13 - Pengecut

2.8K 398 33
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca~

***

Alena sama sekali tidak bisa fokus kali ini. Matanya memang menatap ke arah white board, tapi pikirannya sedang melanglang buana. Dia menyentuh bibirnya, bayang-bayang tentang Jeviar yang menciumnya tak lekas hilang dalam ingatan. Dia bahkan masih bisa merasakan dengan jelas sensasi yang tercipta saat bibir Jeviar mencecap bibirnya.

“First kissku diambil Jeviar,” gumam Alena dalam hati.

Anela di dunianya dulu belum pernah berciuman. Itu dikarenakan dia dulu terlalu fokus untuk kuliah dan kerja, makanya tidak ada waktu untuk pacaran. Apakah tidak ada yang menyatakan perasaan padanya? Tentu ada. Dulu yang menyatakannya secara langsung dari zaman kuliah jika dihitung ada lima cowok lebih. Sedangkan yang lainnya hanya berani pendekatan, tanpa bertindak lebih jauh.

Dan sekarang di dunia ini, first kiss-nya diambil oleh seorang Jeviar Mahendra; seorang tokoh antagonis yang yang sama sekali tidak pernah dia duga akan tertarik padanya. Meski untungnya, ciuman pertamanya memiliki kesan yang baik. Jeviar menciumnya dengan penuh kelembutan, tidak agresif, seolah tidak ingin menyakitinya.

“Kamu beneran nggak apa-apa, Len?” Vania kembali berbisik, menanyakan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya.

Alena yang masih memikirkan kejadian tadi sempat tersentak sejenak, lalu menganggukkan kepala.

“Aku nggak apa-apa kok, Van.” Alena menjawab dengan semeyakinkan mungkin.

“ENGGAK, VAN. AKU NGGAK BAIK-BAIK AJA. TADI JEVIAR MENGAMBIL CIUMAN PERTAMAKU!” Alena menjerit dalam hati.

Sial. Bahkan ingatan Alena masih memutar kejadian tadi bagaikan kaset rusak. Dia seakan masih bisa merasakan napas Jeviar di wajahnya, juga aroma parfum cowok itu yang sangat candu baginya.

“Tadi diajak Kak Jeviar ke mana?” bisik Vania lagi.

Alena berpikir sejenak, apakah dia harus menceritakannya kepada Vania? Tapi dia masih tidak yakin untuk menceritakannya. Jadi lebih baik dia berbohong saja untuk kali ini.

“Ke kelasnya.”

Alena belum bercerita apa pun kepada Vania. Tentang Arkais yang hendak dibunuh Jeviar dan tentang Jeviar yang terobsesi padanya. Dia hanya merasa waktunya belum tepat. Lagian dia tidak ingin menyeret Vania ke dalam permasalahannya. Bisa-bisa Vania kena imbasnya nanti.

Menyadari Alena tidak ingin membahasnya, Vania hanya ber-oh ria seraya menganggukkan kepalanya. Tidak bertanya lebih lanjut.

Tanpa Alena sadari, dari tadi Arkais tampak mencuri-curi pandang ke arahnya. Bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang mungkin Jeviar lakukan pada Alena. Dibawa ke mana Alena tadi. Dan apakah hubungan mereka sedekat itu, sampai-sampai saat ke taman kota kemarin Jeviar bilang Alena pergi ke sana bersamanya. Tanpa sadar, kedua tangan Arkais terkepal kuat.

“Kira-kira Alena tadi diapain sama Jeviar?” Nando berbisik kepada Arkais.

Arkais menghela napas. Selama ini yang mengetahui rahasianya hanyalah Nando seorang. Perihal sebenarnya untuk siapa perasaannya selama ini.

“Mana gue tahu.” Arkais balas berbisik dengan lesu.

“Lo dodol amat sih jadi cowok. Cupu. Pengecut. Pengen gue smackdown.” Nando berbisik kesal. Menurutnya, sahabatnya itu benar-benar definisi pengecut yang sebenernya. Memendam perasaan sudah cukup lama, dari zaman SMP malah, tapi dia malah sama sekali tidak berani mengungkapkannya.

Alena is The Main Character [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang