1 : NB2 Club

4.7K 188 16
                                    

"Ini sungguhan, kita harus ke NB2 Club?" Rose—gadis keturunan Australia, masih melebarkan matanya, tak percaya.

"Kata Jisoo sih begitu." Jennie—keturunan tulen Amerika, berujar pasrah.

"What?!" Lisa berseru kesal. Gadis Asia itu hanya menyukai hip hop dance dan bukannya Pole Dance.

"Aku tidak bisa melakukan ini. Sungguh, aku ingin pulang saja." Katanya, wajah cantiknya sudah memucat.

Jisoo memasuki ruangan dan mereka bertiga, bersama beberapa penari lain langsung berdiri.

"Eonnie, apa kami juga harus ke sana? Biarkan mereka saja yang mengambil job itu, biarkan kami pulang!" Protes salah satu penari.

Jennie, Rose, dan Lisa hanya bisa menghela nafas pasrah. Lebih dari setahun mereka tinggal di Korea Selatan, tentu saja sudah bisa menguasai bahasa lokal.

Di negara ini, pertemanan dibagi menjadi dua kubu. Kubu tulen Korea, dan kubu pendatang asing.

Tentu saja, ketiga gadis itu menjadi bahan bully, selalu dikucilkan dari aktivitas sosial, dan dibanding-bandingkan.

Hal tersebut sudah biasa terjadi. Beruntung, ketiga gadis itu memiliki mental baja.

Jisoo, senior mereka yang merupakan kesayangan pelatih, gadis tulen Korea Selatan yang tak pernah peduli dengan asal-muasal seluruh junior, hanya menghela nafas panjang.

"Semuanya, dengarkan aku. Kita semua harus ke NB2, tak ada pengecualian. Ayo semuanya, bergegas! Atau kalian akan kena marah pelatih!" Ucap Jisoo tegas.

Jennie menghampiri gadis itu. "Kak, kenapa harus di NB2? Lagipula, kita penari ballet, tidak menguasai Pole Dance."

"Aku tau, Jennie. Ini sebuah kesalahan. Pelatih kita dijebak oleh petinggi perusahaan club malam itu. Kalau kita tidak unjuk diri di sana, karir kita yang akan terancam."

Jennie menghela nafas panjang. Sejak tinggal di Korea Selatan, dia sudah mengikuti pelatihan tari ballet di sebuah agensi kecil yang hanya dipimpin oleh 2 orang dengan kurang dari 10 pelatih saja.

Ujian sekolah menengah atas baru saja berakhir.

"Itung-itung bisa jadi referensi healing, lah." Celetuk Lisa dengan senyuman lebarnya.

Mereka segera bersiap mengenakan kostum ballet dan merias wajah secantik mungkin.

Kali ini, Jennie memilih make up yang flawless dan tidak terlalu mencolok.

Di antara temannya yang lain, ia yang dipilih oleh pelatih untuk menjadi penerus Jisoo, sebagai anak emas agensi.

"Sudah selesai? Tumben sekali kau memilih Korean look?" Tanya Jisoo, tersenyum menatap juniornya.

Jennie tersenyum tipis. "Kurasa aku tidak cocok dengan dunia malam. American look tidak pantas dengan kostum ballet begini."

"Apapun yang kau kenakan, kau tetap cantik, Jennie."

Seorang pelatih memasuki ruangan dan berseru meminta bersiap. Mereka dibimbing menuju ke mobil jenis MPV yang bisa mengangkut hingga 8 penumpang.

Penari lainnya menuju ke mobil yang lain. Total ada 2 mobil MPV dengan masing-masing 8 penumpang.

Sementara para petinggi agensi juga turut pergi menggunakan mobil SUV.

Sepanjang perjalanan, Rose tak bisa melepas tangan Jennie. Ia berkeringat.

"Kumohon Rose, jangan terkena panic attack." Bisik Jennie.

"Aku tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di sana, Jennie. Kita gadis baik-baik, apa kau pernah ke Club malam?"

DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang