••
Ponsel berdering, Ael menghubungi Nadin.
"Haii, Naaadd!"
Nadin tertawa, "Iiyyyaaa, haloo!"
"Gimana, nih? Udah ada tanda-tanda belum?"
"Belum adaa, tapi do'a ajaa ya, semoga bisa keterima."
"Semoga aja yaa, gue udah deg-degan duluan ini..."
"Iyaaa," Nadin tersenyum.
"Oke kalau gitu, gue temenin Mama belanja bulanan dulu."
"Iyaa, gih sana!"
Panggilan berakhir.
Nadin mengecek kotak masuk e-mailnya, berharap ada konfirmasi dari penerbit. Sambil menunggu, Nadin membaca puisi yang Aqiel buat untuknya. Aqiel mengirimnya subuh tadi.
Untuk dia,
Yang tak bisa ku sebut sebagai milikku...
Terima kasih karena pernah ada,
Terima kasih karena pernah datang.Aku tak tahu,
Kapan waktuku habis...
Kapan akan ku ucapkan selamat tinggal...
Kapan aku benar-benar pergi.Satu hal yang tak berhenti aku syukuri,
Adalah mengenalmu.
Meskipun semesta punya cerita...
Akan ku rangkai cerita ku sendiri.Ketika sudah tiba saatnya,
Lupakan aku...
Lupakan tentang semua yang pernah terjadi...
Dalam bentuk sekecil apapun itu.Air mata Nadin mulai menetes, apa-apaan ini? Aqiel mengirimkan subuh tadi, entah apa maksud laki-laki itu.
Notifikasi lain masuk. Nadin segera membukanya. Satu detik... Dua detik... Tiga detik...
Nadin terdiam.
Naskahnya ditolak. Nadin menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ini bukan gagal, ini awal dari sebuah permainan. Seperti contoh, setelah itu barulah akan dimulai permainan tersebut.
"Nggak papa," gumam Nadin.
To: Aqiel, Aelll
Ditolak, hehehe... Nggak papa deh, masih bisa coba lagi nanti. Makasih ya atas dukungan kalian.
Setelah pesan itu terkirim, Ael langsung menghubungi Nadin.
"Naaaddd lo jangan sediihh yaaa..."
Nadin terkekeh, "Iya-iyaa."
"Padahal naskah lo udah bagus banget, tapi kok ditolak sih?"
"Nggak tahu juga, El. Nggak papa kok, aku mau coba di penerbit lain lagi... Semoga aja nggak ditolak lagi."
"Iya, dicoba aja dulu. Gue selalu berdo'a supaya naskah lo bisa diterima."
Nadin tersenyum. "Makasih banyak ya, El..."
KAMU SEDANG MEMBACA
An Art Gallery [END]
Teen FictionNadin Zhieyra, selalu merasa gagal dalam mancapai sesuatu. Tak ada satu pun yang bisa menarik Nadin untuk melakukannya dengan serius. Mencari di mana bakat dan jati dirinya bukan hal yang mudah. Sahabatnya, Raelna. Menyarankan agar Nadin mempelajari...