46 - NESHA ALEANDRA

15 0 0
                                    

Happy reading ♡



Queenza tarik kembali kata-katanya yang meyakini bahwa Davano tak akan menyerah terhadap hubungan mereka. Buktinya, saat ini di sekolah Queenza disuguhkan pemandangan yang amat sangat membuat mata ingin mengeluarkan buliran bening. Queenza meremas kotak bekalnya sambil netranya terus mengamati sejoli yang sedang bersantai menikmati bekal siang di kursi taman yang tak jauh dari tempat Queenza berdiri. Kursi yang biasa digunakan Queenza dan Davano untuk makan siang atau sekedar bersantai saat jam istirahat.

Kedua sosok itu adalah Dava dan teman sekelasnya yang Queenza kenali si pemilik nama lengkap Nesha Aleandra. Makin ingin menangis Queenza dibuatnya kala tiba-tiba saja ada adegan suap menyuap. Nesha menyodorkan sesendok makanannya lalu diarahkan pada mulut Dava. Yang membuat hati Queenza panas karena lelaki itu dengan mudahnya menerima suapan tersebut, tak lupa melempar senyum manis andalannya yang jarang sekali ia tunjukkan kecuali saat bersama Queenza. Queenza berani jamin itu. Tapi, lihatlah sekarang, ada gadis lain yang bisa membuat Dava menebar senyuman itu seenaknya.

Queenza menunduk. Kaki yang tadinya dibawa melangkah hendak menuju ke tempat Dava, diurungkan. Ia berbalik dan melangkah kembali ke dalam kelas. Perasaannya campur aduk. Sedih, kesal, ingin marah namun Queenza siapa? Queenza tak lagi menyandang status sebagai kekasih lelaki itu. Apa berhak ia merasa cemburu saat melihat lelaki yang disukainya bermesraan dengan gadis lain? Terlebih, gadis itu memiliki banyak kelebihan yang tak Queenza punya.

Di dalam kelas yang hanya dihuni beberapa orang saja, Queenza duduk di kursinya. Ia membuka bekal yang pagi tadi disiapkan oleh Mamanya. Queenza menatap isi bekal tersebut. Tatapannya kosong, pikirannya berkelana ke sembarang arah. Banyak argumen yang berserabut di kepalanya. Namun ia hanya bisa diam. Ingin melampiaskan semuanya tapi pada siapa? Pada lelaki yang menjadi sebab ia menjadi seperti ini? Tidak mungkin. Queenza pasti akan dicap aneh.

Perlahan tangannya mengarahkan sendok kearah mulut. Suapan pertama masuk, detik itulah buliran yang sejak tadi ditahan keluar tanpa komando. Queenza menangis dalam diam. Katakanlah ia lebay karena tak dapat menahan sedih hanya karena melihat lelaki yang disukainya dekat dengan gadis lain. Ini adalah pengalaman pertamanya jatuh cinta. Ia belum tahu apa itu cinta. Cinta terhadap lawan jenis. Apakah cinta itu bisa diartikan sama dengan cinta yang ia rasakan pada keluarganya? Cinta yang ia rasakan pada Arion sebagai Papanya? Jika sama, kenapa saat melihat Arion bemesraan dengan Merry ia biasa saja? Apa karena Queenza juga mencintai Merry makanya tak merasakan sedih saat mereka saling berbagi kasih? Ah, mungkin karena Queenza tak mencintai Nesha makanya ia sedih kala Dava menerima perhatian dari gadis itu. Jadi, mungkinkah yang harus Queenza lakukan adalah mencintai Nesha juga? Sehingga dengan begitu ia tak akan merasakan gejolak aneh ini.

Begitu lugu pemikiran Queenza. Bahkan membedakan mengenali perasaannya sendiri saja ia tak mampu. Begitu minim pengalamannya mengenai perasaan.

Dalam diam, Queenza membatin, apa Dava udah nyerah? Nyerah karena tau Papa dan Abang nggak akan restuin kami.

Dibanding hal itu, Queenza terpikirkan suatu hal lain. Sebenarnya, sejak kapan Dava menjadi dekat dengan Nesha? Bukankah Dava yang ia kenal tak mudah menaruh perhatian pada sembarang gadis? Sebenarnya sejak kapan ini bermula... Sejak Queenza yang tak punya waktu untuknya? Atau sejak Queenza yang selalu menolak ajakan berpergian dengannya? Ah, atau... sejak Queenza yang semakin membatasi diri dan memberi jarak antara mereka?

Queenza tak tahu! Ia tidak tahu dimana yang salah, siapa yang salah, dan kenapa bisa salah. Malang sekali nasibnya, benar-benar dilanda kebingungan disaat tak ada yang bisa menjelaskan apapun padanya.

Queen's Life GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang