leukemia [Chapter 13]

24 5 0
                                    

Di ruangan OSIS terlihat Seorang laki laki sedang memandangi sebuah amplop yang sudah terlihat kumuh, seperti amplop itu sudah memiliki usia yang cukup tua, Bagas membuka amplop itu untuk kesekian kalinya, terlihat selembar surat di dalamnya, ia buka lah surat itu, dapat dibilang sebuah surat cinta yang dikirimkan seseorang kepadanya. Ketika melihat surat itu rasa sakit dan penyesalan kian membayangi benak si ketua OSIS.

"Anita, maafin guee" kalimat maaf yang selalu di lontarkan oleh laki laki itu.

Ketukan pintu berhasil membuat Bagas menghapus jejak air matanya, seseorang berdiri di depan pintu ruang OSIS "siapa?" Tanya laki laki itu.

"Gue ka, Sesil" jawab nya.

Bagas memasukan kembali surat itu pada amplop dan meletakan pada sebuah laci kecil milik nya

"Masuk" ucap Bagas

Ara melangkahkan kakinya memasuki ruang OSIS, niat nya ingin menyerahkan tugasnya kepada Bagas, namun tak sengaja ia mendengar bagas yang sedang berbicara soal Anita, siapa Anita itu?

"Ada apa Sil?" Tanya bagas

Ara menyerahkan tugas nya yang sudah dijilid rapih kepada bagas "tugas hukuman gua kemarin" jawab Ara

Bagas tidak berucap apapun ia hanya mengambil hasil tugas Ara tanpa meliriknya sedikit pun, sakit hati itu yang dirasakan Ara, ia mati matian mengerjakan tugas tersebut sampai bergadang namun tidak dilirik sedikit pun oleh ketua osisnya itu. Bagas yang melihat Ara masih berada di tempat nya mulai membuka suara "ada apa? Masih ada perlu?" Tanya nya.

"Oh ga kok kak, kalo gtu gue pamit" jawan Ara

Baru selangkah ia pergi, Bagas menghentikan langka gadis itu "lo udah baikan?" Tanya bagas, yang membuat sang pemilik nama menoleh.

"Alhamdulillah udah kok kak" jawab Ara

"Hmm, lo sama pak Arkan ada hubungan apa?" Tanya nya lagi, yang membuat ara semakin di buat bingung, sudah angel yang menayangkan tentang ka Arkan sekarang ketua OSIS nya juga.

"Ga ada kak, cuma temen aja" jawab Ara apa adanya

wajah ragu jelas terpasang dari wajah Bagas, yang membuat Ara menjadi tak tenang "Bagus deh, jangan terlalu dekat dengan pak Arkan" jawab Bagas yang membuat gadis itu kebingungan.

Memangnya mengapa? Apa salahnya dengan Arkan, sejak awal Arkan sudah sangat baik dengan Ara, bahkan orang tuanya pun benar benar menyayangi dirinya seperti anak sendiri.

"Iya kak" jawabnya singkat, Ara tidak mau membahas terlalu panjang soal ini, dan lagi pun itu hak nya untuk dekat dengan siapapun termasuk dengan Arkan.

★★★

Pada waktu yang sama, Nathan masih dengan keadaan yang sama, sudah sadar namun masih belum pulih total "suster bisa tolong ambilkan aku pulpen dan kertas?" Pinta laki laki itu.

"Iya sebentar tuan" jawab suster yang sedang berjaga di sana

"Terimakasih, sus"

Nathan menulis kata demi kata di atas kertas tersebut, hingga rasanya air mata kini sudah mengalir di pipinya. Rasa sesak di dada ketika harus mengetahui ini semua, penyakit yang ia derita sejak kecil membuat nya harus berpisah dengan Ara, bu panti bilang bahwa alasan sebenarnya memisahkan mereka adalah untuk pengobatan nathan. Keluar wijaya bersedia membatu nathan dikarenakan Nathan memiliki kemiripan dengan almarhum anaknya. Ara sampai sekarang tak tau soal ini dikarenakan Nathan meminta bu panti agar tidak memberi tahu soal penyakit dan alasan ia di adopsi kepada Ara.

Ketika ia bertemu Arkan saat itu ia masih dalam pengawasan dokter, bahkan sebelum bertemu Arkan pun Nathan sudah tak ada lagi semangat untuk melawan penyakitnya itu.

