48 - JUST FEEL GUILTY

14 1 0
                                    

Happy reading ♡



Ini adalah hari-hari yang berat bagi Queenza. Disaat ia tak ingin bertemu dengan sosok yang membuat hatinya sakit, tetapi keadaan malah mempertemukan mereka bagaimanapun caranya. Memang mustahil untuk menghindari Dava selama masa move on-nya. Selain karena mereka satu keluarga, Queenza dan Dava juga satu sekolah dan sering berkumpul bersama.

Memang Dava tidak pernah membawa Nesha disaat mereka sedang sama-sama berkumpul, namun karena kejadian seminggu yang lalu sejak Dava menyatakan apa yang dirasakannya terhadap Nesha pada Queenza, suasana diantara keduanya sangat kentara canggung. Bahkan teman-temannya sampai tahu apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua. Tak ada yang menceritakan kronologi Dava dan Queenza yang tiba-tiba berjauhan, mereka kompak mencari tahu sendiri dan mengamati keduanya akhir-akhir ini.

Pio dan Vira tentu tak terima atas perlakuan yang Queenza terima. Mereka tahu betul bagaimana rasa suka Queenza pada sepupunya itu. Dan Dava pun terang-terangan menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap Queenza, bukan sebatas perlakuan baik sebagai seorang sepupu atau teman, siapapun bisa tahu dengan berkali-kali melihat apa saja yang sudah Dava lakukan untuk Queenza. Bahkan sikapnya yang datar dan cuek pun bisa dibuangnya jauh-jauh saat bersama Queenza. Namun saat tiba-tiba mengetahui Davano seenaknya meninggalkan Queenza, tentu mereka sebagai sahabat tak bisa duduk tenang.

Seperti sekarang, mereka duduk di barisan meja paling pojok. Queenza duduk dihimpit oleh kedua sahabatnya. Pio di samping kanannya, sementara Vira di hadapannya. Disebelah kiri Queenza dibatasi dinding. Ray tentu duduk tepat di samping sang kekasih. Dan disanalah Dava duduk, di hadapan Ray dan berselang satu tempat di samping Vira. Jauh dari jangkauan Queenza. Itu sudah direncanakan oleh Pio bersama Vira dan Ray. Tak akan mereka biarkan Davano dekat-dekat dengan Queenza!

Queenza sendiri tak tahu menahu tentang rencana teman-temannya. Ia kira setiap saat berkumpul, dan selalu mendapati kursi yang berjauhan dengan Dava adalah sebuah kebetulan. Tapi tak urung ia bersyukur karena tak perlu berdekatan dengan lelaki itu.

Queenza fokus melahap mie ayamnya. Tangannya hendak meraih botol saus sebelum ditahan Vira. Queenza mendongak hendak memprotes namun langsung didahului oleh Vira.

"Saus lo udah kebanyakan, Za. Ntar sakit perut."

Bibirnya mengerucut. "Ihh sedikit lagi aja, Vira. Masih kurang terasa."

Vira menggeleng tegas. "Udah cukup."

"Viraaaa! Sedikittt aja, ya?? Please, please..." Matanya menatap Vira penuh harap agar sahabatnya itu luluh. Tak mendapati apa yang diingkannya sontak Queenza beralih pada Pio. Kali ini ia yakin Pio akan membantunya. "Pio... ada saus, nggak?"

Pio menyeringai sok misterius. Ia melirik Vira dengan angkuh yang hanya dibalas tatapan datar oleh kembarannya itu. Selanjutnya tangannya meraba-raba saku rok yang ditunggu dengan sangat penasaran oleh Queenza.

Sret

Dua bungkus saus saset digenggaman Pio. Mata Queenza berbinar cerah dan langsung dengan cepat mengulurkan tangan agar segera diberikan benda yang diinginkannya.

Sementara mata Vira dibuat mendelik marah sebelum berteriak kesal. "FIONA!"

Yang diteriaki hanya cengengesan sambil tangannya tetap memberikan satu saus kepada Queenza. "Satu aja, ya. Satu lagi buat gue."

Queenza mengangguk senang, diterimanya dengan baik lalu langsung menuangkan saus saset tersebut ke mangkuk mie ayamnya. Queenza kembali melahap dengan khidmat. Merasa kepedasan, diraih gelas minuman yang tadinya masih terisi penuh namun tiba-tiba saja sekarang sudah kosong. Queenza berdesis kepedasan, ia mencari-cari gelas yang bisa ia minum airnya.

Queen's Life GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang