hukuman [chapter 9]

61 38 159
                                    

"gila yaa sekarang udah mulai berani ya sil" ucap bagas rasanya seperti meledek ke arah ara yang saat itu sedang berdiri di hadapan bagas

Terlihat anggota OSIS sibuk mengerjakan tugasnya masing masing di karnakan acara pergantian pemilik sekolah semakin dekat.

Hal yang bener benar ara takuti terjadi walau arkan bilang ini tidak masalah namun untuk ketua osis seperti bagas ini harus di pertanggung jawabkan .

"Walau pak arkan bilang gapapa, tapi bagi gua lu udah melanggar aturan" ucap bagas tegas

"Tapi kak.."

"Gua ga perduli siapa pak arkan itu yang jelas di sini gua ketua OSIS nya dan gua bertanggung jawab atas anggota OSIS yang ga patuh sama peraturan"

Anggota osis yang tak sengaja mendengar ucapan bagas barusan berpura pura tak terjadi apapun saat itu, karna mereka tau sifat bagas bagaimana jika ada anggota yang menyepelekan aturan dan tugas.

"Maaf kak, saya ngaku salah, saya siap menerima hukuman" ucap ara pasrah, hanya itu yang dapat ia lakukan saat ini, membela diri pun rasanya percuma jika berhadapan dengan Bagas.

"Sil? Ada sesil ga?" Panggil seseorang yang tiba tiba masuk kedalam ruang OSIS tersebut

"Bisa keluar? Selain anggota OSIS dilarang masuk!" Tegas bagas, yang saat itu emosi nya sedang dipuncak puncaknya

"Gua ada perlu sama sesil, bukan sama lu kudet, jadi jangan halangin gua" jawab vivi

Ara menghela nafasnya frustasi keberadaan Vivi akan membuat keadaan makin memburuk ditambah lagi vivi dan bagas sering bertengkar dengan alasan yang sepele.

"Punya kuping ga! Gua bilang selain anggota OSIS dilarang masuk!" Bentak bagas kali ini emosinya benar benar pecah, Ara yang melihatnya hanya pasrah, seperti itu lah sifat Bagas.

"Lu juga punya kuping ga? Gua ada perlu sama sesil karna ini penting!"

"Jangan mentang-mentang lu ketua OSIS jadi semena menanya deh, udah cukup kaka gua jadi korban, temen gua jangan!" Lanjut vivi

Bagas menatap kearah vivi yang kala itu kebencian benar benar terasaa dari dirinya, bukan tanpa alasan vivi membenci bagas tetapi ada hal yang benar-benar membuat vivi dendam terhadap bagas.

Bagas berjalan menghampiri vivi dengan tatapan tajam kearahnya, berhenti persis dihadapan vivi.

"Bukan gua yang buat kaka lu meninggal, lo perlu tau itu" ucapnya

Ara yang mendengar ucapan bagas barusan merasa tak percaya dengan apa yang di dengarnya, meninggal? Kaka vivi? Kenapa?

Vivi membalas tatapan tajam bagas tak mau mengalah "bukti udah jelas masih mau ngelak? Gua juga bingung kenapa bisa bisanya pihak sekolah ga ada ngeluarin lu yaa, seolah olah kejadian itu cuma sepele ajaa gitu, dan lo perlu tau juga, gua ga akan percaya sama lo" ucap vivi

Ara yang saat itu merasaa situasi mulai tak enak mencoba menenangkan keduanya
"Maaf ka bagas.." ucap ara yang membuat kedua orang itu spontan menoleh ke arahnya.

Vivi menghela nafasnya lalu berjalan kearah ara, meraih tangan nya  dan pergi meninggalkan Bagas yang masih di penuhi emosi.

"Sorry sil ganggu, ini gua ada telpon katanya dari nyokap lu" ucap vivi lalu menyodorkan handphone kearah ara.

"Ibu?" Bingung ara

"Iya, dia bilang si ibu lu, katanya mau ngomong sama lu, gua juga ga tau ibu lu dapet no gua dari mana" jawab vivi

Ara menggambil benda pipih itu dari tangan vivi "hallo?" Panggilnya

Tak lama dari itu suara menyaut dari balik telepon, suaranya persis seperti ibu ara Elisabeth

📞 Elisabeth: "kamu pulang jam berapa ra?"

