23 - Budak Cinta

1.2K 183 9
                                    

Sebelum baca jangan lupa tinggalkan vote dan komennya~

Selamat membaca :)

***

“ANJING, GUE DIPANGGIL SAYANGKU!”

Ucapan Jeviar tadi di kantin masih menggema dalam kepala Arkais. Dia masih ingat betul bagaimana Jeviar yang tiba-tiba berteriak demikian, lalu Alena yang menarik Jeviar untuk duduk. Arkais merekam semuanya dalam ingatannya. Membayangkan Alena memanggil Jeviar dengan panggilan sayang membuat Arkais menahan gejolak dalam dadanya. Dan hal itu menghadirkan sesak yang begitu menyakitkan. Lagi-lagi karena terlalu pengecut, dia kalah langkah. Di saat dia merasa memiliki harapan, kini harapan itu terempas begitu saja menyisakan rasa sakit dalam hati. Dia kalah lagi, dan ini semua karena salahnya sendiri.

Tepukan pada bahu kanannya membuat Arkais menoleh ke arah Nando.

“Cuma bisa bilang sabar, bro.”

Nando dari tadi berusaha menguatkannya. Sebab Nando-lah satu-satunya orang yang tahu mengenai perasaannya. Pikiran Arkais kacau. Dia bahkan tidak bisa konsentrasi selama jam pelajaran berlangsung. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Alena.

Arkais menghela napas panjang. Seseorang yang disukainya kini telah menjadi milik orang lain. Arkais tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Seharusnya dia segera memberitahu Alena perihal perasaannya. Urusan diterima atau tidak itu masalah belakangan. Namun kini tampaknya dia tidak akan bisa mengungkapkan perasaannya. Sebab dia tidak mau berurusan dengan Jeviar. Sesuai apa yang dikatakan Alena dulu, Jeviar orangnya nekat. Dia bisa saja dihabisi kalau sampai melakukan hal itu. Jadi, dia kembali memendam perasaannya dalam diam. Mengamati Alena dalam diam. Sembari berharap hubungan Alena dan Jeviar akan segera berakhir, maka akan ada peluang untuknya.

Arkais kembali mengamati Alena yang fokus menatap penjelasan guru di papan tulis. Dari sisi samping, kecantikan Alena terlihat sempurna. Sayang, Arkais hanya bisa mengaguminya dengan seperti ini; layaknya seorang pengecut.

***

Alena mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Hari ini dia ada latihan lagi. Dia sudah mengabari Pak Hadi bahwa dia akan pulang telat karena harus latihan lebih dulu.

“Masih nggak nyangka loh aku, Len, kamu ternyata pacaran sama Kak Jeviar.” Vania masih dalam mode tidak menyangka perihal hubungan Alena dengan Jeviar.

“Hehe, ya gitulah pokoknya, Van. Maaf ya baru cerita ke kamu.”

“Nggak apa-apa, Len. Santai.”

Alena menceritakan kepada Vania perihal bagaimana dia bisa berakhir pacaran dengan Jeviar. Tentu saja yang masalah Jeviar curhat dan menangis di hadapannya saat di dermaga tidak dia ceritakan. Cukup dirinya saja yang tahu.

Alena dan Vania berjalan bersisian keluar dari kelas. Keduanya masih membicarakan perihal hubungan Alena dan Jeviar. Vania tidak menyangka Jeviar yang seperti itu akhirnya takluk pada Alena. Vania juga bertanya perihal kedekatan Niara dan Jeviar sebelumnya.

“Sebenarnya sebelum dekat sama aku, Jeviar udah bilang kalau dia udah lama nggak deketin Niara, udah sekitar dua bulanan lah katanya.”

“Eh, kalau dipikir-pikir emang iya sih, Len. Udah cukup lama nggak lihat Kak Jeviar tiba-tiba membuat drama saat Arkais sama Niara lagi bareng,” jawab Vania membenarkan ucapan Alena.

“Tapi pokoknya congrats ya, Len.”

“Hehe, thank you, Van.”

Langkah keduanya terhenti saat mendapati Jeviar dan teman-temannya yang lain sedang duduk di tangga. Senyum Alena tersungging samar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alena is The Main Character [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang