Keesokan harinya, semua surat kabar penuh dengan foto dan berita utama bahwa cucu perempuan dari seorang sosialita terkenal yang telah lama hilang telah ditemukan. Kehebohan ini agak membuatku takut, karena para fotografer tidak membiarkannya begitu saja. Aku hampir tidak berhasil bekerja, agar tidak menarik perhatian mereka. Ada baiknya para karyawan bereaksi terhadap berita ini dengan lebih loyal. Selain itu, dalam hal ini hampir tidak ada yang berubah.
"Nah, halo, rekan," David tersenyum, memelukku. Ayo, aku akan menunjukkan di mana ruanganmu."
"Apakah kau tidak kesal karena ini terjadi?" tanyaku sambil berjalan mengikutinya.
"Tidak setetes pun," jawabnya segera, menunjuk ke pintu yang berdekatan. "Kau dan aku adalah tim yang hebat. Selain itu, aku tidak kehilangan apa pun. Tetapi kau harus menerimanya."
"Pasti."
"Bagus, kalau begitu duduklah sekarang," dia mengedipkan mata dan menuju ke pintu. "Pertemuannya dua jam lagi. Kita memiliki klien baru. Dan omong-omong, Josh sudah tidak bekerja di sini."
Aku tersenyum dan mulai bekerja. Menjelang makan siang, aku pergi ke ruang makan dan bertemu dengan teman-temanku. Mereka, tentu saja, membenci status baruku. Tapi lebih seperti lelucon. Aku senang tidak ada yang mencoba menunjukkan kekesalan mereka dengan fakta bahwa aku tidak mengambil posisi dengan benar.
Selain itu, pada pertemuan tersebut aku berhasil memamerkan beberapa ide yang disetujui. Sepertinya hidupku menjadi lebih baik. Dan aku tidak bisa tidak bersukacita.
Namun, sesuatu terjadi padaku, ketika aku hendak pulang. Tampak segerombolan besar wartawan berdiri memegang kamera dan mikrofon di depan pintu gedung kantor, bergegas menghampiriku dan melontarkan pertanyaan dengan cepat. Aku pikir ini karena pemberitaan tentang aku yang adalah cucu dari Cicilia Kirby, tetapi ketika ada seorang wartawan yang dengan jelas berteriak ke telingaku, meminta tanggapan tentang video panas yang sudah tersebar luas, aku membeku, menyadari apa maksudnya. Apakah Henry telah behasil mempublikasikan video yang aku kira tidak pernah ada? Tiba-tiba aku merasa ada tangan besar yang menarikku dari lautan orang yang ingin menelanku.
"Anda tidak apa-apa, Bu?" Dickie, salah satu satpam di kantor, berhasil mengamankanku ke dalam gedung.
"Ya... ya... aku baik." Jawabku terbata-bata.
"Mobil jemputan anda sudah menanti. Akan aku tunjukkan." Dickie menyeretku entah ke mana. Aku hanya bisa mengikutinya. Banyak tatapan mata yang prihatin sekaligus mencela menyerangku. Tapi aku benar-benar tidak fokus pada mereka.
Yang bisa kuingat, aku ditarik ke sebuah rubanah yang baru kutahu itu ada. Ternyata itu khusus naratama. Berdiri di depan sebuah mobil SUV hitam pekat, aku termangu, melirik Dickie meminta penjelasan.
"Mrs. Cicilia yang mengatur ini semua. Anda tidak perlu khawatir."
Aku hanya mengangguk pasrah. Setengah jam kemudian, aku tiba di rumah nenek. Wanita itu sudah menyambutku di depan pintu bersama Betty. Aku sedikit terkejut dengan tampilan ini. Memasang wajah sedih dan prihatin, Betty berlari ke arahku lalu memelukku.
"Aku tidak mengerti." Ucapku setelah Betty melepaskan pelukan.
"Oh, percayalah. Kita semua juga bingung dengan situasi ini." Ucap Betty menarikku mendekati nenek.
"Ayo ke dalam, kita akan mendiskusikan ini," nenek menuntun kami ke ruang pertemuan keluarga.
"Apa kau sudah melihat videonya?" Tanya Betty lalu dijawab dengan gelengan kepala dariku. "Aku minta maaf, Elle. Tapi aku sudah melihat videonya, dan seribu persen aku yakin bahwa itu bukan dirimu. Bagaimana pun, kau harus melihatnya sendiri lalu kita bisa menentukan langkah selanjutnya." Betty membuka laptop lalu menyodorkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Under The Gavel (TAMAT)
RomanceTERIMA KASIH UNTUK MEM-FOLLOW AKUNKU SEBELUM MEMBACA CERITAKU Blurb: Elle bekerja untuk yayasan amal demi menunjang kebutuhan hidupnya dan adik perempuannya. Mereka memiliki waktu yang sangat sulit. Dan kemudian bos memberi Elle sebuah pekerjaan yan...