"Aku sudah sembuh tidak perlu minum obat lagi bun" ucap nathan kecil, ketika ibunya memberikan obat kepadanya

Namun kejadian itu, pertemuan itu, ketika Arkan mengatakannya bahwa dirinya akan membantu nathan mencari Ara kembali, di situ lah ia memilih untuk melawan kembali penyakit nyaa.

"Foto siapa?" Tanya Arkan disaat usianya 15 tahun

"Ara" jawab Nathan

"Oh ini yang lo bilang, cobaa sini gue liat, siapa tau nanti gue ketemu dia di jalan, terus nanti gue bisa kasih tau lo deh, dan lo bisa ketemu lagi sama Ara" ucap panjang lebar, nathan memperlihatkan selembar foto itu pada Arkan

"Cantik" ucap spontan Arkan yang membuat nathan melirik ke arah Arkan

"ya bener kan cantik, masa ganteng, ya kan, kalo ganteng ma gue na" cetus Arkan.

Nathan hanya menatap dalam ke arah Arkan "kamu bisa jaga Ara?" Tanya Natha

"Bi-bisa ajaa, tapi kan ada lo na, kenapa gua yang harus jagain Ara" ucapnya bingung

"Aku ga tau, aku yang sekarang apa bisa jagain Ara, aku yang lemah dan penyakitan gini apa bisa ngelindungi Ara?" Ucap nathan murung

Wajah Nathan benar benar lesuu rasa putus aja jelas terpancar dari dirinya " PASTI BISA NA! LO PASTI BISA SEMBUH DARI PENYAKIT LO" keras Arkan

"gue kan bilang mau bantu lo nyari Ara, bukan mau rebut Ara dari lo, yang pantes sama Ara itu lo na"

"Gue yakin lo mampu na, jangan takut gue bakal selalu ada buat lo" lanjut Arkan

Nathan tersenyum kearah Arkan, bertapa bersyukurnya Nathan di pertemukan dengan sahabat seperti Arkan, bahkan rasanya tidak ada yg bisa menggantikan sosok Arkan dihidupnya.

Kembali pada masa sekarang, Nathan di diagnosis leukemia sejak ia usia 3 tahun, nathan saat itu masih berada di panti masih belum mampu untuk mengikuti pengobatan, sehingga makin bertambah usia penyakitnya itu makin menggerogoti tubuhnya, sehingga dapat dilihat tubuh nathan semakin hari semakin kecil, dan sering mengalami mimisan.

Keluarga wijayaa yang mengetahui itu, meminta bu panti untuk menjalani pengobatan untuk Nathan, dengan syarat Nathan akan dibawa oleh keluarga Wijaya, awalnya bu panti cukup berat memisahkan Nathan dengan Ara, bahkan bu panti pernah memberikan saran kepada pasutri itu tentang adopsi Nathan begitu pun dengan Ara.

Namun bukanya tak mauu, keluarga wijayaa hanya mampu merawat nathan sajaa, dengan alasan takut tak ter urus olehnya. Bu panti tak dapat melakukan apapun, dan lagi pun setelah dipikirkan matang matang ini juga untuk kebaikan Ara dan Nathan. Sejak saat itu lah Nathan sudah jarang bertemu dengan Ara dikarnakan kesibukannya menjalani pengobatan.

Namun perubahan hanya terlihat sedikit saja yng membuat anak laki laki itu merasa putus asaa, apakah dirinya bisa sembuh atau tidak, dan bahkan dirinya sudah sering mengalami mimpi buruk tentang kematian.

" BUND! Nana takut, kalo nana meninggal gimna bund? " Ucap nathan kecil saat itu, yang membuat kedua orang tua angkatnya menangis sejadi jadinya.

Ibu nya cleo memeluk anaknya itu " Nana tenang sayang, kamu gapp, kamu pasti sembuh" ucap cleo memberi harapan pada anaknya.

"Bunda nana takut, apa nana bisa ketemu araa sebelum nana pergi? Kalo nana ga bisa ketemu Ara lagi gimna" ucap nathan kecil lagi

Ardian mengelus rambut anaknya itu "jangan bicara seperti itu, ayah yakin kamu bisa bertemu dengan Ara, dengan keadaan kamu yang sehat"

"Makanya kamu harus semangat jalani pengobatan nyaa, dan lawan penyakit kamu"lanjut ardian sang ayah.

Kata kata ardian berhasil membuat Nathan tenang, seperti sihir, dirinya akan mencoba melawan penyakitnya itu, demin orang orang yang iya sayang, seperti bunda, ayah, Arkan dan Ara..

Bawa Aku Pulang | Jaemin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang