An Art Gallery/. 07

49 5 0
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

"Ini bukunya, Nad. Coba kamu baca-baca dulu aja," Aqiel memberikan dua buku kepada Nadin.

Nadin menerima buku itu sambil tersenyum, "Thanks, ya."

Keduanya sibuk masing-masing. Aqiel sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, sedangkan Nadin sibuk membaca, sesekali ia mencatat bagian penting buku itu.

"Oh iya, sebelumnya kamu pernah tertarik sama seni dan sastra?" tanya Aqiel pelan.

Nadin mendongak, "Dulu aku nggak tertarik sama seni dan sastra, biasa aja."

"Seni dan sastra itu indah banget, Nad. Mereka punya cara pengabadiannya masing-masing," ucap Aqiel sambil menyeruput minumannya.

"Aku pernah dengar, kalau seorang seniman jatuh cinta... Pelakunya dinyatakan abadi dalam karya-karyanya," Nadin berkata pelan.

"Iya, Nad. Kebanyakan begitu," Aqiel mengangguk kecil.

"Aku akan ajarin kamu seni dan sastra, Nad. Sampai kamu bisa melihat sendiri keindahan di dalamnya."

Nadin menatap lamat-lamat Aqiel, kenapa laki-laki ini sangat serius mengajarinya?

Ponsel Aqiel berdering, ada panggilan dari Saentra, Kakaknya.

Aqiel menerima panggilan itu.

"Qiel, kamu di mana?"

"Aqiel di kafe biasa, Bang."

"Ngapain kamu di sana? Kamu lupa hari ini harus pergi konsultasi lagi?"

Aqiel menepuk dahinya, ia lupa jadwalnya hari ini.

"Maaf, Bang. Aqiel lupa... Sekarang Aqiel balik ke sana."

"Cepetan! Bunda nyariin kamu nih!"

Panggilan berakhir, Aqiel cepat-cepat mengemasi barang-brangnya.

Nadin bingung, "Mau ke mana, Qiel?

"Ehm, sorry banget Nad. Aku nggak bisa temenin kamu lama-lama, aku lupa ada jadwal lain hari ini."

Nadin mengangguk pelan, "Nggak papa kok."

Aqiel berajak berdiri, Nadin pun kut berdiri. "Aku duluan ya, Nad."

Nadin tersenyum. Mengangguk. "Hati-hati ya, Qiel."

Aqiel mengangguk, "Thanks, ya. Bukunya di kembalikannya nanti aja," Aqiel menunjuk ke buku di atas meja.

"Oke."

Aqiel pergi. Meskipun Nadin sedikit kecewa karena ada banyak yang ingin ia tanyakan, tapi biarlah Aqiel pergi. Ada kepentingan lain di luar sana.

Nadin kembali duduk. Satu notifikasi dari Ael masuk.

From: Aelll

Nad, lo di mana?? Ini gue di jalan mau ke rumah lo. Lo ada kan di rumah?"

An Art Gallery [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang