Sebelum membaca, biasakan sentuh bintangnya dulu yak :')
Selamat membaca~
****
Alena membiarkan angin malam membelai wajahnya. Kedua telapak tangannya terasa hangat berkat secangkir cokelat hangat yang saat ini dia pegang. Sekarang ini dia tengah berada di balkon kamarnya. Menikmati semilir angin malam. Dari balkon kamarnya ini, dia bisa melihat luasnya halaman depan rumahnya. Dan ada air mancur yang terlihat indah menyala saat malam hari. Lampu-lampu berjejer menyerupai taman kota. Kata rumah rasanya terlalu sederhana untuk menggambarkan kediaman Alena sekarang, mungkin mansion adalah sebutan yang tepat.
Alena merasa bersyukur karena bisa merasakan kebahagiaan yang seperti ini. Di dunianya dulu, dia hanyalah anak kos-kosan dengan kamar tidur seadanya, dengan luas 4 x 5 meter. Sedangkan sekarang kamarnya sudah menyerupai kamar hotel bintang lima.
Alena menyeruput cokelat hangatnya. Aroma cokelat yang menguar ditemani semilir angin malam membuat hati Alena terasa damai.
Namun kedamaian itu harus terusik saat wajah menyebalkan milik Jeviar kembali muncul di benaknya.
“Nyebelin banget sih tuh cowok. Pengen aku cakar muka sok gantengnya itu,” Alena mengomel sendiri, “ya meski memang ganteng sih. Tapi sayang kelakuannya kayak setan,” sambung Alena lagi dengan raut muka kesal.
Alena akui wajah Jeviar memang sangat tampan. Jika wajah Arkais mengeluarkan aura yang menyenangkan dan teduh. Berbeda dengan Jeviar yang mengeluarkan aura dingin, dominan, dan tentunya berbahaya. Bagaimana tidak dikatakan bahaya kalau kedepannya Jeviar adalah seseorang yang akan membunuh Arkais? Membayangkannya saja membuat Alena bergidik ngeri.
“Jangan-jangan sebelum Jeviar menghabisi Arkais, dia malah lebih dulu membunuh aku gara-gara kata-kataku tadi?” Kini Alena jadi overthinking. Bisa saja karena Jeviar kesal padannya akhirnya memilih untuk membunuhnya kan?
“Tapi ya sudahlah. Yang penting aku nggak ngerasa salah. Lagian aku udah telanjur sok berani, jadi ya udah jalanin aja sampai akhir.”
Alena sadar dia tidak bisa mundur lagi sekarang. Dia hanya bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia pasti bisa melewatinya.
“Alena, semoga kamu tenang di atas sana. Terima kasih karena sudah memperbolehkan ragamu untuk diisi dengan jiwaku. Aku akan hidup dengan ragamu sebaik mungkin.” Alena bermonolog seraya menatap langit yang bertabur bintang.
***
“Lihat deh, Len, calon pasangan top di sekolah ini,” kata Vania seraya menyenggol bahu Alena. Saat ini mereka sedang makan mie ayam di kantin.
Alena langsung mengikuti arah pandang Vania, lalu dia dibuat mengernyit. “Itu ceweknya siapa, Van?”
“Itu Niara Sasmita anak XI IPA 4.”
“Arkais nggak percaya sama ucapanku berarti? Ya sudahlah. Yang penting udah usaha.”
“Oh.”
Alena menganggukkan kepalanya. Dia memang belum pernah tahu yang mana seorang Niara itu. Karena kehidupan Alena yang dulu itu bisa dibayangkan lah, dia takut bersosialisasi, setiap ketemu orang lebih sering nunduk, tidak pernah berani tatap mata orang selain Vania kalau di sekolah. Jadi dia tidak tahu siapa-siapa saja di sekolah kecuali beberapa guru dan teman sekelasnya.
Alena bisa menilai bahwa Niara orangnya memang cantik. Pembawaannya terlihat kalem dan murah senyum. Buktinya dia beberapa kali melebarkan senyum saat disapa anak-anak lain. Ya pantas saja si Arkais sama si Jeviar jatuh cinta kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena is The Main Character [On Hold]
Fantasy• TRANSMIGRASI • [Demi kenyamanan saat membaca, silakan follow dulu!] Anela yang seharusnya segera melakukan selebrasi karena hendak wisuda, malah mengalami kecelakaan tragis yang membuatnya bertansmigrasi ke dalam sebuah novel yang beberapa waktu l...