An Art Gallery/. 11

26 4 0
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

Neira mengingat kembali malam itu. Minggu ini sudah masuk jadwal pasiennya itu untuk kembali terapi dan konsultasi rutin. Nadin hanya tiga hari, setelah itu Neira bisa fokus ke pasiennya.

Berarti kamu nggak tahu soal penyakitnya Dia, Nad? batin Neira. Neira tak tahu harus berbuat apa, ia bisa melihat keseriusan wajah Nadin sejak ia bercerita.

"Nad, percaya sama omongan Kakak yang satu ini boleh ya?"

Nadin bingung. Ia mengangguk pelan, walau sebenarnya ia penasaran.

"Mungkin belum saatnya kamu tahu tentang sesuatu... Tapi Kakak yakin, suatu saat nanti kamu akan tahu sendiri. Dan Kakak harap, kamu nggak akan pernah menyesal dengan perasaan kamu sekarang. Jangan pernah sedih untuk sesuatu yang hakikatnya memang sudah ditakdirkan seperti itu, Nad."

Nadin terdiam kaku.

Neira menggeleng, "Lupain aja, Nad."

Nadin bingung dengan sikap Neira. Tapi ia memilih untuk melupakannya saja, meskipun penasaran.

•••

Hari kedua, Neira mengajak Nadin jalan-jalan ke destinasi menarik di Kota. Sambil menghabiskan waktu dengan Kakaknya, Nadin juga melanjutkan naskahnya. Setiap malam, Aqiel memberikan referensi untuk naskah Nadin.

Keduanya sedang makan siang di restoran favorit Neira saat pertama kali tiba di  pusat Kota. Neira tampak antusias memperkenalkan Nadin dengan menu favoritnya.

"Itu apa sih, Dek? Kamu dari tadi sibuk banget," Neira memperhatikan Nadin yang masih sibuk dengan laptopnya, larut dalam lautan ide.

Nadin mendongak. Salah tingkah. "Ini naskah untuk cerita pertama aku, Kak. Masih pemula sih," Nadin menyengir kuda.

Neira mengaduk-aduk minumannya sambil terkekeh gemas. "Masih pemula tapi yang ngajarin udah pro, iyakan?" Neira menggoda Nadin. Nadin mengerutkan dahi bingung, apa yang dimaksud adalah Aqiel?

"Maksud Kakak, Aqiel?"

Neira terkekeh gemas, "Siapa lagi kalau bukan dia, Nad?"

Pipi Nadin bersemu merah. Salah tingkah.

Setelah makan siang, Neira mengajak Nadin ke perpustakaan besar pusat Kota. Nadin menemukan banyak buku yang sesuai dengan genre favoritnya di sana. Perpustakaan ini termasuk perpustakaan rekomendasi dari Aqiel untuk dikunjungi. Sebagai seorang seniman terkenal, Aqiel pasti banyak tahu tentang tempat-tempat seperti ini.

Neira pergi mencari buku-buku dengan bau dunia medis dan kedokteran. Sedangkan Nadin berjalan menuju rak buku yang dipenuhi dengan ribuan buku fiksi.

Setelah mendapatkan bukunya masing-masing. Nadin dan Neira membaca di kursi yang menghadap langsung ke jendela menampakkan jalan yang dipenuhi kendaraan. Nadin larut dalam bacaan dan naskahnya, banyak ide yang masuk setelah jalan-jalan hari ini.

An Art Gallery [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang