24

533 33 19
                                    

Gadis itu masih sama saja, diam termenung didalam kamar semenjak seminggu kepergian keluarganya. Kedua orang tua yoongi setuju dengan permintaan anaknya untuk membawa jieun untuk tinggal sementara dirumah mewah mereka. Pria itu tentu saja takut meninggalkan sang kekasih sendirian dalam kondisi seperti ini. Yoongi begitu sangat mengkhawatirkan jieun bukan karna gadis itu yang terus saja menangis tapi malah gadis itu tidak lagi menangis hanya berdiam diri tidak memperlihatkan emosi apapun.

Yoongi berjalan menghampiri jieun setelah sedari tadi hanya memandang jieun yang duduk memeluk kedua kakinya dengan tatapan kosong dari depan pintu saja.

"Hey sayang. Apa yang sedang kamu pikirkan. Mmhh.?"  Tanya yoongi saat telah duduk disamping gadis itu sembari mengelus lembut rambut jieun.

Jieun hanya menggeleng lemah.

"Kamu ingin makan sesuatu ato menginginkan sesuatu.?"

Lagi-lagi jieun hanya menggeleng lemah.

Yoongi menarik nafas panjang. "Ji menangislah jika kamu menginginkannya. Lebih baik kamu melakukan itu daripada aku melihatmu hanya berdiam diri saja seperti ini ji. Ini sangat membuatku khawatir."

"Apakah dengan menangis bisa membawa mereka kembali.?" Ucap lirih jieun tanpa memandang yoongi.

"Ji kumohon. Kamu tentu tau itu tidak akan mungkin."

"Lalu untuk apa kamu selalu memintaku menangis."

"Dengan menangis mungkin akan membuatmu merasa lebih baik ji." Ucap yoongi sabar dan selembut mungkin.

Jieun tertawa renyah  memilukan.
"Menangis merasa lebih baik. Huh. Kamu pikir kehilangan semua keluargaku dengan menangis aku akan lebih baik." Ucapnya pelan. "Apa Kamu harus kehilanganku baru kamu merasakannya.?" Kamu hanya tinggal menangis lalu merasa lebih baik. Begitu saja. Aku mungkin tidaklah cukup penting bagimu."

Yoongi berdiri, emosinya tersulut mendengar ucapan jieun.
"Jieun!! Kamu pikir apa yang kamu katakan.. HAH.!!" Bentak yoongi marah.

Mama yoongi yang memang berniat ingin melihat jieun, mendengar bentakan yoongi dan langsung memanggil, memberi kode pada anaknya itu untuk segera keluar.

"Yoongi. Apa yang kamu lakukan. Hah." Marah mama saat mereka telah berada diluar kamar.

"Jieun mah. Dia mengatakan ingin meninggalkan yoongi."

"Bukankah mama sudah katakan padamu yoon. Jieun sekarang lagi merasa ditinggalkan dan sendirian. Tidak bisakah kamu menahan emosimu.? Ck. Kamu mau benar-benar dia meninggalkanmu.?"

"Tentu saja tidak mah.!! Apa-apaan pertanyaan mama itu!!"

"Jika kamu memang tidak menginginkannya tahan emosimu, jangan pernah membentak jieun dalam situasi apapun. Mengerti.!!" Ucap mama tegas. "Mama akan bicara dengan jieun. Kamu tunggulah disini. Jangan berani kamu masuk Min Yoongi.!" Lanjut mama kemudian mulai memasuki kamar menghampiri jieun yang tidak merubah posisinya.

"Ji. Sayang." Panggil mama sehalus mungkin sembari duduk disamping jieun dan mengusap lembut rambut wanita itu.

Jieun menoleh sebentar dengan senyuman yang sangat tipis. "Mah."

"Hey sayang. Apa yang sedang kamu pikirkan. Mmhh.?"

Jieun menggeleng pelan.

"Tidak ada mah."

"Kamu tidak mau bicara dengan mama lagi.?" Tanya mama melihat jieun yang enggan berbicara.

"Bukan begitu mah. Hanya saja jieun tidak tau apa yang harus dibicarakan." Jawab jieun pelan dengan posisi yang masih sama.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang