06 - Penjelasan Arkais

3.3K 415 7
                                    

Yak, target belum terpenuhi tapi saya sudah greget pengen update... padahal baru sehari gak update.  ㅠㅠ


Karena saya semangat update, yuk kalian juga semangat vote dan komen :)

Selamat membaca~

***

“Kamu kayaknya ada sesuatu ya sama Kak Jeviar?” Vania bertanya pada Alena saat mereka berdua sudah berada di kelas. Kelas saat ini masih kosong karena seluruh penghuninya sedang menghabiskan waktu istirahat mereka entah di kantin, taman sekolah, atau perpustakaan.

“Bhaks, sesuatu apanya? Dia itu cowok sinting, Van. Dia nggak terima karena salah satu temannya kena skors gara-gara udah bully aku.” Alena menjawab dengan nada menggebu-gebu.

Meski kalau boleh jujur, Alena merasa deg-degan luar biasa gara-gara tingkah Jeviar saat di kantin tadi. Dia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana aroma parfum cowok itu, bagaimana jarak mereka yang begitu dekat sampai dia bisa merasakan napas Jeviar menerpa wajahnya, juga dia masih teringat sensasi yang tercipta saat bibir cowok itu menyentuh daun telinganya. Namun, rasa kesal tentu saja lebih mendominasi. Apa kata Jeviar tadi? Alena tidak akan bisa kabur dari Jeviar?

“Wah, kayaknya beneran mau dibunuh duluan aku.”

Saat pikirannya mengarah ke sana, Alena seketika merasa lemas. Bukankah sepertinya Jeviar benar-benar berencana membunuhnya? Jujur saja Alena belum siap mati lagi. Tapi dia tidak tahu harus berbuat apa untuk melindungi dirinya sendiri. Dia sudah telanjur menantang seorang Jeviar Mahendra.

Alena sangat yakin saat ini dirinya mungkin kembali menjadi topik panas di Horizon High School. Sudah pasti dirinya dan Jeviar menjadi perbincangan dari mulut ke mulut. Tentang keberanian Alena, tentang penyebab Jeviar mengapa bisa seperti tadi. Dan tentang entah apa lagi yang akan mereka bahas.

Setelah Jeviar membisikkan kata-kata laknat tadi, Alena langsung melenggang pergi dari kantin. Dia meninggalkan mie ayamnya yang masih sisa separuh. Otaknya tadi ngeblank, tidak bisa banyak berpikir. Jantungnya juga mendadak seperti berdisko. Akhirnya dia memilih untuk pergi meninggalkan Jeviar yang tampak puas.

“Serba salah ya jadi kamu. Kalau temen Kak Jeviar nggak dihukum, nanti malah keenakan. Tapi kalau dihukum, kamu malah harus berurusan dengan Kak Jeviar,” kata Vania lagi.

“Emang pada dasarnya Jeviarnya aja yang sialan. Gue udah temuin dompetnya. Gue nggak ada masalah apa-apa sama dia. Cuma gara-gara temennya kena skors karena emang salah, dia malah nggak terima.” Alena meluapkan kekesalannya.

Tetap saja dia tidak menyesal karena sudah menghukum teman Jeviar yang berkelakuan minus itu. Mulai sekarang dia akan sebisa mungkin menghindari Jeviar. Tapi kalau Jeviar yang datang sendiri padanya, mau tak mau dia harus berlagak seperti pemberani, meski sebenarnya dia terbayang-bayang bahwa dia akan dibunuh oleh seorang Jeviar.

Alena menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja. Mood-nya tidak karuan sekarang. Dan semua ini karena si antagonis sialan bernama Jeviar Mahendra itu.

Bel masuk sudah berbunyi. Alena kembali menegakkan tubuhnya. Pandangannya lurus ke depan. Otaknya mengajaknya berpikir banyak hal. Dia menyusun rencana dalam otaknya. Sepertinya dia harus membuat Jeviar merundungnya dan terekam cctv, maka dia akan dengan mudah menyingkirkan cowok itu dari sekolah.

Namun, bagaimana kalau Jeviar malah dendam dan semakin mempercepat gerakannya untuk membunuh Alena? Sungguh, Alena pusing sekarang.

Lamunan Alena buyar begitu saja saat ponselnya yang berada di laci meja bergetar. Alena segera mengambilnya dan membaca sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Alena is The Main Character [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang