••
Saentra melihat ke Aqiel, Aqiel tetap diam.
"Maaf, Nad..." Aqiel menunduk.
Neira gugup dengan keadaan sekarang.
"Maaf buat apa, Qiel?"
Saentra menggeleng pelan. "Aqiel punya penyakit jantung. Dan Kakak kamu Neira, adalah Dokternya." Jawab Saentra cepat.
Nadin terbelak kaget. Aqiel dan Neira menatap tajam Saentra.
"Kak, yang dibilang Kak Saentra bener? Tapi kok Kakak bohong ke aku? Kok Kakak tega?"
Nadin menatap tajam Aqiel. "Aku tahu kok, Qiel. Aku bukan siapa-siapa kamu, aku gak berhak tahu tentang itu."
Hati Aqiel seperti tersayat mendengar ucapan Nadin. Lagi-lagi ia menunduk.
"Nad..."
"Kakak kok gini sama aku? Waktu aku cerita tentang Aqiel, kenapa Kakak pura-pura nggak kenal? Padahal sebenarnya Kakak tahu banyak kan?" Nadin menahan tangisnya.
"Maafin Kakak, Nad."
"Kakak kamu nggak salah, Nad. Aku yang salah, aku minta maaf."
"Terserah kalian aja. Aku mau balik... Makasih ya, Qiel."
Nadin kembali berjalan menuju pintu keberangkatan meninggalkan ketiganya yang terdiam.
Nadin tak percaya ini. Penyakit jantung? Seorang Dokter? Kenapa Neira harus menyembunyikan ini?
"Saya minta maaf," Neira berkata pelan.
"Maafkan saya, Dok."
Neira menggeleng, "Ini bukan salah kamu, Aqiel. Saya harus menjalankan tugas saya juga untuk selalu menjaga privasi pasien."
Saentra memegang pundak Aqiel, "Kamu ke mobil duluan, nanti Abang nyusul." Aqiel mengangguk. Ia menarik kopernya menuju mobil jemputan.
"Terima kasih banyak karena Dokter menjaga privasi Aqiel," Saentra tersenyum tipis.
"Sama-sama," Neira mengangguk pelan.
"Bagaimana dengan Nadin?"
"Nadin butuh waktu untuk sendiri, perlahan dia juga pasti akan mengerti situasi ini... Saya juga tidak ingin menganggu hubungan baik Aqiel dengan Nadin."
Saentra mengangguk. "Sekali lagi terima kasih banyak, Dok. Saya dan Aqiel duluan, kami harus segera ke apartemen."
Neira mengangguk. Saentra pergi menuju mobil jemputan.
From: Aqiel
Sorry Nad, aku nggak cerita tentang penyakit aku ke kamu karena aku rasa belum waktunya kamu tahu tentang itu. Aku tahu, buat terima ini semua butuh waktu. Ekspresi kamu tadi mirip banget dengan ekspresi Bunda waktu tahu putra bungsunya ini menderita penyakit serius. Safe flight, Nad.
Di atas pesawat, Nadin menangis membaca pesan itu.
Bukannya aku nggak percaya itu. Aku kecewa sama diri aku sendiri karena udah berharap setinggi itu, Qiel... Aku kira aku spesial, tapi aku nggak pernah tahu apa-apa tentang kamu, batin Nadin.
•••
Tiga hari setelah kejadian itu, Nadin sudah meminta maaf kepada Neira, tentu Neira mengerti hal itu. Nadin juga sudah menceritakan semuanya pada Ael. Ael selalu dipercayai Nadin.
Untuk lembar yang hampir habis,
Oh ya? Ini terakhir.
Ada sesuatu yang baru ku tahu...Ada banyak hal di dunia ini,
Yang kadang harus kita ketahui,
Dan tidak perlu kita ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Art Gallery [END]
Подростковая литератураNadin Zhieyra, selalu merasa gagal dalam mancapai sesuatu. Tak ada satu pun yang bisa menarik Nadin untuk melakukannya dengan serius. Mencari di mana bakat dan jati dirinya bukan hal yang mudah. Sahabatnya, Raelna. Menyarankan agar Nadin mempelajari...