman."
Arjuna tidak lagi bertanya, mobil yang mereka kendarai sudah memasuki kawasan kampus tempat Aruna kuliah. Karena lokasi kampus dengan tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dan kondisi jalan yang lenggang sehigga tidak membutuhkan waktu lama dalam perjalanan.
Dari dalam mobil, Aruna bisa melihat banyak orang yang berpenampilan seperti dirinya tengah berjalan ataupun berlari dengan tergesa-gesa. Seperti mereka juga sama dengan dirinya, peserta OSPEK hari ini.
"Runa turun disini saja Bang," ucap Aruna lagi.
Lebih baik dia tuun dan berjalan bersama teman-teman yang lain.
"Tidak mau di antar sampai gedung lokasi?"
"Tidak usah, itu banyak temannya. Disini saja."
Arjuna pun menepikan mobilnya, agar Aruna bisa turun.
"Salim Bang," Aruna mengulurkan tangannya pada Arjuna.
Arjuna tersenyum melihat hal tersebut. Aruna mencium tangannya. Meski sering membuatnya kesal, ternyata gadis itu masih memiliki sisi baik yang menyenangkan.