📞Ara: "kira kira jam 3an bu, memangnya kenapaa?"

📞 Elisabeth: "ibu mau ajak kamu makan malam"

📞 Ara: "ohh, baiklah aku kira kenapa"

📞 Elisabeth: " hehehe tidak ibu hanya mau mengatakan itu saja, kalo gtu sampai jumpa nanti malam anak ku sayang"

📞Ara : "iyaa bu"

Ara mematikan telepon nya dan menyerahkan kembali ke pada vivi

"Udah, makasih vi" ucap ara

"Beneran ibu lu sil?" Tanya vivi bingung, bagaimana tidak selama ini vivi hanya tau soal ara yang tinggal di panti, soal ibunyaa vivi benar benar baru mengetahui saat ini juga.

"Iyaa" jawab ara

"Bukanya ibu lu....?"

"Ceritanya panjang" celetuk ara

★★★

"Terus gimana kamu bisa ketemu sama ara?" Tanya nathan dengan tubuh yang terlentang di atas ranjang rumah sakit.

Walau kesadaran nya sudah pulih namun tubuhnya masih rentan untuk bergerak dokter pun terus terusan mengecek keadaan nathan yang takutnya sewaktu waktu mengalami hal yang tidak di inginkan.

"Ceritanya panjang, serius mau denger? Ntar tidur lagi lu" jawab arkan

"Gapapa"

"Oke deh, jadi waktu itu gua sama bokap gua pergi ke sekolahan taruna Nusantara buat liat liat, nah ga sengaja pas gua lewat ada siswi pingsan ya gua tolongin, terus pas gua liat mukanya kaga asing kek pernah liat, pas balik gua mikir2 kan siapa gadis itu, terus gua inget foto yang lu kasih tau ke gua dan baru inget kalo itu ara"

"Ara pingsan? Kenapa? Kok bisa?" Tanya nathan khawatir

"Tenang dong, ara gapp dia cuma kecapean, seharusnya lu lebih khawatir sama keadaan lu na, coba liat diri lo" jawab arkan, wajahnya tiba2 menunjukan rasa ke khawatiran.

Nathan menghela nafas tenang "syukurlah, aku udah sembuh kok bentar lagi juga bisa pulang, ga usah khawatir, semua akan baik2 ajaa" nathan tersenyum hangat kearah arkan lalu begitupun dengan arkan yang membalas senyuman kepada Nathan

"Jadi kapan kamu bisa bawa ara kesini? Aku mau ketemu ara secepatnya" tanya nathan bersemangat.

"Pasti gua bawa ara kesini, secepatnya, makanya lo harus sembuh total" jawab arkan

"Iyaa pasti aku sembuh" jawab nathan

"Ayah kamu udah tau soal ini?" Tanya nathan

"Belum, tenang aja na gua pasti bilang tapi nanti, lagi pula bunda sama ayah gua kenal lo na, ga perlu khawatir"

"Gua juga udah janji sama tante buat jaga lu, jadi gausah dipikirin lah kaya sama siapa aja lu" lanjut arkan

Nathan tersenyum tenang rasanya lega mendengar apa yang dikatakan arkan, Nathan benar benar bersyukur dengan apa yang iya dapatkan saat ini seperti teman yang baik, keluarga, dan bahkan orang orang disekitarnya yang sangat peduli dan sayang pada dirinya, kalau dibandingkan dengan apapun rasanya tak ada yang bisa menggantikan semua kebahagian inii, ingin rasanya merasakan ini terus menerus, namun...

"Mungkin nathan memang sudah sadar, namun keadaan tubuh nya belum kunjung membaik, saya takut jika keadaan nya semakin parah" ucap dokter saat ituu yang tak sengaja ia dengar

"Aku ingin selalu membuat orang tersenyum aku tidak mau orang yang di dekatku merasa terbebani dengan keadaan ku, maka jika memang tuhan berkehendak aku ikhlas aku terima jika memang itu yang terbaik untuk aka, untuk ara dan untuk orang orang di sekitar ku" ucap nathan dalam hati

"Na lu harus istirahat, gua mau balik ke sekolahan buat ngecek keadaan" ucap arkan

Nathan mengiyakan ucapan arkan, lalu arkan kembali ke sekolah dengan menaiki vespa miliknya.


Bawa Aku Pulang | Jaemin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang