𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓢𝓲𝔁𝓽𝓮𝓮𝓷

710 66 1
                                    

Angeline membawa sebuah kantong kertas berisi roti bagel yang masih hangat. Ia berjalan menyusuri pasar itu sambil melihat-lihat apa saja yang dijual pedagang yang ada disana.

Sambil mengedarkan pandangannya, Angeline berpikir siapa gerangan teman yang ingin ditemui grand duke di kafe yang tutup itu. Apakah orang itu pemilik kafe? Atau orang penting yang tidak mau orang lain mengetahui pertemuan ini? Apakah dia perempuan? Atau laki-laki? Lalu mengapa tidak dia saja yang datang menemui grand duke ke kediamannya yang tertutup di bukit yang asing itu?

Angeline terus bertanya-tanya dalam pikirannya selama kakinya membawanya ke segala belokan yang bisa ia temui. Ia sedang tak memikirkan arah atau tujuan tertentu. Lalu pada akhirnya gadis itu menghentikan langkahnya dan mendapati dirinya sudah tersesat entah dari belokan ke berapa.

Ia menoleh kepada rumah-rumah regensi yang mirip bentuknya. Semua rumah itu bergaya era lama dan kelihatan dirawat dengan baik. Mungkin berkamar tiga atau empat. Sepertinya ia tersesat ke lingkungan perumahan milik bangsawan.

Angeline yang selama ini tinggal di pedesaan yang rumahnya diitari oleh kebun dan sawah sedang melihat pemandangan yang asing namun menyegarkan. Rumah yang berdempetan dan dibatasi pagar-pagar besi. Ada rumah yang punya kebun bunga yang indah dan ada rumah yang punya pohon-pohon yang sudah berbuah.

Dan diantara semua rumah itu, ada sebuah rumah yang menangkap perhatian Angeline. Rumah itu terasa familiar. Rumah itu terlihat sederhana tapi memiliki dekorasi yang hampir sama dengan kediaman grand duke.

Angeline terlalu lama melihat kearah rumah itu sampai ia akhirnya menyadari kalau ada seseorang yang sedang duduk di taman rumah itu. Untuk sekila ia rasanya mengenal orang yang ada di halaman tumah itu. Dan kalau ia lihat lebih lama, ia akhirnya yakin kalau ia menganal orang itu. Ia adalah Sierra, kakak pertamanya.

Kedua mata Angeline membulat dan kedua kakinya segera melangkah cepat menuju rumah itu. "Sierra!" Serunya tertahan, takut orang-orang dari rumah lain keluar karena mendengar teriakan yang menarik perhatian darinya.

Sierra menoleh kepada arah suara dan kedua matanya ikut membulat. Ia mengangkat tubuhnya untuk berdiri dan ikut berjalan cepat menuju gerbang, menemui Angeline yang matanya sedikit berkaca-kaca. Mereka berdua sama-sama tidak bisa percaya dengan apa yang sepasang mata mereka sedang lihat sekarang.

"Angeline," kata Sierra sambil melayangkan senyum lebar dan menyentuh wajah adiknya yang telah lama tidak ia lihat itu. "Astaga. Apa kabarmu? Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?" Tanya Sierra.

"A.. Aku tidak tahu. Tadi aku tersesat.. dan- dan-" Sierra segera memeluk Angeline yang mulai menangis. "Adikku..- adikku sayang," Sierra mengecup kening Angeline bertubi-tubi, diserang rasa rindu yang selama ini membuatnya bertanya-tanya keadaan Angeline. "Angeline kangen kakak!" Kata Angeline sambil menjawab pelukan Sierra.

"Mana papa mama?" Tanya Angeline. "Mereka ada di dalam. Apa kamu kesini bersama Yang Mulia?"

"Tidak. Dia sedang ada di pusat kota." Kata Angeline sambil mempersilahkan dirinya masuk setelah Sierra membukakan pagar yang membatasi mereka. "Apa papa dan mama baik-baik saja?" Tanya Angeline.

"Tidak." Sierra menggeleng. "Papa sakit. Dan mama sepertinya kelelahan mengurus semua urusan rumah tangga sendirian."

"Apa grand duke tidak ada berhubungan dengan kalian?"

"Ia mengirim orang-orangnya tiap minggu untuk mengurus rumah, mama tidak mengatakan kalau papa sakit tapi di minggu selanjutnya grand duke mengirimkan dokter pribadi untuk merawat papa, sepertinya orang-orang yang dikirimnya juga membawakan berita kami kepada grand duke."

"Baguslah kalau begitu. Lalu Ariana dan Olivia?"

"Ariana merindukanmu, tapi Olivia cepat beradaptasi dengan kehidupan kota. Bocah itu yang paling gembira ketika melihat ia punya kamar sendiri disini."

Grand Duke Of SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang