55 - STOP CALL ME 'KAK'

30 0 0
                                    

Happy reading ♡



Jadwal kencan di sore hari yang sudah di rencanakan sejak jauh-jauh hari mendadak batal karena hujan yang tiba-tiba saja turun dengan derasnya. Queenza dan Gerald kompak menatap kearah luar jendela dengan tatapan miris dan kecewa. Keduanya bersitatap sejenak sebelum menghela nafas. Padahal baik Queenza maupun Gerald sudah sangat bersemangat menantikan kencan ini. Berhubung ini adalah kencan pertama mereka setelah jadian.

Gerald termenung melihat ke arah rerumputan di luar mansion. Tampaknya hujan akan sangat awet hingga malam, yang lagi-lagi membuatnya patah semangat.

Queenza melirik Gerald yang tampak lebih diam. Membaca raut kekasihnya yang tampak sangat kecewa menimbulkan rasa tak tega. Pasti Gerald sudah sangat menantikan hari ini. Berhubung selama sebulan terakhir ini Gerald mulai sibuk merintis perusahaan Papanya yang perlahan sedang dialihkan padanya. Jarang ada waktu bagi lelaki itu untuk berduaan dengan Queenza. Tak ingin melihat Gerald bersedih lebih lama, ia bergerak menghadapnya.

Merasakan adanya pergerakan, Gerald melirik Queenza yang jauh lebih pendek darinya. Perlahan tangan kekar itu bergerak melingkar di pinggang ramping Queenza. Raut wajahnya lesu dan tak ada semangat sedikit pun. Persis seperti balita yang gagal liburan diakhir pekan.

Ekspresi yang jarang sekali Gerald perlihatkan itu membuat Queenza menahan senyumnya. Ia menangkup kedua rahang Gerald sambil mencubit pelan pipi Gerald. "Queen ada ide bagus buat alihin rencana kencan hari ini."

Alisnya terangkat sebelah seakan bertanya 'apa?'

"Queen mau buatkan pudding strawberry. Udah lama, kan, Mama nggak buat makanan kesukaan Abang yang itu?"

"Queen..." panggil Gerald dengan nada memperingati kala lagi-lagi mendengar sebutan 'Abang' itu. "I'm not your big bro anymore. I'm your lover."

Queenza menepuk keningnya pelan saat menyadari tanpa sengaja ia kembali menyebutkan panggilan itu. "Maaf, Kak, nggak sengaja."

"Can you stop calling me 'Kak'?"

Alis Queenza menukik samar saat lagi-lagi mendapat protesan. "Terus?"

Wajah yang tadinya cemberut perlahan luntur tergantikan dengan seriangaian. "I'm your lover, kasih panggilan yang lebih spesial."

Queenza menyipitkan matanya mendengar kode keras itu. Ide terlintas di pikirannya sebelum ikut mengulas senyum tipis. "Pipi?" ucap Queenza sambil menahan senyum dan perasaan geli ketika mengeluarkan panggilan itu.

Seakan ada asap yang tiba-tiba saja keluar dari kedua telinga Gerald yang kini sudah memerah. Sial, begini saja membuatnya salting. Lihatlah pipi gembil Queenza yang sedang menahan senyum, tanpa aba-aba Gerald langsung melahap pipi kanan Queenza dan menggigitnya gemas menyisakan pekikan tertahan gadis itu.

"Arkh!!"

* * *

Queenza memasuki dapur dengan apron yang sudah melekat di tubuhnya. Matanya menatap ponsel dengan serius, membaca resep puding strawberry kesukaan Gerald.

Langkah kaki terdengar dari arah belakang Queenza. Gerald mendekat, ikut memperhatikan ponsel di genggaman gadisnya. "Kamu yakin?" tanya Gerald sedikit ragu membiarkan Queenza beraksi di dapur. Pasalnya, terakhir kali Queenza menguasai dapur sendirian, ruangan itu seketika berubah seperti kapal yang baru menabrak batu karang raksasa.

Queenza mengangguk mantap. Setelah selesai membaca resep, Queenza meletakkan benda pipih itu dalam kantong yang ada di apron bagian perut. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan.

Sejak awal Queenza bergerak, Gerald selalu mengikuti layaknya ekor. Tangannya juga aktif membantu Queenza mengambil barang yang sekiranya tak sampai gadis itu raih. Bahkan saat Queenza tak sengaja menyenggol mangkuk kaca, Gerald dengan sigap menangkapnya dan meletakkan di tempat lebih aman. Pemuda itu bersikap bak seorang bodyguard terhadap ratunya.

Queenza mulai menuangkan beberapa material dasar membuat puding. Ia tak banyak bicara, tampak sangat fokus bahkan mengabaikan Gerald yang sedari tadi mengekori.

Begitupun dengan sang lelaki, ia tak banyak berbicara. Hanya diam memperhatikan Queenza yang tampak berkali-kali lebih cantik saat sedang memasak puding untuknya. Lihatlah muka serius dan rambut dicepol asal itu. Gerald rasa dia kembali jatuh cinta pada Queenza-nya. Dalam diam, Gerald mengeluarkan ponsel dari saku celana yang digunakan. Membuka aplikasi kamera dan mengarahkannya pada Queenza yang sedang mengaduk adonan. Senyuman mengambang sempurna ketika berhasil mengabadikan beberapa foto Queenza.

Lima belas menit berlalu, Gerald merasa sedikit bosan. Terlebih sedari tadi Queenza mendiamkannya dan sama sekali tak merespon setiap perkataannya. Tampak jelas sekali fokusnya terhadap puding strawberry tak bisa diganggu gugat. Gerald jadi merasa sedikit cemburu...

Queenza yang awalnya tengah menuangkan adonan puding ke cetakan, tersentak kala sepasang tangan melingkar di sekeliling pinggangnya. Gadis itu menoleh ke belakang, tentu saja mendapati Gerald. Ia layangkan tatapan protes pada kekasihnya itu. "Lepasin, Kak!"

Bukannya menurut, Gerald malah semakin mengeratkan pelukannya. Dagunya tertumpu di bahu kanan Queenza hingga pipi mereka saling bersentuhan. "Kamu lebih milih puding dari pada pacar kamu sendiri?" Nada kecemburuannya terdengar jelas.

"Astaga, Kak. Masa cemburu sama puding, sih? Ini, kan, puding buat pacar Queen juga," balas Queenza kembali memfokuskan diri pada kegiatan sebelumnya.

Sementara Gerald dibuat salah fokus terhadap apa yang baru saja Queenza katakan. Ia menatap Queenza lekat dari samping. "Kamu ngomong apa tadi?" tanyanya memastikan.

Queenza melirik sedikit. "Apa? Cemburu sama puding?"

Kepala Gerald menggeleng. "Sesudah itu."

Alis Queenza mengerut sedang memikirkan perkataannya yang dimaksud Gerald. "Puding buat..."

"Buat siapa?" tanya Gerald tak sabaran.

Mengerti akan maksud lelaki itu, Queenza mengulas senyum. "Pacar Queen, maksud Kakak?"

"Itu dia. Mulai sekarang aku nggak terima panggilan 'Kakak' lagi. Panggil aku dengan sebutan itu."

"Pacar Queen?" Queenza memastikan.

"Iya, sayang?"



To be continued



Queen's Life GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang