37 - KEJUTAN

36 1 0
                                    

Happy reading ♡



"Bagaimana persiapannya?" tanya Dava pada seorang dari balik telepon.

"Lancar, Tuan. Tinggal sedikit lagi dan semuanya akan sempurna."

Dava mengangguk puas. "Lanjutkan. Jangan ada yang terlewat sedikit pun." Dava mematikan sambungan teleponnya. Kini matanya beralih pada jam yang melingkar di tangannya. Jam masih menunjukkan pukul 11 pagi. Masih sangat awal untuk Queenza pulang sekolah.

Hari ini Dava izin tidak masuk sekolah. Ia ingin mempersiapkan secara matang kejutan untuk Queenza. Dan juga, ia akan memberanikan diri untuk meminta izin membawa Queenza ke pantai nanti sore pada kedua orang tua gadis itu.

Dengan langkah percaya dirinya, Dava memasuki pintu mansion milik Arion. Di ruang tengah, sudah dihuni oleh Arion, Merry, Opa Ehan, serta Gerald yang menunggu kedatangan Dava. Dava tersenyum lalu mencium punggung tangan Arion, Merry, dan Opa Ehan. Tak lupa ber-tos ala laki-laki dengan Gerald.

Merry mempersilahkan Dava duduk dan langsung menyajikan teh untuk laki-laki itu. "Kamu nggak sekolah?" tanya Merry membuka pembicaraan.

"Enggak, Tante." Dava menyesap teh yang diseduh untuknya. "Ada yang mau Dava bicarakan," celetuk Dava membuat Arion, Gerald, dan Opa Ehan yang tadi sibuk dengan aktivitas nya, kini memusatkan perhatian pada Dava.

"Oh, ya? Apa itu?" Arion bertanya tenang.

"Sepertinya sangat penting, ya?" Opa Ehan ikut menyahut.

Dava mengangguk kecil. Ia kembali menyesap teh guna menghilangkan rasa gugup. Berkali-kali hatinya sibuk meyakinkan bahwa tidak apa-apa. Dava sendiri bingung pada dirinya sendiri, padahal ia hanya akan meminta izin untuk mengajak Queenza ke pantai, bukan meminta restu untuk menikahi Queenza. Tapi entah kenapa rasanya sangat sulit.

Dava menghela nafas. Ia menatap yakin Arion. "Om, Tante, Opa, Dava mau minta izin untuk mengajak Queenza ke pantai nanti sore." Akhirnya kalimat itu terlontar.

Keheningan melanda. Tak ada yang membuka suara karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ekhem." Semuanya mengalihkan atensi pada Opa Ehan. "Opa tidak masalah. Lagi pula Opa percaya Queenza aman sama kamu," tutur Opa Ehan membuat Dava tersenyum.

"Tante juga tidak masalah, Dava."

Sekarang tinggal Arion yang belum memberikan jawaban. Dava menatap pria itu takut-takut. Khawatir tidak diberikan izin oleh Arion.

Arion menghela nafas setelah memikirkan beberapa hal. Ia menatap Dava lurus di depannya. "Kamu tidak minta izin sama Gerald juga? Di keluarga ini yang paling protektif sama Queenza hanya Gerald." Arion menatap putranya dengan senyuman miring. Berharap Gerald tak akan memberikan izin pada Dava untuk membawa Queenza mereka.

Gerald mendelik. "Udah tua, masih aja nggak nyadar diri," batin Gerald jengkel. Padahal Papanya itu juga sama saja protektif nya terhadap Queenza. Hanya mencari alasan saja. "Sudah Gerald izinkan." Jawaban Gerald membuat Arion menatapnya tak percaya yang dibalas senyuman miring oleh Gerald. Enak saja membawa-bawa namanya. Jika tidak memberikan izin katakan saja, kenapa harus membawa nama Gerald segala?

"Gerald izinkan Queenza pergi." Gerald beralih menatap Dava. "Asalkan nggak terjadi apa-apa dengan Adek gue."

Arion kembali menghela nafas. Mereka semua mengizinkan Dava mengajak Queenza. Tak ada alasan lagi baginya untuk menolak permintaan laki-laki di hadapannya ini. "Jaga Queenza sebaik mungkin. Bawa putri saya pulang dengan keadaan bahagia. Paham?"

Queen's Life GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang