An Art Gallery/. 14

28 2 0
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

Izarah menangkup wajah Aqiel dengan kedua tangannya. "Bunda sayang Aqiel. Aqiel juga harus sayang sama diri sendiri, ya... Jaga kesehatannya," Izarah menahan tangisnya.

Aqiel memeluk Bundanya, wanita yang paling takut kehilangannya.

"Aqiel baik-baik aja... Bunda tenang aja ya?"

"Bunda takut Aqiel kenapa-kenapa... Bunda nggak mau Aqiel pergi ninggalin Bunda, Bunda sayang Aqiel."

Izarah menangis. Aqiel menahan tangisnya, ia tak ingin terlihat sedih di depan Bundanya.

"Bunda istirahat ya," Aqiel mengelus lembut. Izarah melepaskan peluknya.

"Kamu jangan lupa istirahat juga ya, Nak..."

Aqiel tersenyum lalu mengangguk.

Izarah kembali ke kamarnya. Aqiel bernapas lega.

Aqiel kembali masuk ke dalam kamar, mengunci kamar lalu melanjutkan lukisannya. Aqiel berpindah tempat melukis. Ia membuka jendela kamar, lalu meletakkan kanvasnya dekat jendela. Aqiel melihat ke langit yang sudah sangat gelap, tapi cahaya rembulan selalu menerangi gelapnya langit. Aqiel kembali melanjutkan lukisannya.

Pukul dua belas malam, Aqiel memutuskan untuk berhenti sejenak. Ia membuka notifikasi ponselnya, tapi ternyata tidak ada notifikasi dari seseorang yang paling ia tunggu. Aqiel menyimpan kembali ponselnya lalu kembali melukis. Hingga pukul satu, baru lah laki-laki itu selesai.

•••

"Jadi, lo mau ke rumah Aqiel besok?" tanya Ael dari panggilan telepon.

"Rencananya sih gitu," Nadin ragu-ragu menjawab.

"Oh iya Nad, Kakak lo gimana? Baikan nggak?"

"Baikan lah."

"Gue kalau di posisi lo waktu itu, bakalan merasa dikhianati... Lo kuat banget cuma ngambek dikit doang, habis itu minta maaf."

"Dasar jamet! Dramatis banget kata-kata lo," Nadin memutar bola mata malas.

Ael tertawa, "Ya Kali, Nad. Becanda doang..."

"Udah deh, gue mau mandi."

"Ya udah, kalau lo jadi ke rumah Aqiel, gue ikut boleh ya?"

Nadin berpikir sejenak, tak ada salahnya juga Ael ikut. "Boleh, asal lo nggak banyak tingkah di sana!"

"Mau banyak tingkah kayak gimana juga, Nad?"

"Nanti lo malah ganggu gue selama di sana, pokoknya lo harus jaga sikap!"

"Iya deh... Iya," Ael cemberut.

Aqiel dan Saentra sedang membersihkan barang-barang dari studio lukis milik Aqiel. Barang lama yang sudah tak terpakai disimpan di gudang untuk sementara lalu disortir kembali. Saat mendorong lemari bekas cat, Aqiel menemukan lukisan lamanya yang ia kira telah hilang. Kanvas itu penuh debu dan lembab., untunglah warnanya tidak pudar.

An Art Gallery [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang