𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓣𝔀𝓮𝓷𝓽𝔂 𝓣𝓱𝓻𝓮𝓮

498 36 2
                                    

Sierra tak punya hati untuk memberikan berita yang akan membuat Angeline hancur. Itu kenyataannya. Ia tahu kalau tujuh tahun lebih Angeline harus merasakan penderitaan itu. Dan selama itu Sierra yakin Angeline bisa bertahan karena harapan untuk ditemukan melekat di hatinya. Hal itu pasti karena Angeline mengira sang Grand Duke Sunset yang saat ini telah menjadi raja negara itu pastilah mencarinya.

Tapi nyatanya setelah tahun ke tiga, Johan Sunset berhenti melakukan pencarian kepada Angeline sepenuhnya. Pria itu hilang harapan ketika sadar ia telah mengorbankan begitu banyak pasukan dan biaya untuk menemukan seseorang yang bahkan tak ia ketahui masih hidup atau sudah mati.

Pihak yang selama ini tetap membiayai semua misi pencarian ini adalah ayah dan ibu mereka.

Sebagai kakaknya, Sierra tak punya hati untuk menyakitinya lagi. Tidak saat ini, atau kapanpun.

"Cepat atau lambat, kau harus memberitahunya," kata Olivia. Sierra mengerjapkan matanya dengan pelan. Lalu mengangguk sambil tersenyum simpul. "Serahkan padaku saja kalau soal itu." Kata Sierra selagi berlalu dan menghampiri orang-orangnya yang telah kembali dari perintah untuk menyisir daerah itu.

"Apa yang kalian temukan?" Tanya Sierra.

Salah satu dari mereka, yang mengenakan mantel bulu yang mahal, salah satu bawahan langsung milik Sierra maju dengan sebuah kotak di tangannya. Kotak itu terbuat dari kayu mahoni yang hanya bisa diimpor dari luar negeri. Ada huruf 'B' terukir di atas kotak itu. Sierra berasumsi kalau kotak itu adalah milik Olivia Briar, ratu terdahulu, istri dari kakak Johan Sunset.

"Dimana kau menemukannya?" Tanya Olivia sambil menerima kotak itu di tangannya.

"Dikubur tak terlalu dalam di dekat air mancur di taman selatan."

"Selain ini?"

"Bangkai manusia."

Sierra mengangkat wajahnya, menatap ke arah suara. Seorang prajurit lain yang kelihatan mual dan pucat. "Seorang pria. Ia memakai jubah bulu berwarna merah dan mahkota."

"Tristan," gumam Sierra selagi sebesit kenangan pahit muncul di kepalanya. Tentang bagaimana Tristan mengubah takdir keluarganya semudah membalikkan telapak tangan. "Kalian kubur?" Prajurit itu menjawab dengan anggukan. "Mayat itu terkutuk. Jadi sebaiknya sekarang kalian mandi. Pilih kamar sesuka kalian, tapi jangan sentuh dua kamar lantai dua di sayap barat. Kita akan bertemu kembali saat makan malam nanti." Semua prajurit kecuali bawahan Sierra menyampaikan terima kasih dengan senyum sumringah lalu segera bubar dan mencari kamar yang mereka suka. Sierra melihat antusiasme itu sebagai sesuatu yang wajar. Kebanyakan prajurit yang ia miliki datang dari kalangan rakyat jelata yang mungkin bahkan belum pernah masuk ke rumah semegah ini. Mungkin mereka perlu menginap di rumah ini untuk beberapa hari sebelum melakukan perjalanan kembali ke kota.

"Ada yang mengganggumu, Hugo?"

"Rumah ini..." Kata-kata Hugo sebelum tertahan saat ia mendengar derap kaki prajurit yang sedang mencari kamar mereka di lorong sebelah. "Apa rumah ini rumah milik keluarga kerajaan?" Lanjutnya ketika lorong kembali senyap.

"Iya." Jawab Sierra, sambil menghidupkan api di perapian. "Apa Nona Angeline selama ini tinggal disini?"

"Ya, dan tidak," jawab Sierra. "Bagaimana maksudnya?"

Sierra beranjak dari api yang telah dihidupkan dan memanggil Hugo dengan tangannya, meminta pria itu untuk mengikuti Sierra keluar. Sierra berjalan menuju pintu samping dan berhenti di teras rumah yang memperlihatkan sebuah menara yang tak punya hiasan apapun. Berpintukan jeruji dengan jendela-jendela kecil yang tak memungkinkan banyak cahaya matahari untuk masuk. Dari sekali lihat, Hugo tahu semua ruangan itu pastilah lembap dan gelap. Kemudian Sierra mengacungkan telunjuknya kepada menara itu lalu menoleh kepada Hugo. "Angeline selama ini tinggal disana."

Grand Duke Of SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang