𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓕𝓸𝓾𝓻

2.4K 196 1
                                    

Terperangkap.

Angeline mengulang kata itu terus menerus. Bahkan setelah ia sampai di rumah Grand Duke Sunset yang megah. Ia bahkan tidak memberikannya waktu untuk terpukau atau menikmati keindahan dari semua ruangan yang dilewatinya.

Kata itu semakin kuat suaranya di pikiran Angeline ketika ia sadar ia segera diantarkan kepada sang grand duke. Padahal ia susah payah melewatkan semua kesempatan bersosialisasi supata tidak bertemu pria itu.

"Angeline," panggil sang grand duke yang menoleh kepada Angeline. Sebuah senyum merekah di wajah tampan pria itu. Ia membungkuk hormat di hadapan Angeline dan menunggu tangan Angeline terjulur padanya, tapi hal itu tidak terjadi.

Angeline tahu perbedaan kelas sosial diantara mereka dan dia mengenal tata krama untuk kelas sepertinya dengan baik. Ia merendahkan tubuhnya sedalam yang ia bisa dan mengangkat kedua ujung gaunnya. Tanda hormat paling dalam yang bisa diberikan seorang gadis sepertinya.

"Sebuah kehormatan untuk saya untuk hadir di hadapan Yang Mulia Sunset." Katanya.

Angeline tidak mengharapkan apapun, tapi setidaknya ia tidak ingin melihat wajah yang dipasang grand duke kepadanya. Grand Duke Sunset kelihatan tersinggung. Atau.. apa ya. Angeline juga kurang mengerti. Tapi yang jelas ia tidak suka. Pada yang mana?

Apa mungkin ada sesuatu di rambut Angeline yang membuat grand duke kesal? Atau pria itu kesal karena kurang jelas melihat belahan dada Angeline ketika ia merendahkan badannya tadi? Yang mana? Pikiran Angeline mulai penuh pertanyaan sebelum seorang pelayan masuk dan menunjukkan salam hormat yang sama seperti Angeline.

"Maafkan saya atas gangguan ini, tuan. Semua koper nona muda telah di letakkan di sayap timur rumah."

"Terima kasih," kata Angeline, lebih dahulu daripada grand duke yang juga telah membuka mulutnya. Angeline kembali menoleh kepada grand duke yang kelihatan sama tercengangnya dengan pelayan rumahnya.

Tapi kemudian pria itu mengatupkan bibirnya dan tersenyum simpul. Ia mendekat kepada Angeline dan menyodorkan tangannya. Angeline mengaitkan miliknya pada lengan kekar grand duke yang tersembunyi di balik pakaiannya lalu ia mulai diajak berjalan. Entah kemana, tapi dinilai dari arahnya, sepertinya Angeline ingin diajak pergi ke taman belakang. Baiklah, tempat pertama yang harus dihapal Angeline kalau ia ingin melarikan diri dari rumah besar seorang grand duke.

"Aku dengar kamu sangat suka mawar," kata grand duke yang menuntun Angeline menuju sebuah sudut berpagar rendah di tamannya yang luas. "Jadi aku menyiapkan hadiah kecil untukmu."

Angeline tidak bisa mengelabui matanya saat ini. Tapi sepertinya inilah gambaran dari kekayaan yang dimiliki oleh keturunan grand duke secara turun temurun.

Dari luar, taman itu kelihatan seperti sebuah taman tak terawat dengan bagian dalam yang tidak kelihatan karena setiap tiang yang menyatu di atas kepala mereka dililiti dengan tanaman rambat yang kelihatan berantakan dan tidak beraturan. Tapi setelah masuk Angeline sadar bahwa tanaman rambat itu sebenarnya melilit beraturan dan menjatuhkan bunga berwarna merah dan kuning diatas kepala Angeline. Di taman yang beratapkan kubah berongga itu digantung pot-pot bunga dengan ukiran bunga  mawar emas yang kelihatan sangat detail.

Di tengah ruangan itu ada sebuah meja dan dua bangku dari besi putih dengan sebuah sangkar kecil yang dapat diisi dengan lilin. Di sekitar meja dan bangku itu ada berpot-pot bunga mawar yang kelihatan segar dan terawat. Pria ini tidak main-main, pikir Angeline.

"Kamu suka?" Tanya grand duke, Angeline kembali menoleh dengan cepat kepada grand duke sambil mengangguk. Pria itu kelihatan lega sabil melonggarkan sedikit kerah bajunya yang terasa sesak, karena perasaannya pada Angeline dan hari terik yang membuatnya jadi susah bernapas karena pengap.

Grand Duke Of SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang