An Art Gallery/. 19

35 3 6
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

"Oh iya Qiel, tadi Dokter Neira telepon Bunda. Katanya, kamu udah bisa ke sana minggu depan. Dokter Neira itu baik sekali ya, dia mencarikan pendonor yang cocok untuk kamu."

Aqiel diam.

"Ya udah kalau gitu, kamu istirahat ya. Jangan begadang!" Izarah menoel pelan hidung Aqiel.

Aqiel tertawa kecil. Mengangguk.

Izarah keluar dari kamar. Memberi ruang sendiri untuk Aqiel. Saentra sudah cerita tentang rencana Aqiel yang gagal karena Nadin tak ingin melihat lukisan itu.

•••

Suasana sore di kafe yang sepi. Aqiel sedang menunggu Nadin datang, ia akan memberikan langsung lukisan itu untuk Nadin. Asap dari teh hangat yang Aqiel pasan mengepul, membuat suasana menjadi semakin tenang.

Lonceng gantung berbunyi, menandakan ada pengunjung yang masuk ke dalam kafe. Gadis yang ditunggu akhirnya datang. Nadin mengenakan dress berwarna krem pilihan Ael, sangat cantik dikenakan oleh Nadin.

Aqiel beranjak berdiri saat melihat Nadin datang. Nadin menghampirinya.

"Hai, Qiel..." Nadin tersenyum. Syukurlah, gadis itu tampak ceria hari ini.

Aqiel ikut tersenyum. "Iya, Nadin."

Nadin dan Aqiel saling tatap. Nadin tersenyum tipis. Aqiel salah tingkah, pipinya bersemu merah.

Nadin melihat sekeliling. Matanya terfokus pada sesuatu.

"Itu baru ya? Kok aku baru lihat?" Nadin menunjuk ke piano yang ada di sudut kafe.

Aqiel menoleh melihat kea rah yang ditunjukkan. Mengangguk. "Iya... Seminggu yang lalu katanya. Kita udah jarang banget ke sini ya? Sampai ini aja kita nggak tahu," Aqiel terkekeh kecil.

Nadin salah tingkah.

"Ke sana yuk?" ajak Aqiel.

Nadin mengangguk. Aqiel berjalan ke piano di sudut ruangan, diikuti Nadin di belakangnya.

Ada dua kursi di dekat piano itu. Nadin duduk di kursi di sebelah Aqiel. Aqiel perlahan membuka piano itu.

"Kamu bisa?" tanya Nadin pelan.

Aqiel menatap Nadin. Tersenyum lalu mengangguk.

"Satu lagu, boleh?"

"Boleh," Aqiel tersenyum.

Jari jemarinya perlahan mulai memainkan piano tersebut. Membuat nada dan melodi yang indah. Nadin sepertinya tahu lagu yang Aqiel mainkan.

Darling, don't move too much
'Cause you might break the things that you have touched
But let me tell you, don't go too far
And just enjoy this artistic room of ours

An Art Gallery [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang