38 - JUJUR MENGENAI PERASAAN

22 0 0
                                    

Happy reading ♡



Waktu berlalu. Queenza mulai fokus belajar untuk mempersiapkan diri untuk hari kelulusan yang hanya terhitung beberapa bulan lagi.

Tak banyak yang berubah semenjak usianya mencapai angka tujuh belas tahun. Sifat polos dan manja yang dimiliki Queenza nyatanya memang bawaan yang tak bisa dihilangkan. Tak ada Queenza yang dewasa dalam menjalani hidup. Gadis itu masih terus bergantung dengan keluarganya. Gerald dan Arion bertambah tingkat keposesifannya terhadap gadis satu-satunya milik mereka. Ditambah saat kedua lelaki berbeda usia itu menyadari jika Dava sudah mulai terang-terangan mendekati gadis kecil mereka. Alhasil Gerald dan Papanya itu setuju untuk meningkatkan kewaspadaan dan lebih ketat jika sudah berurusan dengan Queenza. Mereka tak ingin, jika saja mereka lengah sedikit, Queenza akan diambil alih oleh lelaki lain.

Karena kelakuan Abang dan Papanya itu membuat Queenza sampai pusing memikirkan alasan jika ingin berpergian dengan Dava. Pasalnya, akhir-akhir ini Dava sangat sering menghubungi dan mengajaknya untuk keluar. Entah itu karena kepentingan, maupun hanya untuk sekedar melepas penat. Di samping semua itu, Queenza merasa sangat senang karena Dava seringkali meluangkan waktu bersamanya. Walaupun pada akhirnya lelaki itu akan ditegur oleh Arion karena sangat sering Mengajak Queenza bermain.

Queenza melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan malam. Itu artinya Papanya belum pulang kerja. Queenza beranjak keluar kamar, berniat mencari Merry Mamanya.

Tok tok

Gadis dengan piama yang melekat di tubuhnya itu mengetuk pintu sebanyak dua kali. Hingga sahutan terdengar, baru ia masuk ke ruangan yang merupakan kamar Mamanya itu.

"Queen? Kenapa, sayang?" tanya Merry yang sedang duduk di meja rias. Tampaknya wanita cantik itu sedang melakukan rutinitas malamnya.

Queenza dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya melangkah menuju kasur empuk di tengah ruangan. Ia duduk sambil mengayunkan kakinya yang menjulang ke bawah. Sesekali bersenandung sambil menatap sang Mama yang sibuk mengoleskan skin care ke wajahnya.

Tak ada pembicaraan di antara mereka selama beberapa saat. Sampai akhirnya suara Queenza mengalihkan atensi Merry. "Ma," panggilnya.

"Iya?"

"Emm... besok Queen mau pergi main... boleh?" cicit Queenza ragu-ragu.

Merry menatap Queenza dari kaca rias sejenak, baru menjawab. "Main kemana?"

"Ke rumah Pio bareng temen-temen, Ma."

"Yakin ke rumah Pio?" Merry berbalik untuk menatap wajah putrinya.

Tanpa ragu gadis itu mengangguk. Pipinya yang chubby ikut tergoyang karena anggukannya.

"Coba izin sama Papa," ujar Merry berniat menjahili Queenza. Ia tau gadisnya itu tidak berani meminta izin pada Arion karena pasti akan mendapatkan berbagai pertanyaan sebelum diizinkan.

Benar saja, wajah Queenza langsung tertekuk. Bibirnya dimajukan pertanda ia kesal. Queenza menggeleng. "Papa pasti nggak izinin Queen."

"Kenapa? Kan, mau ke rumah Pio, bukan ke rumah cowok."

Queenza mendengus kesal. "Mama kayak nggak tau Papa aja. Pasti langsung nggak diizinin sama Papa karena perginya juga bareng---" Queenza mengunci mulutnya saat sadar ia akan mengatakan jika ia juga akan pergi bersama Dava. Bisa-bisa Merry juga tidak akan mengizinkannya pergi.

Queen's Life GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang